Fun Chess Night bersama Pasangan Grandmaster: Gebrakan Baru Eka Putra Wirya untuk Bikin Catur Jadi Gembira

Ludus01

LUDUS - Di sebuah kafe bernama Tutur, malam ini papan-papan catur tidak lagi hanya menjadi medan konsentrasi penuh dahi berkerut. Ada cahaya lampu hangat, gelas kopi mengepul, dan tawa yang lepas dari pengunjung yang bukan sekadar datang untuk minum atau bersantai.

Mereka menjadi saksi sebuah gebrakan baru dari Eka Putra Wirya, Dewan Pembina PB Percasi, yang kembali mencari cara agar catur bisa keluar dari citra permainan yang dingin dan terlalu serius. Setelah sebelumnya mendirikan Museum Catur Indonesia, kini Eka meluncurkan program bertajuk Fun Chess Night, sebuah konsep turnamen santai, chill, dan penuh hiburan.

Pemilihan Kafe Tutur sebagai lokasi perdana bukanlah kebetulan. Tempat ini dikenal sebagai ruang perjumpaan yang hangat, di mana cerita dan obrolan lahir dari meja ke meja. Nama “Tutur” sendiri menyimpan filosofi: tentang tradisi bercerita, bertukar pikiran, dan menuturkan pengalaman.

Suasana kafe dengan pencahayaan temaram, musik yang mengalun, serta aroma kopi yang memenuhi udara, membuat catur malam itu terasa begitu cair, jauh dari kesan kaku aula turnamen atau gedung resmi. Apalagi, kafe ini juga dikenal dengan sajian kulinernya: mulai dari makanan nusantara seperti nasi goreng kampung dan soto ambengan, hingga menu barat seperti pasta dan steak yang disajikan hangat. “Makanannya enak, bikin betah nongkrong lama-lama,” ujar Purwika, seorang pengunjung yang malam itu tak hanya menonton, tapi juga ikut menjajal papan catur.

Dan karena sifatnya fun, malam itu catur tak hanya ditemani tawa, tapi juga musik. Sebuah band hadir mengiringi jalannya acara, membawakan lagu-lagu Koes Plus, tembang-tembang nostalgia, hingga lagu dangdut yang membuat pengunjung bergoyang.

Pada edisi perdana, panggung utama diisi oleh pasangan catur paling prestisius di negeri ini: GM Sean Winshand Cuhendi dan GMW  Dewi AA Citra. Mereka adalah pasangan grandmaster pertama di Indonesia, dan keduanya tampil bersebelahan, berhadapan dengan 20 pecatur sekaligus dalam catur simultan.

Lawan-lawan mereka bukan atlet profesional, melainkan pengunjung Kafe Tutur yang kebetulan ingin menjajal pengalaman melawan pecatur kelas dunia. Hasilnya? Sean dan Citra tetap tak tergoyahkan. Kemenangan mutlak mereka disambut riuh rendah tawa penonton yang menyaksikan dengan santai, seolah sedang menonton pertunjukan musik.

Tidak berhenti di sana, GM Sean sebelumnya menantang diri lebih jauh: bermain blindfold chess, catur buta, tanpa melihat papan. Dengan tenang ia tetap menaklukkan lawannya.

Sementara itu, IM Satria Duta Cahaya atau kerap disapa Duta, juga tampil di arena dan menyapu bersih permainan dengan kemenangan. Duta melawan dua pecatur sekaligus. Di tangan mereka, catur benar-benar tampak sebagai atraksi yang hidup, bukan sekadar duel hening di papan kotak-kotak.

Salah satu pengunjung, seorang mahasiswa yang awalnya hanya mampir untuk menyeruput kopi, mengaku terkejut bisa duduk satu meja dengan grandmaster. “Awalnya cuma mau nongkrong, nggak nyangka bisa main lawan GM. Kalah sih, tapi seru banget. Rasanya kayak ikut pertunjukan, tapi kita juga bisa jadi bagian dari panggung,” katanya. Suasana riuh itu menular, setiap tawa, setiap langkah bidak, jadi bagian dari cerita yang dibawa pulang pengunjung.

Eka Putra Wirya menjelaskan mengapa ia melahirkan gagasan ini. “Ini kan tujuannya untuk menggairahkan catur, sekaligus menghadirkan hiburan. Jadi ada unsur entertainment, ada suasana fun, sehingga semuanya santai dan gembira. Kalau suasananya gembira, orang pun akan lebih senang menonton catur,” ujarnya.

Baginya, kunci penting agar olahraga ini semakin diminati bukan dengan menjaga keseriusannya, melainkan menghadirkan sisi menyenangkan. Fun Chess Night bukan sekadar acara, tapi ruang baru di mana atraksi catur hadir layaknya hiburan yang bisa dinikmati siapa saja.

Eka percaya, jika atmosfer ini dijaga konsisten, Kafe Tutur bisa menjadi lokasi rutin dengan jadwal tetap. “Problemnya kalau terlalu serius, anak-anak jadi enggan. Mereka lebih suka suasana yang gembira, lari-lari, bercanda, dan itu yang ingin kita coba hadirkan. Bagaimana catur ini bisa diminati anak-anak. Kalau mereka sudah merasa gembira, lebih mudah nantinya kita masuk ke inti permainannya,” kata Eka. Ia ingin, dari ruang yang penuh tawa itu, lahir generasi baru yang lebih mencintai catur sejak dini.

Sambutan publik pada edisi perdana disebut Eka luar biasa. Ia membayangkan ke depan acara ini akan digelar rutin, dengan variasi permainan yang berbeda setiap kali, sehingga pengunjung terus tertarik untuk datang.

Dari sebuah kafe di sudut kota Bekasi, catur sedang dirayakan dengan wajah baru: tak melulu serius, melainkan hangat, cair, penuh keriangan, ditemani aroma kopi, obrolan yang mengalir, sepiring makanan yang menambah rasa betah, serta irama musik yang membuat catur terasa benar-benar gembira.

Maka, datanglah setiap hari Selasa ke Kafe Tutur. Duduklah di meja yang sama dengan para pecatur nasional yang biasanya hanya bisa dibaca kisahnya di media, atau tonton lewat televisi dan media sosial. Di sini, mereka hadir nyata, tersenyum, bercanda, bahkan bernyanyi bersama.

Dan di atas papan kotak-kotak itu, kita akan menemukan kembali filosofi sederhana catur: bahwa hidup bukan hanya tentang kemenangan dan kekalahan, melainkan tentang perjumpaan, cerita, dan kegembiraan yang lahir di antaranya.

Silakan kunjungi LUDUS Store untuk mendapatkan berbagai perlengkapan olahraga beladiri berkualitas dari sejumlah brand ternama.

Anda juga bisa mengunjungi media sosial dan market place LUDUS Store di Shopee (Ludus Store), Tokopedia (Ludus Store), TikTok (ludusstoreofficial), dan Instagram (@ludusstoreofficial).

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?

MULAI BAGIKAN

Response (0)

Login untuk berkomentar

Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.

No comments yet. Be the first to comment!