Piala AFF Nasibmu Kini: Dulu Primadona Timnas Indonesia, Kini Dipandang Sebelah Mata

Skuad Timnas Indonesia di ajang Piala AFF 2008. (Istimewa)

Turnamen Piala AFF dahulu menjadi primadona, kini hanya dipandang sebelah mata. Publik sudah tidak lagi mendambakan trofi Piala AFF lantaran dianggap hanya turnamen kelas dua. Bahkan, pelatih timnas Indonesia, Shin Tae-yong sekalipun tak memasang target tinggi untuk turnamen yang tahun ini bernama Asean Cup 2024 tersebut.

“Saya begitu berat untuk meninggalkan stadion Rajamangala. Ingin menangis rasanya. Tapi, air mata justru terasa sulit mengalir dari pelupuk mata. Hanya menghela napas panjang untuk melepas beban berat ini yang bisa saya lakukan,” tulis jurnalis senior, Miftakhul Faham Syah saat menceritakan pengalaman meliput Piala AFF 2008 dalam buku Mencintai Sepak Bola Indonesia Meski Kusut.

Kala itu, langkah timnas Indonesia terhenti oleh Thailand di babak semifinal. Timnas Indonesia asuhan almarhum Benny Dolo takluk dari Gajah Putih dengan agregat 1-3. Kelenjar air mata Miftakh sudah mengering meski hati ingin menangis. Bukan hanya dia, setiap tahun, begitulah yang dirasakan seluruh masyarakat Indonesia.

Kepala para pemain yang tertunduk sudah menjadi pemandangan biasa. Trofi Piala AFF terus didamba, namun tak kunjung berlabuh ke tangan punggawa Garuda. Sisanya hanyalah cerita pilu, langkah timnas Indonesia selalu kandas meski beberapa berhasil mencapai partai puncak.

“Mungkin ini hasil terbaik yang bisa kami capai,” ucap lirih kapten timnas Indonesia, Charis Yulianto usai harus mengakui keunggulan Thailand.

Pada edisi 2010 dan 2016, timnas Indonesia asuhan mendiang Alfred Riedl urung mengunci gelar meski tampil trengginas selama perjalanan menuju partai puncak. Begitu pula halnya kala Shin Tae-yong sudah menjabat pada edisi 2020 silam.

Bahkan pada edisi 2022, timnas Indonesia harus tersingkir lebih awal dari Vietnam di babak semifinal. Shin Tae-yong harus mengakui keunggulan timnas Vietnam arahan Park Hang-seo yang merupakan rival senegaranya.

Baca juga: 

Menolak Naif Bersama Skuad Indonesia U-17

Namun, itu semua hanyalah kenangan masa lalu. Tujuh paragraf barusan sudah tidak lagi relevan di zaman sekarang. Masyarakat Indonesia kini seolah tidak butuh lagi dengan yang namanya trofi Piala AFF.

Indikator prestasi timnas Indonesia terbelah menjadi dua di era Shin Tae-yong. Permainan timnas yang melesat dan deretan rekor yang menyertai membuat skuad Garuda sudah dianggap naik kelas.

Sebagian fans menganggap trofi sudah tidak penting lagi, yang penting Tim Merah Putih bisa berbicara di kompetisi taraf Asia, seperti Piala Asia 2023 atau putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 yang tengah berlangsung.

Trofi Piala AFF 2024 yang kini berganti nama menjadi Asean Cup 2024 dipamerkan di Fx Sudirman, Senayan, Jakarta, Sabtu (2/11). (Ilham Sigit Pratama/Ludus.id)

Terlebih lagi, Piala AFF tidak masuk ke dalam kalender FIFA. Pemain timnas Indonesia yang mayoritas berkarier di luar negeri tentu enggan jauh-jauh pulang ke tanah air hanya untuk turnamen yang tidak masuk perhitungan poin peringkat FIFA.

“Jika kita lolos grup (Piala Asia 2023), itu value-nya lebih dari 10 kali juara Piala AFF. Kalau lu kaya Singapura yang empat kali menang AFF tapi gak pernah ikut Piala Asia lu happyGue enggak,” ujar pengamat sepak bola, Justinus Lhaksana di akun Youtube Sport 77 Official.

“Karena kalau lu lolos dapat drawing yang bagus, lolos ke babak selanjutnya, pintu menuju Piala Dunia itu lebih nyata,” imbuh pria yang disapa Coach Justin itu.

Namun, di sisi lain, ketiadaan wujud fisik prestasi berupa trofi masih mengganjal golongan pecinta sepak bola tanah air yang lain. Masih ada pula pengamat atau suporter yang menganggap trofi masih menjadi tolok ukur prestasi.

Bagi mereka, piala ibarat mahkota bagi sang raja. Tanpa mengenakan mahkota, seorang raja tidak layak menduduki singgasana. Begitu pun timnas Indonesia yang dianggap belum layak menyandang raja Asia Tenggara lantaran belum mengangkat piala.

Toh, Vietnam atau Thailand yang berulang kali tampil di Piala Asia, dan juga pernah lolos ke putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia, sudah pernah merasakan gelar juara Piala AFF. Itu sebabnya, masih ada yang meyakini timnas Indonesia belum layak bersanding dengan dua raksasa tersebut.

“Kalau gue pribadi sih gue pengen banget kita juara (Piala AFF 2024) ya. Maksudnya orang bilang kita sudah naik kelas, itu kan gue selalu bilang validasinya ketika kita menjadi jagoan ASEAN tuh apa? Kan pastinya kan rentetan lu pernah jadi juara,” ucap pengamat sepak bola, Sapto Harya Rajasa pada Dewan Pundit Indonesia.

“Sekarang memang level timnas kita sedang di atas, mengalami lonjakan yang luar biasa. Tapi, untuk mengklaim diri kita sebagai raja ASEAN, tanpa memiliki mahkotanya, itu sih buat gue masih mengganjal ya,” sambung Sapto.

“Kita bisa berkaca kepada Thailand, mereka juga pernah kok masuk ke round 3 (Kualifikasi Piala Dunia), Vietnam pernah juga kok masuk ke round 3, tapi label mereka sebagai raja ASEAN itu dengan begitu banyaknya trofi mereka di level regional,” ujar jurnalis senior tersebut.

Kini bukan lagi prioritas

Timnas Indonesia sejatinya sangat mampu untuk menjuarai Piala AFF untuk kali pertama dalam sejarah pada edisi 2024 yang akan berlangsung pada 8 Desember 2024 hingga 5 Januari 2025 mendatang. Asalkan dihuni pemain-pemain berkualitas yang umumnya berkarier di luar negeri.

Sebelumnya, timnas Indonesia pernah merasakan ketika Egy Maulana Vikri harus terlambat hadir hingga partai semifinal Piala AFF 2020 lantaran masih sibuk dengan klubnya saat itu, FK Senica.

“Memang kami akan datang (ke Piala AFF 2024) dengan timnas Indonesia U-22. Jadi pastinya bisa kurang secara kemampuan dibanding tim lain.Tetapi, saya akan berusaha semaksimal mungkin.”

Asnawi Mangkualam (kiri), Egy Maulana Vikri (tengah) dan Witan Sulaeman (kanan) di Piala AFF 2020. (PSSI)

Maka kali ini, kecil kemungkinan pemain-pemain yang berkarier di Eropa seperti Sandy Walsh, Shayne Pattynama, Marselino Ferdinan, Mees Hilgers, Eliano Reijnders hingga Thom Haye, Nathan Tjoe-A-On, Jay Idzes hingga Ivar Jenner bisa tampil di Piala AFF 2024.

Timnas Indonesia sejatinya masih bisa dihuni pemain-pemain abroad lainnya seperti Pratama Arhan, Asnawi Mangkualam dan Maarten Paes. Sebab, klub-klub mereka sudah selesai berkompetisi di liga masing-masing.

Namun, masih timbul pertanyaan apakah mereka akan dilepas klub atau tidak. Sebab, sang pemain harus beristirahat usai berjibaku dengan ketatnya kompetisi. Klub-klub yang menaungi juga kemungkinan menolak melepas sebab harus mempersiapkan agenda pramusim.

Hingga kemudian timbul pernyataan mengejutkan dari Shin Tae-yong saat menghadiri Asean Cup 2024 Trophy Tour di Fx Sudirman, Senayan, Jakarta Selatan pada Sabtu (2/11) lalu. Arsitek asal Korea Selatan itu mengumumkan dirinya akan memakai jasa pemain U-22 untuk Piala AFF 2024 nanti.

“Memang kami akan datang (ke Piala AFF 2024) dengan timnas Indonesia U-22. Jadi pastinya bisa kurang secara kemampuan dibanding tim lain.Tetapi, saya akan berusaha semaksimal mungkin,” kata Shin Tae-yong kepada awak media termasuk Ludus.id.

Pelatih timnas Indonesia, Shin Tae-yong memberi keterangan kepada media pada acara Asean Cup 2024 Trophy Tour. (Ilham Sigit Pratama/Ludus.id).

Tak sampai di situ, Shin Tae-yong tidak menyinggung sedikit pun soal target mengakhiri puasa gelar timnas Indonesia di ajang Piala AFF. Shin Tae-yong justru mengatakan mencapai final merupakan hasil yang lebih realistis.

“Dan, saya berharap kita bisa datang sampai ke final dan kemampuan kita ya juga sudah berkembang juga sampai sekarang. Jadi, jujur ya saya berharap bisa masuk final Piala AFF,” ucap Shin Tae-yong.

Shin Tae-yong juga menuturkan alasan timnas Indonesia tidak menatap Piala AFF 2024 dengan kekuatan penuh. Lagi-lagi, status turnamen yang tidak masuk ke kalender FIFA menjadi alasan.

“Seperti yang kita tahu, ini (Piala AFF 2024) bukan periode FIFA Matchday. Dan bukan juga turnamen yang diresmikan FIFA. Jadi, kemungkinan sulit untuk panggil pemain-pemain luar (negeri). Ya, mungkin itu salah satu alasan kenapa kita tidak bisa bawa timnas senior,” jelas pelatih asal Korea Selatan itu.

PSSI juga tidak menjadikan Piala AFF sebagai prioritas. Buktinya, Liga 1 akan tetap bergulir di tengah Piala AFF 2024. Bahkan, Ketua Umum PSSI, Erick Thohir sempat mengatakan terang-terangan Piala AFF hanyalah sasaran antara.

“Saya sudah pernah mengatakan. SEA Games kita fokus, Asian Games kita kirim tim muda, di AFC senior, (Piala Asia) U-23 kita serius. Di AFF ya kita trial saja,” kata Erick di Gedung Kementerian BUMN pada 5 April 2024 silam.

“Kalau ditanya ‘bagaimana pak kalau tim-tim lain menurunkan tim senior?’ Ya tidak apa-apa, toh pemain timnas Indonesia juga generasinya di bawah 25 tahun,” ucap Erick pada konferensi pers lain di Menara Danareksa, Jakarta Pusat, 21 Juni 2024 lalu.

Janji Presiden FIFA

Presiden FIFA, Gianni Infantino pernah mengumbar janji manis usai Piala AFF 2022 digelar. Menurut Infantino, Piala AFF akan dimasukkan ke dalam kalender FIFA. Langkah ini dilakukan setelah pihaknya melihat betapa antusias suporter di Asia Tenggara terhadap ajang Piala AFF.

“Dengan populasi lebih dari 650 juta orang, masyarakat di kawasan ini semuanya sangat suka sepak bola. Selain itu, dalam tiga tahun terakhir, negara-negara Asia Tenggara semuanya tertarik pada sepak bola,” kata Infantino dipetik Zing News.

“Piala AFF ditingkatkan menjadi turnamen FIFA. Saya memastikan kompetisi ini semakin berkembang. Saya yakin jika kita bekerja sama, Piala AFF semakin besar dengan persetujuan FIFA,” lanjutnya.

FIFA sempat berupaya agar Piala Teluk dimasukkan ke dalam kalender FIFA. Namun

hingga kini, turnamen antar negara Jazirah Arab itu masih belum diakui FIFA. Sama halnya dengan Piala Teluk, wacana pengangkatan Piala AFF ke kalender FIFA masih lenyap ditelan angin.


Suka dengan artikel ini?

Bagikan Artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.