Prestasi bulutangkis Indonesia dalam sorotan karena sepanjang 2023 para atletnya sangat jarang menjuarai berbagai turnamen bergengsi. Indonesia gagal meraih prestasi tertinggi di beberapa ajang prestisius. Dua di antaranya adalah Asian Games 2022 Hangzhou dan BWF World Tour Finals 2023.
Perwakilan Merah Putih gagal total di dua ajang tersebut. Tak ada satu pun gelar juara yang bisa dibawa pulang oleh pebulutangkis Indonesia.
Pencapaian negatif di Asian Games 2022 bahkan menciptakan sejarah kelam bagi bulutangkis Indonesia. Itu lantaran untuk pertama kalinya dalam sejarah Asian Games, Indonesia gagal membawa pulang satu pun medali sejak olahraga ini dipertandingkan sejak 1962.
Sementara, untuk BWF World Tour Finals, semakin memperpanjang puasa gelar Indonesia di ajang itu menjadi empat tahun. Terakhir kali wakil Indonesia naik ke podium tertinggi BWF World Tour Finals pada edisi 2019 yang diraih pasangan ganda putra Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan.
Praktis, hanya SEA Games yang menjadi pelipur lara bagi PP PBSI sepanjang 2023 lantaran keluar sebagai juara umum dengan raihan 5 medali emas, 3 medali perak, dan 3 medali perunggu. Hanya saja, SEA Games sudah bukan lagi jadi prioritas dan lebih dianggap sebagai ajang mematangkan pemain muda.
Tentu, serangkaian hasil minor tersebut memunculkan kekhawatiran akan kemunduran prestasi bulutangkis Indonesia. Apalagi, tahun ini akan berlangsung Olimpiade 2024 yang dihelat di Paris, Prancis dan bulutangkis merupakan salah satu nomor unggulan Indonesia untuk membawa pulang medali.
Tak hanya sekadar unggulan, bulutangkis juga merupakan cabang olahraga yang rutin menyumbangkan medali emas Olimpiade bagi Indonesia sejak 1992 silam, kecuali 2012. Tentu, prestasi itu ingin terus dijaga dan diteruskan.
PBSI pun tak ingin tradisi emas Olimpiade yang sudah berjalan selama ini terputus. Demi memenuhi target tersebut, Induk organisasi bulutangkis Tanah Air itu membentuk tim khusus yang dinamakan Tim Ad Hoc Olimpiade 2024 yang berdasarkan Surat Keputusan (SK) sudah berjalan sejak 7 Desember 2023.
Ini menjadi pertama kalinya PBSI membentuk Tim Ad Hoc sebagai persiapan menuju Olimpiade. Tim Ad Hoc Olimpiade 2024 yang diketuai oleh Komjen Pol Muhammad Fadil Imran yang juga menjabat sebagai Kabaharkam Polri merupakan gabungan dari pengurus PBSI dan para legenda bulutangkis yang sebelumnya pernah meraih medali emas Olimpiade. Ditambah dengan tim pendukung seperti sport science, medis, dan psikolog.
Manajer Tim Ad Hoc Olimpiade Paris 2024, Armand Darmadji, mengatakan, persiapan menuju Olimpiade Paris 2024 telah dilakukan sejak Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) PBSI 2021. Pembentukan Tim Ad Hoc merupakan penyempurnaan dari persiapan menuju event tersebut.
“Perjalanan ke Olimpiade Paris membutuhkan peta jalan dan program yang jelas supaya kita bisa menaikkan peringkat dan memasukkan sebanyak mungkin atlet Indonesia ke Olimpiade. Ini adalah fokus PBSI saat ini,” ujar Armand dalam konferensi pers di Cipayung, Jakarta, Senin (8/1/2023) yang turut dihadiri Ludus.id.
Sebagai informasi, cabang olahraga bulutangkis di Olimpiade Paris 2024 akan berlangsung pada 27 Juli hingga 5 Agustus 2024 di Porte de La Chapelle Arena, Paris. Kualifikasi sendiri masih akan berlangsung hingga 28 April 2024.
Itu artinya daftar peringkat yang akan dirilis pada 30 April 2024 bakal menjadi acuan untuk menetapkan 172 wakil yang akan bertarung di Paris. Indonesia sendiri masih berpotensi mengirimkan 7 wakil dari lima nomor yang dipertandingkan, baik tunggal maupun ganda.
Di sektor tunggal putra, terdapat nama Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting. Gregoria Mariska Tunjung masih berpotensi lolos dari sektor tunggal putri.
Pada sektor ganda putra, masih terbuka peluang untuk pasangan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana, Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin, dan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan.
Sektor ganda putri masih terbuka diwakili oleh Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti. Sementara, sektor ganda campuran diharapkan bisa mengirimkan dua wakil, yakni Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari dan Dejan Ferdinansyah/Gloria Emanuelle Widjadja.
Dari seluruh wakil Indonesia itu, hanya Jonatan dan Anthony yang bisa dibilang berada di “zona aman”. Makanya, seperti yang diungkapkan Armand, fokus PBSI saat ini tak lebih dari meningkatkan peringkat para atletnya agar bisa memenuhi syarat untuk tampil di Olimpiade 2024.
Perhitungan poin didapat dari setiap turnamen yang diikuti yang masuk ke dalam kualifikasi. Artinya, PBSI hanya memiliki sekitar tiga bulan untuk meningkatkan peringkat Fajar Alfian dan kawan-kawan untuk bisa tampil di Olimpiade 2024.
“Tujuan utama saat ini adalah meningkatkan peringkat atlet sehingga bisa memenuhi kuota, baik di sektor ganda maupun tunggal. Peringkat ini sangat penting karena berkaitan dengan drawing. Kalau peringkatnya kurang bagus, atlet kita berpotensi bertemu lawan berat di awal dan kita punya waktu sampai April untuk memperbaikinya,” kata Direktur Teknik Tim Ad Hoc, Christian Hadinata.
Peraih Medali Emas Olimpiade jadi Mentor
Selain menunjuk Christian Hadinata sebagai Direktur Teknik, Tim Ad Hoc dipastikan bakal dihuni oleh sederet pebulutangkis legendaris yang dulunya pernah meraih medali emas Olimpiade. Sebut saja Ricky Soebagja yang menjabat sebagai Wakil Manajer, Taufik Hidayat (emas Olimpiade 2004), Susy Susanti (emas Olimpiade 1992), Candra Wijaya (emas Olimpiade 2000), Greysia Polii (emas Olimpiade 2020), serta Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir (emas Olimpiade 2016).
Selain Ricky, keenam pebulutangkis lainnya akan mengemban peran sebagai mentor di masing-masing sektor yang menjadi spesialisasinya. Tujuannya, agar mereka bisa menurunkan ilmu dan pengalaman juga mental juangnya kepada para pebulutangkis yang akan berjuang menuju Olimpiade 2024.
Hal itu seperti diungkapkan Tontowi dalam sesi konferensi pers. Menurutnya, kehadiran Tim Ad Hoc diharapkan bisa memperbesar peluang Indonesia untuk berbicara lebih banyak di Olimpiade 2024 mendatang.
“Tim Ad Hoc ini baru pertama kali dibuat. Dulu sewaktu saya jadi atlet belum ada yang seperti ini. Tentu saya apresiasi. Mudah-mudahan kehadiran mentor sebagai pendamping bisa berbagi pengalaman bagaimana menghadapi tekanan yang besar menuju Olimpiade,” kata pria yang akrab disapa Owi itu.
Tontowi yang dulu berpasangan dengan Liliyana Natsir mengaku tahu betul besarnya tekanan yang dirasakan ketika menjelang dan saat tampil di Olimpiade. Oleh karena itu, dia sangat senang dengan adanya Tim Ad Hoc yang bisa membantu para atlet mengurangi beban yang dirasakan.
“Saya dulu merasakan tekanan menuju Olimpiade rasanya berlapis-lapis. Sebagai mentor, peran saya sebagai kakak dan teman berdiskusi juga untuk memotivasi atletnya agar tak lengah karena targetnya Olimpiade,” tutur Owi.
Pria 36 tahun itu pun berharap kehadirannya bisa memberi dampak besar pada kemajuan prestasi bulutangkis Indonesia, terutama sektor ganda campuran yang kini sedang meredup. Pasangan Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari sebagai ganda campuran dengan peringkat tertinggi saat ini saja masih menempati peringkat 14 pada ranking kualifikasi menuju Olimpiade 2024.
“Target awalnya mengejar ketertinggalan poin. Tugas saya memotivasi mereka untuk bisa meningkatkan peringkat terus agar bisa masuk ranking Olimpiade,” ujar Owi.
“Kami akan berusaha yang terbaik. Tentu saya tertantang agar ganda campuran tak kalah dengan sektor lain,” jelasnya.
Tak cuma aspek teknis, aspek non-teknis pun jadi perhatian Tim Ad Hoc. Mereka memiliki psikolog yang ditugaskan meningkatkan mental para pebulutangkis.
“Penguasaan keterampilan mental sangat dibutuhkan bagi atlet sekelas Olimpiade untuk dapat tampil optimal. Tim psikologi olahraga hadir untuk membantu atlet memaksimalkan potensi yang mereka miliki,” kata Lilik Sudarwati, Koordinator Tim Psikolog Olahraga.
“Kami ada dua program yang memang akan kami laksanakan dalam proses penguatan mental atlet supaya atlet lebih tangguh. Pertama adalah bagaimana kita membangun dan menguatkan keterampilan mental atlet. Jadi, ada mental training dan psychological social support,” jelas dia.
“Di situ kami akan mendampingi selama proses, dalam bentuk konsultasi dan pendampingan baik secara individual maupun kelompok juga berusaha membentuk environment positif untuk atlet. Supaya atlet tampil baik, selain mentalnya harus tangguh juga diperlukan dukungan sosial yang baik,” tuturnya.
Berikut Daftar Tim Ad Hoc PP PBSI Olimpiade Paris 2024:
Ketua: M. Fadil Imran
Manajer Tim
Ketua: Armand Darmadji
Wakil: Ricky A. Soebagja
Tim Teknik
Direktur Teknik: Christian Hadinata
Kepala Pelatih: Rionny F. Mainaky
Analis Performa: Moh. Nanang Himawan Kusuma
Pelatih Fisik: Yansen Alpine
Sektor Tunggal Putra: Irwansyah
1. Mentor: Taufik Hidayat
Sektor Tunggal Putri: Indra Widjaja
1. Mentor: Susy Susanti
Sektor Ganda Putra: Aryono Miranat
1. Mentor: Candra Wijaya
Sektor Ganda Putri: Eng Hian
1. Mentor: Greysia Polii
Sektor Ganda Campuran: Herry IP
1. Mentor: Liliyana Natsir
2. Mentor: Tontowi Ahmad
Tim Pendukung
Sport Science: Akhmad Khafidz Basri Yusuf
Medical Director: Prof. dr. Nicolaas C. Budhiparama, P.hD
Tim Medis: dr. Tjahyadi Soegiono
Nutrisi: dr. Paulina Toding
Fisioterapis: Endri Hermawan, Febby Nur Fadilla
Tim Psikolog:
Prof. Dr. Hamdi Muluk, M Si (Ketua)
Dr. Lilik Sudarwati A., S. Psi., M.H (Koordinator)
Tim Masseur: Putri Prima Sari, Muhammad Husnul Fuadi