Rahmi Kurnia, Rindu Ada Taekwondoin Indonesia di Podium Olimpiade

Pelatih dan mantan atlet taekwondo nasional Rahmi Kurnia memamerkan berbagai medali yang pernah diraihnya.

 

“Saya rindu ada atlet taekwondo Indonesia yang naik podium lagi di Olimpiade,” kata Rahmi Kurnia, pelatih dan sekaligus mantan atlet taekwondo Indonesia.

Keinginan itu yang membuat Rahmi tidak berhenti berkiprah di dunia taekwondo Indonesia sampai saat ini. Rahmi pernah membuat taekwondo Indonesia disegani pada tahun 1980-an sampai 1990-an.

Saat masih aktif sebagai atlet, Rahmi pernah bertanding taekwondo pada Olimpiade Barcelona 1992. Rahmi menembus babak final dan berhasil merebut medali perak. Sayangnya, saat itu, taekwondo masih menjadi nomor eksebisi sehingga medali yang diraihnya tidak diperhitungkan dalam tabel medali kontingen Indonesia. Namun, Rahmi tetap mendapat penghargaan Parama Krida Pratama dari Presiden Soeharto atas pencapaiannya.

Selain prestasi di Olimpiade, Rahmi juga meraih puluhan medali, baik emas, perak dan perunggu dari berbagai ajang nasional dan Internasional. Dua contoh keberhasilannya adalah meraih emas SEA Games Manila 1993 dan medali perak kejuaraan dunia di New York 1993.

Keberhasilan-keberhasilan tersebut tertancap kuat di memori perempuan kelahiran Yogyakarta 25 Oktober 1970  itu. Oleh karena itu, Rahmi bertekad melatih atlet-atlet taekwondo Indonesia untuk bisa menembus Olimpiade dan naik ke podium sebagai peraih medali.

Berbekal tekad itu, Rahmi beralih profesi menjadi pelatih taekwondo pada tahun 1996. Di Yogyakarta, Rahmi mendirikan sepuluh dojang atau tempat latihan taekwondo. Sebagai mantan atlet nasional berprestasi dunia, Rahmi dipercaya banyak orang untuk merintis dojang-dojang tersebut.  Dojang-dojang itu adalah Potorono Taekwondo Club, Banyakan Taekwondo Center, Gayamharjo Taekwondo Center, Rahmi Kurnia Taekwondo Fun Club, Rahmi Kurnia Taekwondo School, SMPIT Lukman Hakim, Yonif 403 WP, SMABA, SMPIT Abu Bakar dan SMK 2 Yogyakarta.

Pelatih dan mantan atlet taekwondo nasional Rahmi Kurnia memamerkan berbagai medali yang pernah diraihnya dan penghargaan Parama Krida Pratama dari Presiden Soeharto.

Dengan mendirikan banyak dojang, Rahmi bisa melatih taekwondo untuk banyak anak. Selain berlatih, anak-anak itu diikutkan berbagai turnamen agar mental, teknik, dan taktik mereka terasah dengan baik. Dengan demikian, Rahmi bisa menemukan bakat-bakat terbaik untuk ditajamkan menjadi atlet nasional.

Kemampuannya menghasilkan atlet-atlet terbaik dari daerah membuat Pengurus Besar taekwondo Indonesia meliriknya. Pada tahun 2011 di era Ketua Umum PBTI yang dipimpin oleh Letjen TNI Marciano Norman, Rahmi dipanggil ke Jakarta untuk menangani tim nasional taekwondo Indonesia. Kepercayaan tersebut berlanjut di era kepemimpinan Marciano Norman yang kedua tahun 2014 – 2019, dirinya dipercaya menjabat Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi (Kabid Binpres).

Di era kepemimpinan Marciano Norman, dirinya didapuk juga untuk mengurusi manajemen tim pelatnas taekwondo Indonesia. Bersama tim kepelatihan dan pelatih asal Korea, Rahmi ikut merumuskan konsep dan membangun pondasi kekuatan timnas taekwondo Indonesia.

Hasilnya tidak mengecewakan. Dari tangan dinginnya, lahir para juara dengan meraih berbagai medali emas, perak maupun perunggu di berbagai ajang Internasional, seperti Sea Games, Islamic Solidarity Games, World Championship, dan World University Games.

Pelatih dan mantan atlet taekwondo nasional Rahmi Kurnia berfoto bersama para taekwondoin binaannya.

Bahkan ketika dirinya menjabat manajer, Taekwondo Indonesia berhasil meraih juara dunia poomsae, di Bali tahun 2013 dan perunggu di Meksiko 2014, serta medali emas Asian Games 2018 di Jakarta. Intinya, sebagai pelatih dan manajer timnas serta Kepala Bidang Pembinaan Prestasi, prestasi Rahmi Kurnia juga membanggakan.

Kini, Rahmi kembali fokus melakukan pembinaan taekwondo di Yogyakarta. Kembali ke Yogyakarta juga merupakan caranya untuk mengabdikan diri bagi keluarga yang selama ini sering dia tinggalkan demi melatih para atlet pemusatan latihan nasional.

Rahmi fokus pada pembinaan usia dini untuk menciptakan fondasi yang kuat bagi para calon atlet. Rahmi juga terus mendorong  Pengurus Provinsi Taekwondo Indonesia DIY agar mampu melakukan penjaringan dan identifikasi bakat atlet hingga ke berbagai dojang.

“Jangan menunggu cuma kalau ada pertandingan saja. Sekali-kali turun ke bawah, mengunjungi dojang-dojang, sambil memantau dan mengidentifikasi bakat-bakat para atlet. Itu yang saya lakukan untuk mencari atlet berbakat di Yogya ini,” katanya.  (ATE)


Suka dengan artikel ini?

Bagikan Artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.