
Casemiro dijadikan kambing hitam atas kekalahan memalukan Manchester United dari Liverpool.
Casemiro dan Kobbie Mainoo disebut sebagai biang kekalahan Manchester United dari Liverpool. Namun, sebetulnya permasalahan di tubuh Setan Merah lebih dari sekadar gelandang bertahan. Masih terdapat banyak alasan mengapa Man United masih jalan di tempat.
Kekalahan memalukan kembali diderita Man United. Usai pulang dengan tangan hampa dari markas Brighton and Hove Albion, Man United lagi-lagi menderita hasil yang tak kalah pilu. Bahkan, kali ini di tangan rival abadi mereka, Liverpool, dengan skor telak 0-3.
Rasanya tak adil menyalahkan Ten Hag sebagai kambing hitam dari hasil negatif yang terus diderita. Pada pertemuan-pertemuan sebelumnya, arsitek asal Belanda ini sudah berupaya keras menjungkalkan rival-rivalnya di tengah segala kekurangan kualitas di skuad.
Pada ajang Piala FA 2023-2024, Man United sudah dua kali berhasil menyingkirkan seteru abadi. Mereka menang dramatis 4-3 atas Liverpool di babak perempat final, lalu menang tipis 2-1 atas Manchester City di partai puncak.
Pada ajang Community Shield 2024, Man City juga harus bersusah payah mengalahkan Man United. Jelas tampak performa Man United mengalami perkembangan.
Namun, di Liga Inggris 2024-2025, Ten Hag kembali menghadapi masalah klasik bernama inkonsistensi. Publik pun menyalahkan Casemiro atas buruknya performa Setan Merah.
Casemiro menjadi penyebab terjadinya gol Brighton yang dicetak Danny Welbeck pada menit ke-32 pada Sabtu (24/7) silam. Pemain asal Brasil ini lalai dalam menempel Welbeck yang menusuk ke kotak penalti
Kemudian pada Minggu (1/9) malam WIB, Casemiro kembali ditunjuk sebagai kambing hitam. Tiga gol bersarang di gawang yang dikawal Andre Onana, dua di antaranya tercipta akibat kesalahan fatal eks pemain Real Madrid tersebut.
Tidak perlu paham kompleksitas taktik untuk turut menyalahkan Casemiro. Memang benar Casemiro adalah faktor terciptanya dwigol yang dicetak Luis Diaz pada menit ke-35 dan ke-42.

Casemiro ceroboh dalam memilih opsi umpan (atas). Kecerobohan Casemiro membuat struktur pertahanan Man United tak siap meladeni transisi Liverpool, terjadi situasi tiga lawan lima.
Casemiro salah mengambil keputusan saat berhadapan dengan dua opsi, antara mengalirkan bola ke Noussair Mazraoui atau Diogo Dalot. Mengirim umpan ke Dalot merupakan opsi tepat, asalkan bola dialirkan dengan cara umpan lambung. Sebab, jalur umpan darat ramai dipadati punggawa Liverpool.
Sebaliknya, Mazraoui berada di sisi kanan yang memiliki ruang begitu kosong. Casemiro bisa mengalirkan bola ke kanan baik lewat umpan lambung maupun darat. Namun, Casemiro malah mengoper ke Kobbie Mainoo yang tengah dikerumuni dua gelandang Liverpool. Alhasil gol pun tercipta lewat situasi fast break.
Pada gol kedua, Casemiro lagi-lagi menjadi pemain Man United terakhir yang memegang bola sebelum gol tercipta. Dia tidak menyadari pergerakan Diaz yang datang dari titik buta.
Casemiro juga menjadi pemain yang paling sering kehilangan bola di laga Man United versus Liverpool. Total Casemiro kehilangan bola sebanyak 13 kali.

Situasi empat lawan dua setelah Kobbie Mainoo kehilangan bola. Situasi yang mirip seperti proses gol pertama.
Namun, Casemiro tak sendiri. Masih ada Mainoo yang juga layak dijadikan bulan-bulanan di media sosial. Mainoo menjadi pemain Man United terakhir yang memegang bola sebelum terciptanya gol Mohamed Salah di menit ke-56.
Mainoo kalah berduel dengan Alexis McAllister sebelum lekas memindahkan bola, sehingga harus rela menyaksikan gol tercipta buah dari kesalahannya. Namun sekali lagi, begitu mudah untuk mencari kambing hitam, padahal sudah jelas bahwa sepak bola adalah permainan tim.
Usai laga, sang kapten kesebelasan, Bruno Fernandes pun pasang badan. Gelandang asal Portugal ini memperingatkan suporter untuk tidak menyalahkan Casemiro atau Mainoo.
“Kita tidak perlu menyalahkan siapa pun, itu tidak akan membantu kita sekarang. Apa gunanya mengatakan Casemiro kehilangan bola atau Kobbie (Mainoo) kehilangan bola?” kata Bruno dikutip dari laman resmi klub.
“Mereka kehilangan bola karena mereka ingin tampil berani. Itu bagian dari sepak bola. Jangan jadikan itu masalah individu,” ucapnya.
Struktur pertahanan berantakan
Perkataan Bruno banyak benarnya. Mimpi buruk di Old Trafford yang dialami timnya merupakan tanggung jawab semua pemain. Terdapat segudang faktor lain yang menjadi penyebab Theatre of Dreams begitu hening.
Faktor pertama ialah transisi negatif. Tampak jelas bahwa struktur pertahanan Man United keropos ketika melakukan transisi negatif. Para pemain Man United seolah tak paham cara bertahan.
Pada kasus gol pertama, struktur pertahanan Man United berantakan menghadapi transisi cepat Liverpool. Ditambah lagi, dua bek sayap Man United yakni Dalot dan Mazraoui berada jauh di depan sehingga terlambat turun membantu pertahanan.
Pertahanan Man United pun kalah jumlah. Casemiro, Lisandro Martinez dan Matthijs De Ligt berhadapan dengan lima pemain Liverpool. Alhasil, Luis Diaz berada di posisi nyaman untuk menanduk bola hasil umpan silang Salah.
Pada kasus gol kedua, Lisandro lalai dalam menutup pergerakan serta ruang tembak Diaz. Sementara untuk gol terakhir, situasinya nyaris setipe dengan gol pertama.

Momen saat Kobbie Mainoo kalah berduel dengan Alexis McAllister kemudian kehilangan bola.
Pertahanan Man United kalah jumlah setelah Mainoo kehilangan bola. Kali ini, De Ligt dan Lisandro berhadapan dengan empat pemain Liverpool sekaligus. Mazraoui, Mainoo, Dalot dan Toby Collyer, yang baru masuk menggantikan Casemiro, berada di posisi yang terlalu jauh dalam upaya turun membantu pertahanan.
Mo Salah lagi-lagi menyarangkan bola ke gawang Onana dengan amat nyaman. Dalam beberapa kesempatan, Lisandro juga menjadi titik lemah pertahanan Man United.
Hanya berselang satu menit dari gol Salah, bek asal Argentina ini melakukan kesalahan yang amat fatal. Lisandro panik ketika ditekan oleh Dominik Szoboszlai dan terburu-buru mengoper kepada Dalot. Namun, jalur umpan ke sisi kiri langsung ditutup oleh Salah.
Salah lalu merebut bola dengan mudah dan melakukan cut inside ke kotak penalti. Beruntung tembakan pemain asal Mesir ini masih melambung.
Permainan Joshua Zirkzee di pos ujung tombak pun masih jauh dari kata meyakinkan. Zirkzee sempat mendapat tiga peluang emas, namun dua di antaranya berhasil digagalkan penjaga gawang Liverpool, Allison Becker.
Satu-satunya yang bisa diapresiasi dari Man United pada laga itu merupakan mentalitas. Pasukan Setan Merah terus aktif menciptakan peluang meski sudah tertinggal tiga gol.
Namun demikian, menghadapi tim yang merupakan salah satu penantang gelar juara tidak bisa hanya bermodalkan mental. Ten Hag masih memiliki tugas berat dalam membangunkan Setan Merah dari tidur panjangnya. Aspek struktur pertahanan dalam proses transisi dan penyelesaian peluang merupakan dua di antaranya.
Erik Ten Hag: Saya bukan Harry Potter!
Fans Man United kini berharap banyak pada sosok gelandang bertahan anyar, Manuel Ugarte. Pemain asal Uruguay ini baru didatangkan dari Paris Saint Germain (PSG), namun belum bisa diturunkan saat menghadapi Liverpool karena masih berurusan dengan registrasi pemain.
Sosok Ugarte dinilai bisa memperbaiki kekurangan Man United di pos gelandang bertahan yang sering kehilangan fokus. Terlebih, Ugarte merupakan pemain yang cenderung bermain aman alih-alih memilih pendekatan umpan beresiko seperti Casemiro atau Bruno.
Ugarte condong memilih opsi mempertahankan bola dengan mengirim umpan ke rekannya yang tidak terkawal sembari mencari waktu yang tepat untuk melakukan umpan progresif. Gaya bermain Ugarte yang berbeda dengan rekan-rekan barunya dinilai menjadi jawaban atas teka-teki lini tengah di Man United.

Manuel Ugarte hadir di Old Trafford saat Manchester United dipecundangi Liverpool, namun tidak bisa diturunkan karena masih terhambat registrasi pemain.
Selain memberikan persaingan di pos gelandang, Ugarte menawarkan variasi dalam hal membangun serangan. Namun, Ten Hag enggan memberikan beban berat pada pemain berusia 23 tahun itu. Ten Hag mengatakan dirinya tidak memiliki sihir seperti Harry Potter.
Dalam bahasa sepak bola, eks pelatih Ajax Amsterdam itu tidak bisa menjamin kehadiran satu pemain bisa membuat Man United selalu menang di laga selanjutnya.
“Jadi ini satu lagi, kami harus mengintegrasikannya (Ugarte) di tim, dan itu butuh waktu. Jadi, ini bukan seperti saya Harry Potter, itu yang harus Anda akui. Dan, jika Anda melihat Manuel Ugarte, dia tidak memainkan banyak laga di musim ini, tidak satu menit pun pertandingan,” tutur Ten Hag.
“Jadi, dia perlu membangun kebugarannya. Dan, kemudian kami harus mengintegrasikan dia di tim, dan kemudian saya yakin dia akan berkontribusi pada level kami, dan dia akan menjadi pemain penting,” tandasnya.