Satria Duta Cahaya Bikin Kejutan di Piala Dunia Catur FIDE 2025: Tahan Imbang Grandmaster Armenia, Ini Kata Eka Putra Wirya

Ludus01

Foto/PB Percasi

LUDUS - FM Satria Duta Cahaya melangkah tenang di papan satu Resort Rio, Goa, India, Sabtu malam, 1 November 2025. Main dengan buah putih, pembukaan Inggris, langkah awal dengan bidak ke c4, mengawali duel menegangkan antara pecatur muda Indonesia berusia 17 tahun itu dengan Grandmaster Haik M. Martirosyan, unggulan ke-75 dari Armenia. Tak banyak yang menduga, permainan yang dimulai dengan ketenangan itu akan berakhir dramatis di langkah ke-54, saat keduanya sama-sama tersisa di bawah satu menit dan sepakat berbagi angka. Remis yang berharga. Remis yang tak datang dari keberuntungan.

Foto/PB Percasi

Foto/PB Percasi

Duta, dengan elo rating 2393 dan status FIDE Master, tampil penuh keyakinan menghadapi lawan yang lebih dari dua ratus poin di atasnya. Ia duduk tegak, membuka langkahnya dengan c4, sesuatu yang, menurut GM Susanto Megaranto, tidak pernah ia mainkan sebelumnya di ajang internasional. Kejutan itu rupanya membuat Martirosyan, pecatur berperingkat ketiga di Armenia, harus berpikir lama sebelum menjawab dengan e5. Di antara desahan napas dan ketukan jam, dua dunia bertemu: pengalaman matang dan keberanian muda.

Langkah-langkah awal berjalan sesuai rencana. Duta memainkan pembukaan yang telah ia siapkan bersama GM Susanto dengan disiplin tinggi. Gajahnya difianchetto, diletakkan di sisi panjang diagonal untuk membangun tekanan ke sayap Menteri dan Raja sekaligus. Strategi ini membuat Martirosyan kehilangan ritme. Ketika permainan memasuki langkah ke-15, Duta bahkan unggul satu bidak. Posisi yang jarang terjadi ketika seorang FM menekan GM di panggung sebesar Piala Dunia Catur.

Foto/PB Percasi

Foto/PB Percasi

Tapi keunggulan kecil di catur jarang berarti kemenangan pasti. Martirosyan, dengan pengalaman panjang di turnamen elite Eropa, segera merespons. Ia menolak penyederhanaan permainan, terus bermanuver, menekan pion b3 milik Duta, lalu mengorbankan satu bidaknya demi membuka jalur serangan ke area h2. Serangan itu mengalir cepat, Menteri, Benteng, dan Gajah hitam berbaris seperti pasukan yang hendak menyerbu. Duta, di sisi lain, bertahan dengan akurasi dan ketenangan luar biasa. Beberapa kali posisi terlihat genting, tapi ia menutup celah satu per satu, mempertahankan keseimbangan hingga waktu habis.

“Krisis waktu membuat saya agak panik. Saya sempat unggul tipis dan sempat ingin memaksa menang, tapi akhirnya hasil remis ini sudah maksimal,” ujar Duta dalam analisis pascapertandingan bersama GM Susanto Megaranto.

Susanto lalu menambahkan, “Sebenarnya permainan Duta sudah sesuai persiapan. Dia unggul pion, tapi lawan unggul ruang gerak. Martirosyan juga memainkan psikologinya dengan waktu tersisa enam detik, dan Duta tidak terpancing.”

Ketika jam digital menunjukkan keduanya tersisa di bawah satu menit, langkah demi langkah menjadi adu keberanian. Bidak-bidak saling mengunci, Menteri berputar mencari ruang, dan akhirnya, di langkah ke-54, kedua pemain sepakat remis. Tepuk tangan kecil terdengar di ruang permainan, menandai akhir dari duel pertama babak pembuka Piala Dunia Catur FIDE 2025.

Foto/PB Percasi

Foto/PB Percasi

Skor sementara pun menjadi 0,5–0,5. Hari ini, 2 November, Duta akan kembali bertarung, kali ini dengan buah hitam. Ia tahu gim kedua akan menentukan. Jika kembali imbang, keduanya harus masuk ke babak tiebreak: dua gim catur cepat, lalu kilat, hingga ada pemenang. “Saya sudah siap, sudah disiapkan coach Susanto untuk pertandingan besok,” katanya, singkat tapi penuh keyakinan.

Sebelum FM Satria Duta Cahaya berangkat ke Goa India, Dewan Pembina PB Percasi Eka Putra Wirya menilai, Duta merupakan pecatur muda yang gigih dan pekerja keras.

“Duta saya rasa pemain harapan Indonesia, dia pemain berbakat. Kalau di World Cup dia buat kejutan, ini merupakan lompatan pertama Duta menjadi grand master. Satu hal yang saya lihat, Duta ini pekerja keras,” ujar Eka.

Dan kejutan itu terjadi. Ada nada keyakinan yang tak berlebihan di suara Eka, keyakinan seorang pembina yang tahu betapa keras perjalanan menuju gelar Grand Master. Kata “pekerja keras” yang ia ucapkan terdengar sederhana, tapi di dunia catur, kata itu berarti jam-jam panjang di depan papan, kegagalan yang diterima dengan kepala tegak, dan ketekunan yang tak terlihat publik. Mungkin, di sanalah masa depan catur Indonesia sedang bertumbuh, pelan, tapi pasti.

Foto/PB Percasi

Foto/PB Percasi

Turnamen akbar ini diikuti 206 pemain dari 81 negara, meski hanya 156 yang turun sejak babak pertama. Formatnya sistem gugur, hanya 78 pemenang babak ini yang akan melaju untuk bergabung dengan 50 unggulan teratas dunia seperti GM Gukesh D., Praggnananda, Ian Nepomniachtchi, Fabiano Caruana, dan Daniil Dubov. Total hadiah mencapai lebih dari Rp33 miliar, dan tiga besar berhak tampil di Turnamen Kandidat 2026, pintu menuju perebutan gelar Juara Dunia Catur.

Foto/PB Percasi

Foto/PB Percasi

Di antara deretan nama besar dan angka elo yang mengintimidasi, berdirilah satu nama dari Indonesia: Satria Duta Cahaya. Dalam sorot lampu Goa yang hangat, langkah kecilnya di papan catur malam itu mungkin belum mengguncang dunia. Tapi setiap revolusi, bahkan dalam dunia bidak dan benteng, selalu dimulai dari satu langkah kecil yang berani, dan Duta telah memulainya.

Silakan kunjungi LUDUS Store untuk mendapatkan berbagai perlengkapan olahraga beladiri berkualitas dari sejumlah brand ternama.

Anda juga bisa mengunjungi media sosial dan market place LUDUS Store di Shopee (Ludus Store), Tokopedia (Ludus Store), TikTok (ludusstoreofficial), dan Instagram (@ludusstoreofficial).

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?

MULAI BAGIKAN

Response (0)

Login untuk berkomentar

Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.

No comments yet. Be the first to comment!