Kylian Mbappe adalah kepingan puzzle yang melengkapi cantiknya kolektivitas permainan ruang Real Madrid. Kehadiran Mbappe membuat permainan tim Los Blancos menjadi semakin berwarna. Atalanta dibuat bingung harus menjaga siapa, di saat setiap pemain depan Madrid saling melakukan pergerakan dan mengeksploitasi ruang.
Mbappe akhirnya mencatatkan debut perdana bersama klub impian masa kecilnya, Real Madrid. Sang pelatih, Carlo Ancelotti memasang Mbappe di posisi penyerang tengah saat menghadapi juara Liga Europa musim lalu, Atalanta, di National Stadium, Warsawa, Polandia, Kamis (15/8).
Di posisi sayap, terdapat Vinicius Junior di kiri dan Rodrygo di kanan. Lini tengah Madrid tak kalah mengerikan dengan dihuni Jude Bellingham dan Federico Valverde. Sementara, Aurelien Tchouameni berdiri tunggal di posisi gelandang bertahan.
Meski memiliki materi yang fantastis, tampak tidak ada satu pemain pun di skuad Madrid yang menunjukkan ego kebintangannya. Ancelotti berhasil meramu sedemikian rupa agar deretan talenta tersebut bermain sebagai sebuah tim.
Pergerakan tanpa bola dan eksploitasi ruang menjadi dua aspek yang membuat permainan Madrid begitu padu. Usai laga, Ancelotti banyak menyinggung soal idenya yang banyak mengandalkan eksploitasi ruang dan kolektivitas.
“Pertandingan yang sulit. Babak kedua jauh lebih baik. Kami memiliki lebih banyak ruang di depan dan kami menunjukkan kualitas kami. Babak pertama kami mengalami banyak kesulitan. Atalanta bermain sangat baik,” ujar Ancelotti kepada TNT Sports.
“Kami senang, pertandingan pertama musim ini dan kami memulai dengan baik. Mbappe bermain sangat baik. Tentu saja kami memiliki banyak kualitas tetapi kami harus bisa bermain bersama. Kami melakukannya malam ini. Ini bagus untuk kami,” sambung pelatih asal Italia itu.
Sesuai penjelasan Ancelotti, permainan Madrid di babak pertama memang cenderung membosankan. Nampak jelas punggawa Los Blancos terlambat panas berujung kebingungan membongkar rapatnya pertahanan Atalanta.
Atalanta berhasil beberapa kali menusuk ke area pertahanan Madrid lewat transisi positif. La Dea, julukan Atalanta, membangun serangan lewat kedua sisi sayap yang dihuni Ademola Lookman dan Charles De Ketelaere.
Namun, Atalanta tidak berhasil mengeksekusi skema tersebut menjadi peluang berbahaya. Mereka kerap kebingungan kala para pemain belakang Madrid sudah kembali ke posisi masing-masing.
Sementara itu, kubu Madrid lebih sering membangun serangan lewat umpan langsung jauh ke depan. Opsi ini dilakukan sebab aliran bola Madrid jalur darat selalu berhasil dibaca oleh barisan pertahanan Atalanta.
Adapun ketika tidak menguasai bola, trio Vinicius, Mbappe dan Rodrygo kerap melakukan pressing jauh ke kotak penalti Atalanta. Ide ini terus diperagakan pada babak kedua.
Bedanya, transisi Madrid berjalan lebih efektif lewat pergerakan tanpa bola. Gol pembuka Madrid yang dicetak Valverde pada menit ke-59 tercipta berkat pressing Rodrygo terhadap kiper Atalanta, Juan Musso yang sedang menguasai bola.
Lebih jauh soal kolektivitas dan permainan ruang Real Madrid
Pada situasi pressing tersebut, para pemain Madrid terus menunjukkan kolektivitas meski mereka tidak sedang memegang bola. Di saat Rodygo menghampiri Musso, Vinicius berdiri menutup jalur umpan kepada Berat Djimsiti sekaligus memancing Marten De Roon untuk siaga.
Sementara itu, Mbappe mengikat Sead Kolasinac dan Isak Hien yang berdiri berdekatan. Situasi ini memaksa Musso untuk lantas melepaskan umpan lambung kepada Davide Zappacosta.
Umpan lambung tersebut langsung disambar oleh Eder Militao. Kemudian bola dialirkan kepada Jude Bellingham dan diberikan lagi kepada Vinicius. Para pemain Atalanta pun terlalu fokus terhadap Vinicius dan Mbappe sehingga tidak menyadari pergerakan Valverde.
Valverde yang tidak terkawal pun dengan nyaman menyambar umpan tarik Vinicius. Terhitung ada enam pemain Madrid yang memiliki peran masing-masing pada proses gol ini.
Situasi gol kedua yang dicetak Mbappe pada menit ke-68 tak kalah menarik. Sebagaimana gol pertama, gol ini juga berawal dari pergerakan Rodrygo yang melakukan pressing, kali ini terhadap Hien.
Rodrygo kemudian mengalirkan bola kepada Vinicius. Sampai titik ini, sebanyak empat pemain Atalanta, yaitu Hien, Kolasinac, Djimsiti dan Marten de Roon menyerbu Vinicius.
Menumpuknya pemain Atalanta yang menyerbu Vinicius menimbulkan ruang yang cukup lebar di sisi kanan pertahanan. Alhasil Bellingham pun berada di posisi tak terkawal.
Kemudian ketika bola sudah dilepaskan Vinicius ke sisi lainnya, De Roon dan Ben Godfrey bersamaan menyerbu Bellingham. Ederson dan Hien bersamaan menjaga Rodrygo yang bergerak ke dalam, sedangkan Djimsiti dan Kolasinac menjaga Vinicius.
Ruang lebar lantas tampak pada sisi teratas kotak penalti Atalanta. Mbappe pun berada di posisi yang cukup bebas untuk meminta bola dan mengonversi peluang menjadi gol.
Gelandang Atalanta, Matteo Ruggeri hanya bisa terkesima melihat betapa kolektif kerja sama tim yang ditunjukkan Mbappe dan kolega. Pemain berusia 22 tahun itu pun tak ragu menyematkan label “kejam” terhadap kualitas permainan Madrid.
“Mereka memanfaatkan peluang mereka sebaik-baiknya, dengan dua perubahan tempo mereka mencetak dua gol,” ujar Ruggeri dilansir Football Italia.
“Meskipun demikian, saya senang karena kami menghadapi tim terbaik di dunia saat ini. Ketika kualitas mereka dibiarkan muncul, mereka kejam,” tutupnya.
Sementara itu, Mbappe jelas girang bukan main usai menjalani debut yang manis. Seraya tersenyum lebar, dia mengakui mengangkat trofi bersama Madrid merupakan momen yang sudah dia idam-idamkan.
“Malam yang luar biasa. Saya sudah lama menantikan momen ini. Bermain dengan seragam ini, dengan logo ini, untuk para penggemar ini. Ini adalah hadiah bagi saya,” ujar Mbappe kepada Movistar.
“Kami juga memenangkan trofi, itu sangat penting. Kami tahu bahwa di sini kami harus selalu menang dan saya sangat senang,” tandasnya.
Bellingham yang merengkuh penghargaan pemain terbaik di laga ini ikut menyanjung Mbappe. Namun, bintang timnas Inggris ini tetap membumi dengan menyebut musim 2024-2025 tidak akan berjalan mudah bagi timnya.
“Kylian Mbappe brilian. Sangat tajam. Sangat berkualitas secara teknis. Rekan setim yang hebat. Dia bekerja keras untuk tim. Dia pantas mendapatkannya malam ini,” ujarnya kepada TNT Sports.
“Tidak setiap pertandingan akan seperti ini. Kami harus menderita pada saat-saat tertentu,” pungkas Bellingham.