Perebutan Dua Tiket Piala Dunia Cerebral Palsy: Tujuh Negara di IFCPF Asia–Oceania Cup Solo 2025
Akhmad Sef


LUDUS - Tribun Stadion Sriwedari yang bersih dan terang memantulkan langkah-langkah para kontingen yang tiba dengan hati setegap tekad mereka. Di Solo, kota yang kerap menjadi rumah bagi olahraga disabilitas, tujuh negara berkumpul dalam satu tujuan yang sederhana sekaligus monumental: berebut dua tiket menuju Piala Dunia Sepak Bola Cerebral Palsy atau IFCPF World Cup 2026. Kompetisi ini bukan sekadar turnamen; ia adalah bahasa keberanian para atlet cerebral palsy yang ingin membuktikan diri di gelanggang global.

Foto/NPC Indonesia
Sepak bola cerebral palsy (CP) sendiri adalah cabang sepak bola tujuh lawan tujuh yang dirancang khusus bagi atlet dengan cerebral palsy, stroke, atau cedera otak traumatis. Lapangannya lebih kecil, durasinya lebih singkat, dan aturannya disesuaikan agar setiap pemain dapat bertanding dengan aman, adil, dan tetap mengedepankan intensitas permainan. Di sinilah kemampuan motorik, kelincahan, kontrol bola, serta kecerdasan taktik menjadi bentuk keberanian yang paling nyata.

Cerebral palsy itu sendiri adalah kondisi gangguan gerak dan postur tubuh yang disebabkan oleh kerusakan atau gangguan pada otak bagian yang mengatur pergerakan, yang terjadi sebelum lahir, saat lahir, atau pada masa bayi. Kondisi ini bersifat permanen, tetapi tidak bersifat progresif, artinya kerusakan otaknya tidak makin parah seiring waktu, meskipun gejala fisiknya bisa berubah sejalan dengan pertumbuhan.

Foto/NPC Indonesia
Dalam daftar peserta IFCPF Asia-Oceania Cup 2025 yang akan mulai digelar hari Minggu (16/11/25) pagi, Indonesia bersama Australia, Jepang, Iran, Korea Selatan, Malaysia, dan Thailand. Mereka bukan sekadar nama-nama negara; mereka adalah medan perbandingan kemampuan, keberanian, dan keteguhan. Iran membawa mahkota sebagai juara bertahan IFCPF World Cup 2024, memasuki grup B bersama Korea Selatan, Malaysia, dan Thailand, dengan sikap unggulan yang seolah menegaskan bahwa pengalaman adalah modal yang tak bisa dipalsukan. Australia menjejak turnamen ini dengan status unggulan kedua, berada di urutan ke-12 dunia, siap menantang Indonesia dan Jepang di grup A.

Foto/NPC Indonesia
IFCPF, melalui CEO-nya, Ashley Hammond, seperti membawa berita baik setiap kali ia bicara tentang kesiapan Indonesia. Dari ruang jumpa pers di Sunan Hotel Solo, Jumat (14/11/25) siang, ia menyampaikan rasa percayanya. Baginya, ajang ini adalah titik ketiga setelah European Championship di Inggris dan Copa America di Uruguay, dan Indonesia tampak menjanjikan sejak ia menapakkan kaki di bandara.
“Ketika pertama kali saya keluar dari bandara, saya sudah bisa tersenyum bahagia karena Indonesia dapat menyelenggarakan event ini dengan bagus,” ujarnya, seolah menyiratkan bahwa persiapan panitia lokal telah menenun optimisme dalam setiap rapat yang mereka lakukan.

Foto/NPC Indonesia
Di balik penilaian teknis itu, Sam Turner, sang Technical Delegate IFCPF, turut menyimpan kekaguman. Ia telah meninjau Stadion Sriwedari, Stadion UNS, serta Lapangan Kota Barat, tiga venue yang pernah menjadi tempat latihan resmi FIFA World Cup U-17 2023. Turner tertegun ketika mengetahui bahwa Sriwedari pernah menjadi arena FESPIC Games 1986.
“Saya merasa ada banyak warisan sejarah yang ditawarkan oleh Stadion Sriwedari. Jadi, saya berharap di stadion yang menjadi venue pembukaan dan penutupan ini akan tersaji event yang sangat spektakuler,” katanya, menggenggam harapan bahwa stadion ini akan kembali menyajikan keindahan yang sama seperti puluhan tahun lalu.

Foto/NPC Indonesia
Rima Ferdianto, Ketua Organizing Committee Indonesia, mengambil tempat tersendiri dalam alur besar ini. Dengan jujur ia menyampaikan apresiasi kepada Kemenpora dan khususnya Erick Thohir yang mengupayakan agar turnamen ini dapat berlangsung. Di balik kata-katanya, tersimpan harapan agar semua kontingen membawa pulang kesan positif, dan Indonesia dapat berdiri tegak dengan hasil terbaik.

Foto/NPC Indonesia
Pada laga pembuka, Indonesia sebagai pendatang baru ajang level Asia-Oseania langsung berhadapan dengan Australia di Stadion Sriwedari, Minggu (16/11/25) pukul 08.00 WIB. Yanuar Dhuma Ardiyanto, pelatih kepala Indonesia, memancang target sederhana namun tidak kecil: masuk empat besar. Timnya telah ditempa sejak Agustus dan berkumpul penuh sejak awal Oktober di Solo. Ia tahu Australia bukan lawan yang ringan. Pengalaman mereka panjang, postur mereka tinggi, dan ritme mereka matang. “Tetapi kita sudah punya strategi,” ucap Yanuar, meredam kegugupan dengan keyakinan.

Foto/NPC Indonesia
Di seberang lapangan, Australia menyambut pertandingan dengan sikap yang tidak menyepelekan. Kai Lammert, pelatih mereka, menatap Indonesia dengan rasa hormat setelah mempelajari video-video penampilan tim Merah Putih di ASEAN Para Games. “Ranking bukan hal penting dalam event ini,” katanya. Ia tahu keberanian tidak bisa dibaca dari angka, dan Indonesia telah memamerkan hal-hal spektakuler di lapangan.

Foto/NPC Indonesia
Dan di sinilah cerita itu mulai memanjang, menyusuri ketegangan yang dibawa tujuh negara. Solo seperti kembali menjadi pusat gravitasi, tempat sejarah dan masa depan bertemu. IFCPF Asia-Oceania Cup 2025 bukan sekadar turnamen; ia adalah pertandingan antara eksistensi dan harapan.
Di setiap umpan dan tekel, mungkin terselip mimpi seorang atlet yang ingin dunia akhirnya tahu: bahwa dari sini, mereka ingin memulai perjalanan menuju Amerika Serikat.

Silakan kunjungi LUDUS Store untuk mendapatkan berbagai perlengkapan olahraga beladiri berkualitas dari sejumlah brand ternama.
Anda juga bisa mengunjungi media sosial dan market place LUDUS Store di Shopee (Ludus Store), Tokopedia (Ludus Store), TikTok (ludusstoreofficial), dan Instagram (@ludusstoreofficial).

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!





