
Jam digital hitung mundur Olimpiade Paris 2024 di Menara Eiffel, Paris.
Olimpiade Paris 2024 tak ubahnya neraka. Ragam jenis siksa tersedia di ibu kota Prancis, mulai dari kriminalitas, kekerasan, pandemi, isu genosida, aksi vandalisme hingga penangkapan orang tak bersalah akibat ketakutan atas potensi terorisme.
Kriminalitas jelang pesta olahraga empat tahunan itu pun memiliki ragam jenisnya. Ada yang berupa pencurian hingga pemerkosaan.
Beberapa jam sebelum upacara pembukaan Olimpiade 2024 yang berlangsung, Jumat (26/7) malam waktu setempat, sistem jalur kereta cepat di Paris lumpuh akibat aksi pembakaran. Atlet yang hendak menuju Sungai Seine, lokasi upacara pembukaan, ikut terdampak.
“Sejumlah besar kereta dialihkan atau dibatalkan. Semua pelancong diimbau menunda perjalanan dan tidak pergi ke stasiun,” tulis keterangan Perusahaan Kereta Api Negara Prancis (SNCF) dipetik CNN World.
“Kami tidak membutuhkan hari seperti ini. Gangguan yang diperkirakan SNCF memengaruhi sekitar 250 ribu pelancong hari ini, diperkirakan mempengaruhi 800 ribu penumpang selama akhir pekan saat kru melakukan perbaikan,” ujar Direktur SNCF, Frank Dubourdieu.
Lebih lanjut, Dubourdieu mengatakan sebanyak dua dari empat kereta yang membawa rombongan atlet harus mengalami penundaan. Selain atlet, banyak warga sipil terduduk lesu bersama barang bawaan mereka di Stasiun Gare du Nord, Paris, Jumat (26/7) petang waktu setempat.

Suasana kebingungan melanda stasiun-stasiun di Paris akibat aksi pembakaran jalur rel kereta. Sejumlah jadwal pemberangkatan lumpuh.
Francoise, seorang nenek berusia 80 tahun menunda perjalanan pulang ke La Rochelle setelah menjalani kontrol medis di Paris. Sementara sepasang suami istri, Alexandre dan Camille terjebak di Stasiun Gare Montparnasse. Mereka terpaksa menyaksikan upacara pernikahan seorang teman lewat telepon video.
Menteri Olahraga dan Olimpiade Prancis, Amelie Oudea-Castera mengatakan insiden tersebut merupakan serangan terkoordinasi.
“Kami akan menilai dampaknya terhadap para pelancong, dan atlet lalu memastikan transportasi yang tepat bagi delegasi ke lokasi pertandingan,” ujar Oudera-Castera.
Paranoia Prancis
Minggu (21/7), seorang juru masak berusia 40 tahun asal Rusia ditangkap karena diduga hendak melancarkan aksi teror. Koki tersebut diduga bersekongkol dengan pihak asing untuk mengganggu stabilitas negara selama Olimpiade Paris 2024.
“Orang Rusia telah ditangkap di tengah bukti adanya penyebaran disinformasi menjelang Olimpiade. Kami sangat yakin bahwa orang itu mengatur upaya destabilisasi dengan mata-mata,” ujar Menteri Dalam Negeri Prancis, Gerald Darmanin dinukil The Guardian.
Pihak Kremlin mengaku tidak tahu menahu soal koki tersebut. Penangkapan itu juga dinilai tak berdasar. Sebab sang koki sudah bekerja di Paris selama 14 tahun dan tidak memiliki catatan kriminal apapun.
Darmanin juga mengumumkan adanya video hoaks, dimana seorang anggota Hamas mengancam serangan terhadap atlet Israel. Pemerintah Prancis ketakutan atas potensi teror di Olimpiade Paris 2024. Parahnya, mereka mengaitkannya dengan isu genosida di Palestina.
Kekacauan di Saint-Etienne
Timnas Argentina termasuk salah satu pendosa yang dijebloskan ke neraka bernama Olimpiade Paris 2024. Adapun dosa yang dimaksud tak lain dan tak bukan adalah nyanyian rasisme Enzo Fernandez kala perayaan gelar juara Copa America 2024 silam.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, chants yang dinyanyikan gelandang Chelsea tersebut berisi muatan yang menyinggung warga negara Prancis dari kalangan keluarga imigran. Kebetulan, Olimpiade tahun ini digelar di Prancis. Timnas kelompok U-23 yang berlaga di Olimpiade 2024 pun terkena getahnya.
Dalam hal ini, suporter Maroko berperan sebagai malaikat yang mengayunkan cambuk. Rabu (24/7), suporter Maroko yang memadati Stade Geoffroy-Guichard, Saint-Etienne membuat atmosfer stadion menjadi tidak nyaman bagi Tim Tango. Mereka menyoraki seraya mencemooh lagu kebangsaan Argentina kala dinyanyikan oleh para pemain sebelum laga.
Sorakan dan cemoohan terus mengganggu mental anak asuh Javier Mascherano, hingga Maroko pun mampu unggul dengan skor 2-1 hingga 90 menit. Kemudian seisi neraka tumpah kala Christian Medina merayakan gol penyama kedudukan.
Lemparan botol dan gelas minuman menghujani Julian Alvarez dan kolega. Rupanya tak hanya botol dan gelas, sejumlah petasan dan suar juga dilemparkan suporter ke arah bangku cadangan timnas Argentina.
Beberapa saat kemudian, entah siapa yang memulai, suporter Maroko berhamburan memasuki lapangan. Mereka juga mengotori seisi lapangan dengan sampah. Ofisial pertandingan pun diinstruksikan untuk masuk ke ruang ganti karena alasan keamanan.
“Kami tidak bisa menjelaskan apa yang terjadi. Kami menghabiskan satu setengah jam di ruang ganti tanpa diinformasikan apa yang akan terjadi,” tutur Javier Mascherano, pelatih timnas Argentina, dilansir The Guardian.
“Kapten Maroko tidak ingin bermain, kami enggan lanjut bermain. Para penggemar melemparkan sesuatu pada kami. Ini sirkus terbesar yang pernah saya lihat dalam hidup saya,” ujar eks bintang Barcelona dan Liverpool itu.
Laga ini tertunda hingga satu setengah jam. Panitia pelaksana kemudian membubarkan para suporter di stadion. Polisi pemberantas huru-hara, yang mengenakan helm dan memegang tameng, dikerahkan untuk membubarkan massa.
“Sesi Anda (suporter) telah ditangguhkan, silakan menuju pintu keluar terdekat,” tulis layar monitor raksasa di stadion.
Pertandingan berlanjut di saat tribune sudah kosong melompong. Adapun gol penyama kedudukan Medina dianulir Video Assistant Referee (VAR) karena offside.
Rupanya, siksaan yang mendera timnas Argentina tidak hanya berlangsung pada hari pertandingan. Sehari jelang laga tersebut, kamp latihan Argentina dibobol maling. Mascherano mengatakan barang-barang pribadi gelandang timnas Argentina, Thiago Almada raib digondol pencuri.
“Kemarin, mereka (maling) memasuki tempat latihan dan merampok kami. Thiago Almada kehilangan jam tangan dan cincin dan semuanya saat latihan di Olimpiade. Kami tidak mengatakan apapun setelah latihan itu,” tutur pria berjuluk El Jefecito itu.
Nestapa Australia
Sebanyak lima atlet dari kontingen polo air Australia dinyatakan positif terjangkit Covid-19. Hal ini diumumkan Chef de Misson (CdM) Australia, Anna Meares pada Rabu (24/7).
“Jika kelima atlet tersebut merasa cukup sehat untuk berlatih, mereka akan melakukannya dan mereka mengikuti semua protokol yang kami miliki. Mereka (pemain yang terdampak) telah mengenakan masker,” ujar Meares dikutip laman resmi Olimpiade Paris 2024.
“Mereka mengisolasi diri dari anggota tim lain saat mereka tidak berlatih, mereka tidak pergi ke area dengan volume tinggi seperti pusat kebugaran dan pantry performa, dan secara lebih luas, kami menerapkan protokol penyakit pernapasan,” sambungnya kemudian.

Suasana miris di bus yang ditumpangi kontingen renang Australia saat menuju kolam latihan.
Kondisi tak menyenangkan juga diterima atlet dari kontingen renang Australia. Perenang putri, Shayna Jack memperlihatkan dua rekannya, Zac Stubblety-Cook dan Emma McKeon berdesakan di dalam bus saat menuju tempat latihan.
Nama terakhir yang disebut sampai harus duduk lesehan di bus karena tidak kebagian kursi. Parahnya, pendingin ruangan (AC) di bus mati dan jendela bus tidak bisa dibuka.
Mereka pun harus bertahan melawan pengapnya udara di dalam bus. Tak sampai di situ, bus yang ditumpangi mereka juga tersesat hingga perjalanan ke kolam latihan memakan waktu 45 menit.
“Perjalanan bus ke kolam renang penuh sesak. 45 menit ke kolam renang. Tidak ada AC atau jendela yang dibuka, tetapi juga tersesat. Awal yang gila untuk kekacauan ini,” tulis Jack pada Instagram pribadinya, @shayna_jack.
Tak hanya para atlet, warga biasa juga turut menjadi korban. Pada Senin (22/7) waktu setempat, dua jurnalis asal Australia juga mengalami perampokan saat bertugas di Olimpiade 2024.
Reporter Nine Entertainment, Christine Ahern mengatakan ransel dua orang rekan kerjanya dirampas perampok. Dua jurnalis tersebut berhasil melarikan diri, namun mereka mengalami kekerasan fisik.
“Jelas itu adalah perampokan kerena mereka mengambil ransel. Tidak ada senjata yang digunakan, tetapi ada serangan yang cukup signifikan. Kedua pekerja berhasil melarikan diri, tetapi jelas itu mengkhawatirkan,” tutur Ahern dikutip The Guardian.
Pada rentang Kamis (19/7) malam hingga Jumat (20/7) dini hari waktu setempat, seorang perempuan mencari perlindungan ke kedai kebab dalam keadaan trauma. Perempuan yang diketahui turis asal Australia itu datang ke sebuah restoran kebab dengan mengenakan gaun yang sudah robek.
Wanita tersebut kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Bichat-Claude Bernard untuk ditangani pihak medis. Dipetik BBC, pihak kepolisian menyatakan perempuan itu baru saja diperkosa oleh lima orang anggota geng.
Isu Genosida
Tim Israel membuat publik mengernyitkan dahi setelah mereka menunjuk judoka kelahiran Ukraina, Peter Paltchik sebagai pembawa bendera negara pada upacara pembukaan Olimpiade Paris 2024.

Tim Israel menunjuk judoka, Peter Paltchik sebagai pembawa bendera pada acara pembukaan Olimpiade Paris 2024. Paltchik adalah sosok bejat yang menandatangani bom yang akan dijatuhkan di Gaza.
Paltchik adalah sosok kontroversial yang pernah ikut menandatangani bom yang akan dijatuhkan di Gaza, Palestina. Peraih perunggu di Olimpiade Tokyo 2020 itu pernah mengunggah foto bom yang dia tanda tangani ke akun X pribadinya, @peter_paltchik. Namun, cuitan kontroversial tersebut kini sudah dihapus.
“Dari saya, untuk Anda dengan penuh rasa kesenangan #HamasisISIS #IsraelAtWar,” tulisnya pada cuitan itu.
Kembali ke cabang olahraga sepak bola putra, selama sesi latihan, pemain dan pelatih timnas Israel diminta untuk tidak menjawab pertanyaan wartawan yang bermuatan politik. Sementara itu, laga Grup D antara Israel kontra Mali yang berlangsung pada Kamis (25/7) ditetapkan sebagai pertandingan berisiko tinggi (high risk match).
Bus timnas Israel dikawal sebanyak 20 polisi bermotor beserta dua lusin mobil polisi saat menuju Parc Des Princess, Paris. Tak sampai di situ, bahkan satu unit helikopter juga dikerahkan untuk mengawal tim besutan Guy Luzon.
Sesampainya di kandang Paris Saint Germain (PSG) tersebut, timnas Israel disambut sejumlah bendera Palestina. Suporter di stadion membentangkan negara Palestina seraya mengejek lagu kebangsaan Israel, Hatikvah kala dinyamyikan pemain dan staf kepelatihan sebelum laga.
Sepanjang laga, suporter tak henti-hentinya menyoraki para pemain Israel ketika sedang memegang bola. Adapun laga ini berakhir dengan skor imbang 1-1.