Raja Sapta Oktohari dan Pesan Tegas Director General OCA: Federasi Nasional Harus Selaras dengan NOC dan Olympic Charter
Akhmad Sef


LUDUS - Di ruang yang dipenuhi percakapan tenang tapi tegas, Husain Al-Musallam berbicara bukan hanya sebagai pejabat, melainkan sebagai seseorang yang memahami bagaimana sebuah bangsa bisa jatuh atau bangkit lewat olahraganya. Director General Dewan Olimpiade Asia (OCA) itu datang ke Kantor Komite Olimpiade Indonesia (NOC Indonesia), disambut oleh Raja Sapta Oktohari dengan jabat tangan hangat dan tatapan yang penuh makna: inilah momen ketika arah olahraga Indonesia dibicarakan tidak dengan slogan, tapi dengan prinsip.

Foto/NOC Indonesia/Naif Muhammad Al As
Kunjungan resmi itu menjadi lebih dari sekadar seremoni. Di balik diskusi dan senyum formal, ada pesan yang kuat dan jernih dari Husain: olahraga tidak bisa tumbuh jika fondasinya tidak selaras. Ia menegaskan, Dewan Olimpiade Asia hanya bekerja sama dengan federasi nasional yang diakui oleh NOC dan federasi internasional yang sah di bawah Komite Olimpiade Internasional. Prinsip ini, kata Husain, bukan sekadar aturan administratif, melainkan napas dari integritas olahraga itu sendiri.
“Federasi Internasional, termasuk World Aquatics, bekerja sama dan hanya mengakui federasi nasional yang diakui NOC,” ucapnya dengan nada yang nyaris seperti nasihat seorang guru besar. “Sangat penting bagi semua pihak yang terlibat dalam olahraga untuk beroperasi di bawah satu konstitusi, Olympic Charter dan statuta federasi internasional masing-masing. Hanya dengan cara itu persatuan dan integritas olahraga dapat benar-benar terwujud.”

Foto/NOC Indonesia/Naif Muhammad Al As
Kalimat itu seperti mengetuk hati banyak pihak di ruangan itu, sebuah pengingat bahwa olahraga bukan arena rebutan nama, tapi ruang bagi persatuan dan nilai. Husain, yang juga menjabat sebagai President World Aquatics, memandang Indonesia dengan optimisme. Ia melihat negara ini sedang membangun sesuatu yang lebih besar dari medali, yakni keselarasan.
Ia bahkan menyebut Indonesia sebagai contoh yang layak dicatat: “Untuk pertama kalinya, saya melihat kesatuan luar biasa antara pemerintah, NOC, dan federasi nasional. Ini fondasi yang kuat untuk masa depan olahraga Indonesia.”
Kata “kesatuan” menjadi kunci dari seluruh pembicaraan hari itu. Di satu sisi, Husain berbicara tentang tata kelola dan prinsip; di sisi lain, ia menyinggung tentang sesuatu yang lebih konkret: pembinaan. Ia menekankan pentingnya membangun olahraga dari akar, dari pelatih, dari anak-anak muda, dari lapangan-lapangan yang jauh dari kamera dan panggung besar.

Foto/NOC Indonesia/Naif Muhammad Al As
“Pelatih adalah elemen penting dalam pertumbuhan olahraga,” katanya. “Indonesia memiliki fasilitas luar biasa, tenaga pengajar kompeten, dan komitmen tinggi dari semua pihak. Ini kombinasi yang sangat menjanjikan.”
Nada suaranya mencerminkan keyakinan bahwa masa depan bisa dibentuk jika semua elemen berjalan di rel yang sama. Di hadapan para pengurus dan pejabat, ia tidak hanya berbicara tentang prestasi, tetapi juga tentang warisan, tentang bagaimana sebuah sistem bisa melahirkan juara dengan karakter, bukan hanya skor.

Raja Sapta Oktohari, dengan tenang, menegaskan bahwa prinsip itu sejalan dengan arah NOC Indonesia. Ia menyebut, NOC akan terus berpegang pada Olympic Charter, menjadikan kolaborasi antara pemerintah, NOC, dan federasi nasional sebagai tulang punggung ekosistem olahraga yang berkelanjutan.
“NOC Indonesia berpegang teguh pada prinsip bahwa kolaborasi antara pemerintah, NOC, dan federasi nasional adalah kunci membangun ekosistem olahraga yang berkelanjutan,” ujar Okto. “Dukungan dari World Aquatics menjadi dorongan besar bagi kami untuk terus memperkuat tata kelola olahraga di Indonesia.”

Foto/NOC Indonesia/Naif Muhammad Al As
Di balik meja dan protokol, tampak pula simbol harmoni: Okto tidak sendiri. Ia didampingi anggota Komite Eksekutif: Wisnu Wardhana, Josephine Tampubolon, Akbar Nasution, dan Wakil Sekjen Daniel Loy. Dari pihak World Aquatics, Husain hadir bersama James Gibson, sang Olympian renang yang kini menjadi figur penting dalam pengembangan pusat pelatihan dan federasi di seluruh dunia. Gibson sebelumnya juga menggelar coaching clinic di Indonesia, memberi warna baru dalam pendekatan pembinaan yang berorientasi jangka panjang.
Kunjungan Husain di Jakarta tak berhenti di ruang rapat. Ia meninjau fasilitas akuatik nasional, menyapa atlet muda yang sedang berlatih, dan berbicara dengan orang tua mereka. Di situlah, dalam percakapan sederhana tentang mimpi dan disiplin, ia menegaskan lagi bahwa keluarga adalah fondasi pertama pembinaan. Bahwa setiap juara lahir bukan hanya dari pelatih atau program, tetapi dari rumah, dari doa, kesabaran, dan keyakinan orang tua pada anaknya.

Foto/NOC Indonesia/Naif Muhammad Al As
Ketika Husain Al-Musallam meninggalkan Jakarta, ia meninggalkan lebih dari sekadar pesan resmi. Ia meninggalkan gema tentang arah: bahwa olahraga Indonesia, dengan kesatuan antara pemerintah, NOC, dan federasi nasionalnya, sedang menata diri menuju harmoni besar, di mana setiap renang, setiap angkatan besi, setiap lompatan atletik, mengalir dalam satu arus: Olympic Charter.

Silakan kunjungi LUDUS Store untuk mendapatkan berbagai perlengkapan olahraga beladiri berkualitas dari sejumlah brand ternama.
Anda juga bisa mengunjungi media sosial dan market place LUDUS Store di Shopee (Ludus Store), Tokopedia (Ludus Store), TikTok (ludusstoreofficial), dan Instagram (@ludusstoreofficial).

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!





