Siapa yang tidak kenal dengan Persija Jakarta, klub legendaris Indonesia yang sudah merebut 11 gelar juara kompetisi sepak bola tertinggi di Indonesia? Kini, klub yang identik dengan warna merah dan putih tersebut, memiliki “soccer school” alias sekolah sepak bola (SSB).
Sebetulnya, ini bukan pertama kali Persija memiliki SSB. Sebelumnya pada era 1980-an, Persija memiliki SSB yang berpusat di Stadion Persija, Menteng, Jakarta Pusat. Saat itu, Persija memang memiliki kebutuhan pemain, khususnya di level junior.
Berkat keberadaan SSB saat itu, Persija memiliki tim junior untuk Piala Soeratin pada era 1990-an, dengan pemain seperti Eddy Sofyan ataupun Alberto Ali.
Sayangnya, SSB Persija sempat hilang hingga saat ini Persija memiliki soccer school sebagai bagian dari Persija Development atau pengembangan Persija. Tim pengembangan usia muda ini memiliki misi ‘Menuju Tim Utama’ dan sebagai awalan, Persija Soccer School menjadi kawah candradimuka-nya pemain-pemain muda Persija.
Persija Soccer School pertama kali dibuka di Nirwana Park, Sawangan, Depok, Jawa Barat, yang tak lain adalah pusat Latihan dari klub Persija Jakarta. Soccer School ini dibuka pada 2019.
Setelah itu, Persija Soccer School terus mengembangkan sayap dengan membuka outlet di Lapangan Giant Kong, Cijantung, Jakarta Timur pada Agustus 2022. Lalu yang terakhir ada di Persija Soccer Field, Pulomas, Jakarta Timur pada November 2022.
“Sudah hampir tiga tahun ada sekitar 50-70 siswa di tiap outletnya karena yang namanya sekolah sepak bola ‘kan pasti ada yang masuk dan keluar ya,” ujar Manager Operasional Persija Soccer School, Aglar Ardha, saat ditemui Ludus.id.
Aglar menjelaskan Persija Soccer School merupakan salah satu unit di bawah langsung Persija Development. Unit Persija Soccer School berfokus mengembangkan individu pemain untuk promosi ke tim utama.
Lebih lanjut, Aglar menuturkan perbedaan Persija Soccer School dengan SSB lainnya. Persija Soccer School memiliki lapangan latihan dengan standar tinggi. Rumput pun menggunakan bahan sintetis agar alur bola berjalan dengan baik.
Selain itu, setiap pelatih tim menangani setidaknya maksimal 10-15 pemain saja. Jadi, berbeda dengan kebanyakan SSB dengan satu pelatih yang harus bisa menangani semua siswa ketika latihan.
“Ini agar pelatih fokus meningkatkan individu pemain di lapangan. Semisal ada kekurangan, pelatih langsung memperbaiki. Latihannya juga lebih banyak teknik seperti passing, dribbling, dan lainnya ketimbang dengan game,” jelas Aglar.
Dengan berfokus kepada individu pemain, tidak heran banyak pemain yang masih aktif dari SSB lain ataupun sekitar lapangan Persija Soccer School, bergabung dengan sekolah bolanya Macan Kemayoran (julukan Persija) itu.
Pemain SSB lain yang bergabung dengan Persija Soccer School memiliki tujuan untuk menambah porsi latihan mereka di luar jam latihan di SSB masing-masing.
“Jadi, kita memang membentuk individu. Itu yang membedakan kami dengan yang lain,” kata Aglar.
Berjenjang ke tim utama
Persija Soccer School memiliki jenjang yang jelas. Setiap pemain yang memiliki kualitas dan kriteria yang sesuai dengan kebutuhan Persija Elite Pro Academy (EPA) ataupun Persija senior, berhak untuk mengikuti seleksi atau mungkin bisa langsung naik ke level selanjutnya.
Contohnya, dalam beberapa musim terakhir, Persija kerap mempromosikan pemain muda hasil binaan Persija EPA. Sebut saja, Ilham Rio Fahmi, Donny Tri Pamungkas, ataupun Rayhan Hannan, pemain Persija senior yang juga anggota skuad Indonesia di Piala Asia U-23 2024 lalu.
Dengan biaya pendaftaran sebesar Rp2,5 juta dan iuran bulanan Rp500 ribu, para siswa Persija Soccer School mendapatkan fasilitas lapangan yang berkualitas dan juga kesempatan menuju tim EPA dan tim senior Persija.
Apalagi, Persija memiliki banyak tim seperti Persija EPA U-16, U-18, dan U-20 yang membuat wadah bermain para pemain akar rumput Persija tidak sedikit. Belum lagi tim satelit seperti Persija Muda U-13, U-15, dan U-17 yang juga berpartisipasi di Piala Soeratin serta tim Liga 3 Jakarta yang diperuntukan untuk pemain U-23 dapat menjadi jenjang berikutnya.
“Kita tetap memberikan kesempatan kepada pemain Persija Soccer School untuk terlibat di tim EPA. Standar EPA ini tinggi, jadi melalui Soccer School ini, kita menyiapkan pemain agar siap berada di level itu. Namun, tidak hanya EPA, beberapa peman Persija Soccer School juga memperkuat tim Soeratin Persija, seperti musim lalu,” jelas Aglar.
“Tujuan kita mencetak pemain agar siap ke tim utama. Sekali lagi, kita maunya ke tim utama Persija, tetapi tak menutup kemungkinan ke klub lain juga karena kita tahu karier pemain tidak melulu langsung masuk ke tim induknya, tetapi bisa juga ke klub lainnya. Intinya, kami mencetak pemain agar siap di sepak bola level utama dan merasakan kompetisi usia muda yang resmi dari PSSI,” imbuh Aglar.
Bagi yang ingin bergabung dengan Persija Soccer School, Aglar juga mengatakan ada dua cara dengan usia minimal enam tahun dan maksimal 16-17 tahun. Pertama, melalui online dengan mengunjungi laman persijadevelopment.id/soccerschool atau langsung ke lokasi lapangan Persija Soccer School saat latihan.
Jadwal latihan di Sawangan, Depok, setiap Senin, Kamis, dan Sabtu pukul 16.00-18.00 WIB. Lalu latihan di Cijantung, Jakarta Timur, tiap Senin, Rabu, Jumat pukul 16.00-18.00 WIB.
Adapun latihan di Pulomas, Jakarta Timur, berlangsung tiap Selasa, Kamis, Sabtu. Untuk hari Selasa dan Kamis, latihan pukul 16.00-18.00 WIB, sedangkan Sabtu latihannya pukul 14.00-16.00 WIB.
Persija Soccer School yang aktif ini diharapkan bisa menjadi kantong pemain Persija di masa depan, sehingga klub tidak hanya mencari pemain hebat dari luar, tetapi bisa juga melahirkan ‘local hero’ yang benar-benar muncul dari sistem pembinaan Persija.