
Pemain baseball Radjawali dalam suatu pertandingan.
Radjawali merupakan salah satu klub baseball dan softball tertua di Indonesia. Klub yang identik dengan warna biru ini lahir pada 17 Oktober 1958 di Jakarta.
Sebagai klub baseball dan softball tertua, Radjawali mengalami pasang surut untuk bisa bertahan hingga masa sekarang. Kini, Radjawali masih eksis dan tetap memeriahkan khasanah olahraga baseball dan softball di Indonesia.
Mereka menjadi klub baseball-softball angkatan awal setelah Indonesia merdeka. Selain Radjawali, ada pula Gorgeous Bandung yang lahir pada 1964 sebagai klub angkatan awal olahraga ini.Saksi sejarah perkembangan Radjawali adalah Heru Jasa yang saat ini menjadi Pembina Radjawali.
Bicara prestasi, Radjawali memiliki prestasi yang ‘mewah’. Mereka kerap menjuarai berbagai kejuaraan nasional seperti Rimbawan Cup di Surbaya pada era 1980an hingga 1990-an. Mereka juga menjadi ‘kandangnya’ para pemain nasional dan DKI Jakarta. Meski era ini prestasi Radjawali tak segemerlap masa lalu, tetapi mereka masih aktif menyumbang pemain untuk tim PON DKI.

Para pemain tim Radjawali berfoto bersama di lapangan softball, GBK, Senayan, Jakarta Pusat.
Eksistensi klub saat ini coba dijaga oleh para pengurus yang dikelola oleh anak-anak muda. Namun, mereka bukan sekadar anak-anak muda, karena mereka memiliki ‘darah’ Radjawali yang memang sudah bermain bersama di klub sedari kecil.
Wakil Ketua Radjawali, Geraldio Limahelu, mengatakan, klubnya saat ini sedang kembali membangun kejayaan yang pernah di dapat di masa lampau. Mereka juga punya idealis mempertahankan status Radjawali sebagai klub yang fokus di fastpitch (cabang dari softball, selain slowpitch) dan pastinya baseball.
Dio, sapaan Geraldio Limahelu, menceritakan bagaimana kepengurusannya saat ini menjaga sejarah klub serta mengembangkan klub agar tak ‘mati obor’ dengan kondisi baseball-softball masa kini. “Saat ini kita memang belum punya kegiatan pembinaan usia muda karena di pengurusan saat ini masih merintis, tetapi kita punya tiga tim yang aktif, yakni softball putra-putri dan baseball,” ujar Dio saat ditemui Ludus.id di kawasan Senayan, Jakarta Pusat.
Meski belum memiliki tim usia muda, Radjawali selalu terbuka dengan siapa yang ingin bergabung dengan mereka. Usia minimal untuk bisa bergabung dengan Radjawali adalah 17 tahun dan tak ada batasan maksimal usia.

Pemain softball putri Radjawali dalam suatu pertandingan softball.
Dio juga menjelaskan, untuk bisa bergabung dengan Radjawali tidaklah sulit. Mereka menerapkan sistem yang fleksibel bagi calon anggota yang mau bergabung dengan Radjawali.
“Kita klub yang sistemnya seperti komunitas. Ya, kita belum memiliki sistem pembinaan untuk saat ini dan jika ingin bergabung, silahkan datang ke latihan kami pada Sabtu dan Minggu. Iuran juga per datang, lalu daftarnya bisa melalui DM IG kita atau melalui Reclub. Jika Radjawali cocok, nanti kita undang ke grup whatsaap,” jelas Dio.
Saat ini, Radjawali memiliki kurang lebih 70 anggota aktif yang tergabung dari tiga kategori tadi. Radjawali juga cukup aktif dalam mengikuti turnamen baseball-softball di Jakarta. Baru-baru ini, mereka baru saja menyelesaikan Jakarta Baseball Softball League (JBSL) 2024 dan mendapatkan hasil positif.
Radjawali menjadi runner-up pada kategori Baseball di bawah Jakarta Prambors. Lalu pada softball putra, Radjawali juga tampil sebagai runner-up di bawah Prambors. Sedangkan, softball putri, Radjawali meraih peringat ketiga dari Prambors dan Garuda Tangguh.

Pertandingan antara Radjawali (biru) melawan Prambors (oranye) beberapa waktu lalu.
Rivalitas di Lapangan
Pencapaian di JBSL disyukuri Dio, apalagi jika melihat persiapan tim lain yang lebih matang ketimbang Radjawali, meraih podium sudah merupakan prestasi tersendiri.
Apalagi mereka bisa mengimbangi rival-rival mereka, yakni Garuda dan Prambors. Dio menceritakan rivalitas klub yang dengan klub baseball lainnya ketika bertemu di kejuaraan nasional.
“Seru sih, kalau jaman saya kecil dulu itu rivalnya sama Garuda. Kalau di lapangan kita tidak mau kalah dengan mereka, tetapi persaingan kita sehat kok. Selesai sembilan inning kita bersahabat lagi,” cerita Dio.
Namun, masa sekarang rivalitas Radjawali bukan hanya dengan Garuda, tetapi juga dengan Prambors. Kedua klub ini kerap bertemu di laga final kejuaraan baik nasional maupun Jakarta.
Bagi Dio, Prambors memiliki pemain yang mumpuni dan berpengalaman di dunia baseball-softball. Pertemuan ‘panas’ Radjawali dengan Prambors juga untuk mengukur kemampuan mereka di lapangan.
“Kita senang melawan mereka karena banyak pemain eks timnas dan beberapa juga masih aktif. Dengan kondisi kita yang latihan tidak serutin mereka, Radjawali masih bisa mengimbangi Prambors,” tutur Dio.
“Senang bertemu mereka di final walau sedihnya ya kita kalah. Kita selalu menunggu pertandingan melawan Prambors, tetapi sekali lagi, rivalitas kita hanya panas di lapangan saja,” tutur Dio.

Pemain softball putri Radjawali dalam suatu pertandingan softball.
Mempertahankan Eksistensi
Meski memiliki prestasi menterang, terutama di JBSL 2024, Radjawali masa kini tak lepas dari kesulitan. Sewa lapangan yang cukup mahal dan belum memiliki tim usia muda, menjadi hal klasik yang dirasakan oleh banyak klub.
Akan tetapi, Dio dan jajaran pengurus lainnya tak mau terlena dengan kesulitan. Mereka terus berinovasi membangun kembali Radjawali yang sudah dianggap sebagai ‘rumah’.
“Bagi waktu antara pekerjaan dan karier itu sulit, tetapi hampir mayoritas kita sudah main sejak kecil, jadi kita anggap Radjawali dan lapangan baseball itu sebagai rumah. Sesulit apapun mencari waktu kita sempetin ke lapangan. Walau sibuk melatih di klub lain, kalau Radjawali berkumpul, ya kita beneran berkumpul,” jelas Dio.
Dio dan rekan-rekannya juga mencari cari agar Radjawali tetap ada. Mereka membentuk komunitas slowpitch bernama Temu Lawak dan mencoba memperkenalkan Radjawali ke sekolah-sekolah.

Pengurus Radjawali berpose bersama usai latihan di lapangan softball GBK, Jakarta Pusat, Rabu 6 Maret 2024.
Pergi ke sekolah-sekolah juga menjadi cara Radjawali mulai membentuk pembinaan usia muda. Dio sadar bahwa baseball-softball bukanlah olahraga yang pupuler di Indonesia layaknya sepak bola, bola basket, ataupun bulu tangkis, tetapi hal ini harus dilakukan agar tradisi Radjawali dalam melahirkan pemain nasional dan DKI tetap terjaga.
Selain itu, terobosan kepengurusan saat ini adalah membentuk komunitas slowpitch. Pembentukan ini juga untuk membantu finansial Radjawali, apalagi saat ini komunitas slowpitch sedang tumbuh subur walau belum membantu secara signifikan di sisi bisnis olahraga baseball-softball.
“Pengurus memberanikan diri membentuk komunitas slowpitch. Jadi hasil dari slowpitch ini akan dibagi ke kas Radjawali karena komunitas ini dimiliki oleh klub. Nah, Temu Lawak ini juga punya kepengurusan yang berbeda dengan Radjawali, tetapi hasil dari situ akan tetap masih ke klub,” ucap Dio.
Kepengurusan dan nama komunitas yang berbeda juga untuk menjaga akar Radjawali sebagai klub baseball-softball. “Kita tidak mau merusak roots klub yang fokus di fastpitch dan baseball. Kalau slowpitch itu lebih ke olahraga rekreasi dan itu alasan nama komunitasnya adalah Temu Lawak,” jelas Dio.

Pemain baseball Radjawali dalam suatu pertandingan.
Bangga Radjawali
Kehadiran komunitas slowpitch Temu Lawak dan rencana mengunjungi sekolah merupakan harapan bagi keberlangsungan hidup Radjawali di masa kini. Program tersebut juga bermanfaat bagi regenerasi Radjawali di kemudian hari.
Dio dan pengurus Radjawali juga bangga dengan kerja keras mereka menjaga nama baik klub. Meski Radjawali tidak seperti klub-klub lain yang memiliki tim kelompok usia dan rutin berlatih, namun semangat kekeluargaan mereka sangat kuat dan bertahan hingga kini.
“Gue bangga bahwa ini hasil kerja kita beserta dukungan dari senior-senior yang ternyata masih memperhatikan kita. Radjawali juga bagian dari hidup gue dan sudah gak bisa lepas. Gue, ya Radjawali,” tutup Dio.