Kontingen Indonesia berhasil mengukir cerita manis saat tampil di pesta olahraga disabilitas se-Asia atau Asian Para Games 2022 Hangzhou.
Bagaimana tidak, tim Merah Putih berhasil finis di peringkat enam dengan raihan 29 medali emas, 30 medali perak, dan 36 medali perunggu. Ini jadi pencapaian terbaik Indonesia saat tak menjadi tuan rumah.
Salah satu atlet yang bersinar dari raihan 29 emas milik Indonesia adalah Saptoyogo Purnomo. Pasalnya, dia tak hanya meraih satu, tetapi tiga medali emas sekaligus.
Saptoyogo juga menjadi atlet yang membuka keran emas Indonesia setelah finis tercepat di nomor 400m ketegori T37 putra. Saptoyogo menyentuh garis finis terdepan dengan catatan waktu 54,80 detik. Di belakangnya ada Apisit Taprom (Thailand) dengan waktu 56,63 detik disusul pelari Arab Saudi, Thamer Ahmed Alzahrani dengan waktu 57,55 detik dalam perlombaan di Huanglong Sports Center Stadium, Senin (23/10/2023).
Hasil ini menjadi kejutan manis lantaran bukan menjadi nomor unggulan Saptoyogo yang ditargetkan membawa pulang emas di nomor 100m dan 200m T37.
“Keberhasilan Yogo merebut medali emas lari 400 meter merupakan pembuka jalan bagi medali emas Indonesia setelah Suparni yang kita harapkan merebut emas tolak peluru hanya mampu meraih perak. Inilah medali emas yang kita nanti-nantikan,” kata Wakil Sekretaris Jenderal NPC Indonesia, Rima Ferdianto, dalam keterangan resmi NPC Indonesia.
“Awalnya kami menargetkan Yogo untuk merebut medali emas di nomor andalannya lari 100 dan 200 meter. Namun saat lomba tadi, Yogo justru tampil pantang menyerah sehingga ia mampu menjaga konsistensi kecepatan lairinya baik di trek lurus maupun saat di tikungan,” tambah dia.
Bagi Yogo, kemenangan ini sangat berarti lantaran diraih dengan perjuangan yang cukup berat. Dia harus berlomba sembari menahan rasa sakit di kedua kakinya.
Jelas, hal itu sangat menyakitkan lantaran kaki merupakan “senjata” bagi Yogo untuk “berperang”. Beruntung, pengorbanan yang dilakukannya berbuah manis setelah mampu mengunci medali emas meski langsung mendapatkan perawatan selepas lomba.
“Saya berlari juga mengandalkan feeling, saat 100 meter saya masih berlari pelan hingga memasuki awal 200 meter, tetapi di penghujung 200 meter baru saya mengeluarkan semua kemampuan saya hingga masuk garis finis. Memang lomba tadi sangat berat,” ucap Yogo.
“Saya berlomba melawan rasa sakit di paha kaki kiri dan kaki kanan, tetapi saya tahan rasa sakit itu sepanjang lomba supaya bisa meraih emas bagi Indonesia,” tutur dia.
Kesuksesan Yogo mampu memancing prestasi dari cabang olahraga lain. Terbukti, setelahnya perolehan emas Indonesia terus mengalir. Bahkan, Yogo mampu menggandakan torehannya dengan menyabet emas di nomor 200m T37 putra, dua hari berselang.
Puncaknya, Yogo sukses mengamankan tiga medali emas atas namanya setelah memenangkan perlombaan di nomor unggulannya, lari 100m T37 putra setelah mencatatkan waktu 11,35 detik.
Torehan itu tidak hanya mengantarkan Yogo ke pudium tertinggi tetapi juga membawanya memecahkan rekor Asian Para Games. Yogo mempertajam rekornya sendiri yang diukir pada Asian Para Games 2018 di Jakarta dengan perolehan waktu 11,49 detik.
“Saya merasa sangat puas dengan medali emas ini karena saya selain mampu meraih medali emas sekaligus memecahkan rekor Asian Para Games,” ujar Yogo.
“Untuk harapan ke depan, semoga bisa mencapai target dan juga memecahkan rekor,” jelasnya.
Rutin Berlatih
Tak mudah menjadi seorang Saptoyogo. Bagaimana tidak, dia mengidap cerebral palsy yang membuat tubuh bagian kanannya mengalami masalah koordinasi gerak sejak lahir.
Olok-olok dan ejekan pun harus dihadapinya semasa kecil yang sempat membuatnya kecil hati. Namun, perlahan dia mampu berdamai dengan keadaan.
Pada usia 16 tahun, Yogo mulai rutin berlatih sprint. Namanya meroket setelah sukses merebut lima medali emas di Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) Jawa Barat 2016.
Dari situ, Yogo kemudian terpilih masuk ke pelatnas. Dia pun membayar kepercayaan itu dengan gelontoran prestasi, seperti dua emas ASEAN Para Games 2017 Kuala Lumpur, dua emas Asian Para Games 2018 Jakarta, dan ajang internasional lainnya.
Salah satu pencapaian apik dari Saptoyogo adalah medali perunggu di Paralimpiade Tokyo 2020 lalu. Dia pun bertekad meningkatkan prestasinya pada edisi berikutnya.
Dikatakan Kepala pelatih atletik paralimpiade, Slamet Widodo, kesuksesan Yogo tak lepas dari semangat dan konsistensinya saat berlatih. Yogo selalu memacu dirinya sendiri untuk meningkatkan kemampuannya.
Targetkan Prestasi di Paralimpiade Paris 2024
Sukses di Asian Para Games 2022 membuat Yogo semakin percaya diri menatap Paralimpiade Paris 2024. Pasalnya, dia ingin memperbaiki pencapaiannya yang hanya membawa pulang medali perunggu pada Paralimpiade Tokyo 2020.
Raihan itu sejatinya cukup baik. Apalagi, merupakan debutnya di ajang Paralimpiade. Namun, prestasi di level Asia membuat kepercayaan diri Yogo bertambah besar untuk bisa membawa pulang medali yang lebih bergengsi.
“Saya ingin sekali, untuk kedua kalinya mendapatkan medali di Paralimpiade. Kemarin waktu Paralimpiade Tokyo saya mendapatkan medali perunggu,” tutur Yogo.
Sprinter asal Jawa Tengah itu sangat paham bahwa persaingan yang dijalaninya bakal lebih berat. Namun, dia enggan menyerah lebih awal dan bakal mengerahkan seluruh kemampuannya agar bisa mengibarkan Bendera Merah Putih di pentas dunia.
Sebagai informasi, Yogo akan turun di nomor 100m dan 200m T37 di Paralimpiade Paris 2024.
“Biasanya di Paralimpiade, yang berat itu pelari dari Brasil dan Rusia. Biasanya juga akan ada pendatang baru yang juga kuat. Namun, saya optimistis,” kata Yogo.
Yang pasti, sembari mempersiapkan diri menatap Paralimpiade tahun depan, Yogo telah dinanti bonus berlimpah dari pemerintah. Pasalnya, peraih medali dijanjikan bonus dan jika merujuk pada edisi sebelumnya, akan ada bonus berupa uang.
Belum lagi, mereka bakal mendapatkan rumah, seperti yang dijanjikan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, melalui Kementerian PUPR.