Di tengah terik matahari, Muhammad Rifqi Fitriadi tak bisa menutupi raut wajah tak puasnya setelah gagal melangkah ke final turnamen World Tennis Tour bertajuk M25 Jakarta 2023, yang digelar di Hotel Sultan, Jakarta, akhir pekan lalu.
Tunggal putra andalan Indonesia itu harus mengakui ketangguhan lawannya asal Swedia, Leo Borg, di partai semifinal. Rifqi menyerah lewat pertandingan tiga set 5-7, 7(7)-6(4), dan 3-6. Padahal, ini jadi kesempatan emas bagi petenis 24 tahun itu untuk menjejaki final ketiganya di sepanjang tahun ini.
Sebelumnya, Rifqi sempat jadi runner up di turnamen M25 Jakarta pada Maret lalu setelah tumbang dari unggulan keenam asal Australia, Dayne Kelly 0-6 dan 0-6. Kemudian, dia bangkit untuk mengklaim juara di turnamen M15 Jakarta setelah mengandaskan perlawanan petenis Thailand, Palaphoom Kovapitukted 6-3 dan 6-4.
“Dari set pertama sampai set ketiga kami main dengan intensitas tinggi. Namun, tiba-tiba saya kehilangan momentum dan itu bisa dimanfaatkan lawan. Memang lawan lebih banyak pengalamannya daripada saya dan hasilnya tadi dia bisa ambil momentumnya hingga akhirnya saya ditaklukkan,” kata Rifqi.
Meski belum berhasil menambah gelar, hasil negatif ini justru menjadi pelecut semangat Rifqi untuk meningkatkan kualitas permainannya. Pasalnya, dia masih memiliki mimpi besar untuk menjadi petenis nomor satu Indonesia dan membawa tenis Indonesia berbicara lebih banyak di level internasional.
Mengejar mimpi
Mimpi itu diperjuangkan pria kelahiran Banjarmasin, 23 Januari 1999, sejak usia belia. Mimpi itu dimulai kala sang ayah, Muhammad Rizani, kerap mengajaknya ke lapangan tenis saat dirinya masih berusia 5 tahun. Sang ayah memang juga pencinta tenis sehingga ingin menularkan kecintaan yang sama kepada anaknya.
“Saya latihan sedikit-sedikit mulai usia 5 tahun itu. Namun, ayah memberi syarat kalau mau main harus jadi ball boy dulu baru setelah itu boleh pegang raket,” ungkap Rifqi.
Terbukti, usaha itu berhasil meski Rifqi tak begitu saja menyukai tenis. Selayaknya anak-anak seusianya, dia masih memainkan olahraga yang lebih populer bersama teman-temannya seperti sepak bola, bulutangkis, ataupun futsal.
Saat usia 11 tahun, Rifqi meyakinkan diri untuk serius di olahraga yang dia geluti hingga saat ini. Padahal, dulu kedua orang tuanya juga sempat menyarankan untuk menjajal bulutangkis saja mengingat popularitasnya di Tanah Air.
Namun, tekad kuat dari Rifqi meluluhkan orang tuanya. Di sisi lain, Sungkono yang menjadi pelatih Rifqi saat remaja juga melihat ada bakat besar dalam diri Rifqi untuk menjadi petenis besar di masa depan.
Oleh karena itu, setelah lulus Sekolah Dasar (SD), Rifqi memilih untuk melanjutkan pendidikannya bersama Pusdiklat Tenis Semen Gresik, Jawa Timur. Bocah 12 tahun itu berangkat sendirian dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan, ke Jawa Timur untuk meniti mimpinya sebagai petenis nasional.
Kehidupan mandiri harus dirasakan Rifqi kecil di mana dia harus berpisah dengan orang tuanya di usia yang masih sangat muda. Namun, dengan tekad yang kuat, dia berhasil melewati itu semua.
“Sebenarnya cukup berat bagi orang tua melepas saya. Namun, saya bisa meyakinkan orang tua dengan semangat saya yang tinggi. Kami cuma bisa berkomunikasi lewat telpon untuk melepas rindu,” ujar Rifqi.
Pemuda yang kini berusia 24 tahun itu benar-benar membuktikan keseriusannya berkarier di tenis. Sampai pada 2014, ada tim dari Sekolah Khusus Olahragawan (SKO) Ragunan, yakni Suharyadi dan Sulistiyono, melihat Rifqi bertanding dan merekrutnya. Rifqi pun melanjutkan sekolahnya di SKO Ragunan hingga lulus pada 2017.
Di sana, kemampuannya semakin terasah. Buktinya, dia bisa terpilih masuk ke tim Jawa Timur pada Pekan Olahraga Nasional (PON) 2016 dan ikut menyumbangkan dua medali emas lewat nomor ganda putra dan beregu putra.
Setelah lulus dari SKO Ragunan, kebimbangan sempat melanda Rifqi. Maklum, di momen tersebut, dia harus memilih apakah akan fokus di pendidikannya atau tetap melanjutkan kariernya sebagai petenis.
Dia pun memilih untuk mengejar keduanya. Rifqi tetap melanjutkan kehidupan sebagai petenis sembari menempuh kuliah di STIE Ganesha, Ciputat. Tentu, tak mudah baginya menjalani dua kegiatan tersebut secara berbarengan. Namun, Rifqi membuktikan jika dia tak pernah setengah-setengah.
Pada 2018, dia terpilih masuk ke pelatihan nasional (pelatnas) tenis untuk persiapan Davis Cup sekaligus kontingen Indonesia di Asian Games Jakarta-Palembang. Kendati sudah menjadi salah satu dari skuad pelatnas, Rifqi tak memungkiri jika dirinya sempat mengalami kejenuhan.
“Ya, itu pasti pernah (jenuh). Paling terasa di saat usia 20 tahun. Soalnya waktu itu merasa untuk meniti karier di profesional cukup berat. Tak lama kemudian, terjadi pandemi Covid-19 yang membuat semua atlet pelatnas dipulangkan,” lanjutnya.
Titik Balik
Meski tak berada di pelatnas, Rifqi tetap rutin berlatih untuk menjaga kebugarannya. Dia tahu pada tahun 2021, ada beberapa ajang yang bakal dijalani, seperti SEA Games Vietnam dan PON Papua.
Motivasinya juga meningkat lantaran dilatih Febi Widhiyanto, yang merupakan idolanya, saat kembali ke pelatnas tenis pada 2021. Kemajuan Rifqi pun sangat terlihat di bawah asuhan Febi. Dia merebut dua medali emas di PON Papua dari nomor tunggal putra dan beregu putra.
Sayangnya, Rifqi masih gagal mempersembahkan medali emas saat tampil di SEA Games Vietnam yang diselenggarakan pada 2022 lalu setelah kalah di nomor beregu putra.
Kegagalan tersebut cukup disesali oleh Rifqi. Namun, dengan cepat nasibnya berubah ketika dirinya bertemu dengan selebritis papan atas Indonesia, Raffi Ahmad.
Sedikit kilas balik, sekitar pertengahan tahun 2022, tenis mulai naik lagi popularitasnya lantaran banyaknya artis Tanah Air yang menggeluti olahraga tersebut. Rifqi yang awalnya diminta menjadi teman latih tanding Raffi Ahmad, pada akhirnya disponsori secara penuh oleh manajemen milik suami dari Nagita Slavina itu.
“Saya tanda tangan kontrak pada awal Januari 2023. Dari situ, karier tenis saya naik. Saya dari peringkat 1000-an sekarang sudah top 500,” ucap pemuda yang mengidolakan Novak Djokovic itu.
Rifqi juga berhasil merebut medali emas pertamanya di SEA Games 2023 Kamboja. Dia juga sukses menjadi juara turnamen World Tennis Tour M15 Jakarta 2023 pada Juli lalu.
Melihat dirinya saat ini, dia kembali terbayang dengan salah satu sosok idolanya, yakni Cristiano Ronaldo. Pasalnya, dia melihat pesepakbola asal Portugal itu juga meniti karier dari bawah hingga kini berdiri di puncak tertinggi.
“Kalau ingin menjadi juara tak bisa instan. Ada proses setiap harinya yang sangat membosankan. Namun, itu akan lebih baik ketimbang membuang waktu dengan melakukan hal yang sia-sia,” kata Rifqi.
“Intinya harus bisa menjaga disiplin dan latihan sesuai dengan arahan pelatih. Tentu banyak pengorbanan yang dilakukan karena juara bukan hal mudah untuk didapatkan,” tutur dia.
Rifqi sudah membuktikan jika usaha tak pernah mengkhianati hasil. Kerja keras yang sudah dilakukan sejak lama berhasil menuntunnya ke posisi saat ini. Setelah ini, Rifqi bakal mempersiapkan diri dengan matang untuk tampil di Asian Games 2022 Hangzhou.
Jika bisa sukses di level Asia, Rifqi bakal semakin diperhitungkan sekaligus menjadi penanda bahwa mimpinya semakin dekat untuk diwujudkan. “Saya dari dulu memang selalu bermimpi jadi petenis nomor satu Indonesia dan saya terus memperjuangkan mimpi tersebut,” tutup Rifqi. (Pratama Yudha)