
Vinicius Junior, sang pencetak gol, menatap trofi Liga Champions 2023-2024.
Nihil peluang berbahaya yang dicatat Real Madrid di babak pertama final Liga Champions 2023-2024 kontra Borussia Dortmund. Berlangsung di Wembley Stadium, London, Minggu (2/6) dini hari WIB, Los Blancos justru beberapa kali diancam lewat eksploitasi ruang di garis pertahanan mereka. Namun, memangnya taktik apa yang bisa menghentikan sang raja sejati Benua Biru?
Pesta juara Eropa seakan menjadi rutinitas El Real. Kini, koleksi gelar Liga Champions Madrid bertambah menjadi 15 buah usai menumbangkan wakil Jerman dengan skor 2-0. Sang arsitek, Carlo Ancelotti menjadi pelatih pertama yang menjuarai Liga Champions sebanyak lima kali.
Pemandangan Madrid yang lagi-lagi mengangkat trofi Si Kuping Besar seakan menjadi biasa saja. Tak ada yang istimewa, pun gaya bermain mereka juga biasa saja. Orang yang baru pertama kali mengikuti sepak bola agaknya juga tahu alasan mengapa Madrid bisa terus-terusan menjadi raja. Ya, mentalitas baja, pengalaman, dan DNA juara.
Beberapa situasi di babak pertama seolah menjadi anomali. Bagaimana tidak, eksekusi taktik Dortmund berjalan cukup efektif. Anak asuh Edin Terzic juga beberapa kali berhasil mengeliminasi pressing tinggi Madrid.
Dalam membangun serangan, Dortmund mengandalkan umpan daerah dan pergerakan tanpa bola yang mengeksploitasi ruang di garis pertahanan Madrid. Taktik ini berjalan cukup jitu.
Terlihat saat peluang Julian Brandt pada menit ke-14, Karim Adeyemi pada menit ke-23 dan tembakan Niclas Fullkrug yang membentur tiang tak lama berselang. Namun entah bagaimana, Madrid selalu lolos dari bahaya.

Situasi dimana Julian Brandt, Karim Adeyemi dan Niclas Fullkrug mengeksploitasi ruang di garis pertahanan Real Madrid. Los Blancos selalu lolos dari maut.
Brandt sudah lolos berkat eksploitasi ruang yang dimaksud. Namun, tembakannya melebar. Adeyemi juga berhasil lolos lewat situasi serupa. Terlebih eks pemain RB Salzburg ini dibekali kecepatan. Namun, lagi-lagi Madrid selamat dari petaka.
Adeyemi, yang sudah berhadapan satu lawan satu dengan Thibaut Courtois, terlambat mengambil keputusan. Situasi memaksa Adeyemi bergerak melebar dan peluang emas pun terbuang sia-sia.
Sama halnya dengan situasi Fullkrug. Entah bagaimana, tembakan eks pemain Werder Bremen ini malah membentur tiang. Total pada babak pertama, Dortmund mencatat tiga tembakan tepat sasaran dengan angka harapan gol (xG) 1,68. Sementara Madrid, boro-boro punya tembakan tepat sasaran, menembus pertahanan Dortmund saja tak mampu.
Distribusi bola Madrid justru macet di sepanjang paruh pertama. Terzic menugaskan gelandang Marcel Sabitzer naik membantu pressing. Situasi di lini tengah padat dan Madrid pun dipaksa melancarkan serangan dari sayap. Namun, Vinicius Junior dan Rodygo dikantongi.
Usai laga, gelandang Madrid, Toni Kroos mengakui bahwa situasi lolosnya Madrid dari maut pada babak pertama adalah kunci yang menentukan arah pertandingan. Namun menurutnya, permainan baru benar-benar dimulai pada paruh kedua.
“Hal yang menentukan adalah kami tidak kebobolan di babak pertama. Babak pertama benar-benar tidak bagus bagi kami. Kemudian kami memasuki permainan dengan lebih baik dan mencetak gol,” kata Kroos dilansir BBC.
“Kami sepenuhnya berada di sana dan menjadi tim yang lebih baik. Namun, butuh waktu lama sampai kami menjadi tim yang lebih baik malam ini,” ujar gelandang gaek yang memberi kado perpisahan berupa gelar Liga Champions ini.
Madrid Efektif, Dortmund Buntu
Dortmund mengulangi formula yang sama seperti di babak pertama. Fullkrug nyaris memecah kebuntuan lewat eksploitasi ruang pada menit ke-62. Setelah lepas dari penjagaan Ferland Mendy, bomber asal Jerman ini menanduk bola hasil umpan daerah Adeyemi. Namun, bola ditepis kiper Thibaut Courtois.
Sementara itu, Madrid efektif mengancam lewat situasi bola mati. Kroos dua kali mengancam gawang Dortmund via tendangan bebas nan akurat. Beruntung, kans itu bisa digagalkan kiper Dortmund, Gregor Kobel.
Varian lain bola mati berupa sepak pojok menjadi mimpi buruk bagi Die Borussen. Usai gagal lewat tendangan bebas, Kroos mengirim umpan yang disambut Dani Carvajal dan menjadi gol pada menit ke-74.
Pengalaman berbicara. Usai kebobolan, struktur pertahanan Dortmund menjadi berantakan. Mental Mats Hummels dan kolega runtuh, padahal baru kebobolan satu gol.
Nahasnya, satu kesalahan sekecil apapun berhasil dimanfaatkan Madrid. Ya, Dortmund merana perkara Ian Maatsen salah oper pada menit ke-82. Jude Bellingham, mantan gelandang Dortmund, menyodorkan bola gratis tersebut kepada Vinicius dan terciptalah gol kedua.

Ian Maatsen melakukan blunder. Borussia Dortmund dihukum oleh Jude Bellingham dan Vinicius Junior.
Dortmund menemui kebuntuan, seolah berharap eksekusi taktik mereka bisa berbuah penyelesaian klinis. Namun, gol kedudukan yang dicetak Fullkrug untuk mendekatkan kedudukan malah dianulir akibat offside.
Usai laga, Terzic mengakui Madrid tampil begitu efektif. Dengan besar hati, arsitek berusia 41 tahun ini juga mengakui Los Blancos layak disebut raja sejati.
“Mereka (Madrid) sangat efektif dan ini adalah sesuatu yang kami lewatkan. Kami sangat dekat dan ada hal-hal kecil yang hilang,” ucap Terzic.
“Selamat untuk mereka. Untuk menjaga rasa lapar untuk maju dan memenangkannya lagi, Anda tahu mengapa mereka adalah juara sejati,” tutupnya.

Toni Kroos memberi kado perpisahan kepada Real Madrid berupa trofi Liga Champions 2023-2024.
Sekali lagi, selamat berpesta untuk Real Madrid, sang raja sejati!