Roberto Mancini merengut di sepanjang laga kala timnya, Arab Saudi menghadapi timnas Indonesia pada laga pertama putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026. Arsitek asal Italia itu begitu pening menghadapi menghadapi struktur pertahanan dan transisi eksplosif tim Merah Putih. Tak jarang Mancini mengamuk kala memberi instruksi kepada anak asuhnya.
Arab Saudi jelas jauh diunggulkan untuk meraih poin penuh ketika menjamu Indonesia. Terlebih, The Green Falcon, julukan Arab Saudi, tampil di hadapan publik sendiri. Namun, timnas Indonesia yang sekarang bukanlah yang dulu.
Berlangsung di Abdullah Sports City, Jeddah, Jumat (6/9) dini hari WIB, Arab Saudi nyaris tidak mampu menciptakan satu pun peluang berbahaya. Mereka bahkan tertinggal lebih dulu lewat manuver Ragnar Oratmangoen yang diakhiri dengan aksi sentuhan Sandy Walsh pada menit ke-19.
Publik stadion pun seketika hening, sementara tribune suporter tandang bersorak sorai. Kecemasan Mancini berada di garis kenyataan. Dari ekspresi wajahnya, nampak jelas bahwa eks pelatih Manchester City ini tengah dirundung beban yang begitu berat.
Sebelumnya, Mancini menjadi bulan-bulanan publik Italia lantaran gagal meloloskan Italia ke putaran final Piala Dunia 2022. Nasibnya belum berubah saat mengasuh Arab Saudi. Mancini gagal melepas kutukan Arab Saudi di babak 16 besar Piala Asia.
Selama 16 tahun lamanya secara beruntun, langkah Arab Saudi selalu terhenti di babak 16 besar. Kini, Mancini menanggung beban besar untuk kembali meloloskan Arab Saudi ke Piala Dunia 2026. Maka dari itu, muka masam yang ditunjukkan Mancini di tepi lapangan pun cukup beralasan.
“Kami memiliki masalah dalam memanfaatkan peluang, yang kami hadapi dalam beberapa pertandingan terakhir. Namun, kami tidak hanya melihat hasil sebagai tolok ukur,” ujar Mancini pada konferensi pers usai pertandingan.
Arab Saudi mampu menciptakan gol penyama kedudukan lewat tembakan Musab Aljuwayr pada menit ke-45+3. Hampir serupa dengan gol timnas Indonesia, gol Arab Saudi juga tercipta lewat tembakan yang terdefleksi. Bola mengenai Calvin Verdonk terlebih dahulu sebelum mengoyak jala gawang yang dikawal Maarten Paes.
Pada babak kedua, situasi masih belum berubah. Mancini terus-terusan tantrum di tepi lapangan. Performa Paes yang berhasil menggagalkan penalti Salem Al-Dawsari di menit ke-79 membuat kepala Mancini kian mendidih.
Siapa sangka, sosok pelatih dengan nama besar yang telah menjuarai gelar sekaliber Premier League dan Euro dibuat pusing di hadapan tim peringkat 134 FIFA. Usai laga, Shin Tae-yong mengakui nama besar Mancini menjadi bahan bakar dirinya dan anak asuhnya untuk tidak gentar sedikit pun menghadapi sang raksasa Timur Tengah.
“Saya ingin mengapresiasi Mancini dengan sejarahnya dan tentunya seorang pelatih yang ternama. Sehingga, itu jadi salah satu alasan kami berusaha semaksimal mungkin untuk mempersiapkan sebaik yang kami bisa,” ucap Shin Tae-yong pada konferensi pers usai laga.
Struktur Pertahanan dan Transisi Eksplosif Shin Tae-yong
Shin Tae-yong sekali lagi menunjukkan kemampuannya dalam menganalisis permainan dan menyajikan taktik jitu. Pada laga tersebut, Shin Tae-yong konsisten mempertahankan pola 5-4-1.
Arab Saudi beberapa kali mencoba melakukan switch play guna merenggangkan garis pertahanan timnas Indonesia. Namun, para pemain yang berada di garis depan selalu bergerak aktif, baik dalam melakukan pressing maupun menutup jalur umpan.
Skema pressing Shin Tae-yong langsung nampak pada menit awal. Ragnar Oratmangoen disiplin di sisi kanan untuk mengantisipasi aliran bola Arab Saudi ke sisi sayap. Sementara, Rafael Struick melakukan man marking terhadap Abdullah Alkhaibari.
Adapun Witan Sulaeman yang berada di sisi kiri disiplin menempel Musab Aljuwayr, sedangkan Ivar Jenner dan Thom Haye menutup jalur distribusi bola Arab Saudi di tengah. Para pemain di lini depan menjadi kunci dalam rapatnya struktur bertahan timnas Indonesia.
Baik Struick maupun Ragnar rajin turun untuk membantu pertahanan. Keduanya saling mengisi ruang yang ditinggalkan ketika salah satunya turun ke garis belakang. Contoh nyata terlihat pada menit ke-38. Ragnar nekat jauh meninggalkan posisinya untuk menghentikan proses transisi Arab Saudi.
Struick dan Ragnar kompak menolak untuk berhenti berlari sepanjang laga. Kinerja para pemain di lini tengah juga sama baiknya. Mereka sigap bergeser ke kanan dan kiri seraya menutup jalur umpan agar tidak terjadi situasi kalah jumlah di sisi sayap.
Masih dari konferensi pers usai laga, Shin Tae-yong mengonfirmasi dirinya memang menitikberatkan peran para pemain depan untuk menjadi garda terdepan garis pertahanan. Dia pun mengapresiasi etos kerja yang ditunjukkan anak asuhnya.
“Salah satu alasannya mengapa kami bisa tampil baik melawan Arab Saudi karena penyerang kami ikut serta membantu bertahan secara baik,” ucap eks pelatih Korea Selatan ini.
Aspek lain yang menarik diulas pada permainan timnas Indonesia adalah proses transisi. Ketika memegang bola, Shin Tae-yong mengubah pola menjadi 3-5-2 dalam mengakomodir serangan Tim Merah Putih yang banyak mengandalkan transisi positif.
“Kami menaruh lima bek di belakang ketika bertahan. Namun, ketika menyerang, kami berubah ke posisi tiga bek. Lalu, kami juga bisa menggunakan bek sayap kami (untuk menyerang),” ujar Shin Tae-yong.
Sejumlah upaya transisi positif timnas Indonesia menghasilkan gol yang membuat mereka unggul lebih dulu. Pada proses gol pertama, Thom Haye naik melakukan pressing. Witan dan Ragnar sudah berada di posisi yang tepat, membentuk situasi tiga melawan tiga.
Witan dan Ragnar pun melakukan umpan kombinasi yang membuat pertahanan Arab Saudi panik seketika. Namun, tidak hanya mereka bertiga, Struick bergerak ke dalam untuk membuka opsi umpan. Terdapat pula Sandy Walsh yang turut membuka ruang bagi Ragnar yang dikepung bek Arab Saudi.
Dapat disimpulkan gol timnas Indonesia ke gawang Arab Saudi tercipta berkat kerja sama tim yang begitu apik. Total terdapat lima pemain yang terlibat dalam proses gol tersebut.
Memang masih banyak kelemahan perihal konsistensi permainan timnas Indonesia. Dalam beberapa kesempatan di babak kedua, skuad Garuda berhasil memanfaatkan proses transisi yang sama.
Namun sayang, sejumlah momentum tersebut terbuang sia-sia karena masih ada kesalahan dalam pengambilan keputusan. Pada menit ke-72, bahkan timnas Indonesia sudah berada di posisi menang jumlah, namun Struick terlambat mengalirkan bola ke Ragnar yang berada di posisi tak terkawal.
Lalu pada menit perpanjangan waktu, umpan Struick ke Ragnar terlalu lemah sehingga momentum lagi-lagi harus hilang. Padahal mereka sudah menang jumlah dalam situasi dua lawan satu.
Masih banyak ruang untuk evaluasi. Jika permasalahan tersebut dibenahi, timnas Indonesia layak percaya diri bahwa mereka adalah kuda hitam yang patut diperhitungkan.
“Saya punya kepercayaan yang tinggi terhadap para pemain saya di tim. Kami punya tujuan yang jelas di turnamen kali ini. Sehingga, saya tetap memotivasi para pemain kami dan tim untuk bisa meraih tujuan kami,” lanjut Shin Tae-yong.
“Saya ingin mengatakan Indonesia tidak seperti dulu. Kita adalah tim kuda hitam baru di level Asia, sehingga kami akan memperlihatkan banyak kejutan di level Asia dalam beberapa tahun ke depan,” tandasnya.