Samuel Marbun Ukir Sejarah Wushu Sanda Indonesia di Asian Games

 

Credit foto : NOC Indonesia
Pewushu sanda Indonesia Samuel Marbun (kiri/biru) saat tampil pada final kelas 65 kilogram di Asian Games Hangzhou 2022.

Samuel Marbun adalah pejuang. Atlet wushu Indonesia ini terus menyerang dan pantang tumbang.  Di benaknya, hanya ada kata menang.

Perjuangan spartan itulah yang dia tampilkan di Asian Games Hangzhou 2022. Setelah mengikuti pemusatan latihan yang keras selama tiga bulan di Tiongkok, podium tertinggi jadi bidikan Samuel.

Mewakili Indonesia di nomor sanda (pertarungan) 65 kilogram putra, Samuel berhasil melaju ke semifinal untuk melawan atlet Filipina, Clemente Tabugara di Xiaoshan Guali Sports Centre, Hangzhou, Tiongkok, Rabu (27/9/2023) malam. Samuel menampilkan performa agresif yang jadi ciri khasnya untuk membuat Clemente tak berkutik. Pewushu berusia 25 tahun itu pun menang 2-0 untuk melangkah ke final.

“Karena kita ingin membuktikan bahwa (atlet) Indonesia itu harus diwaspadai. Tidak disepelekan. Jadi, kita harus benar-benar fight agar kita dikenal,” jelas Samuel mengenai strategi agresifnya.

Bagi Samuel, tidak boleh ada rasa grogi. Rasa canggung hanya boleh terjadi di babak penyisihan, bukan di babak utama, khususnya perebutan medali.

Maka, rasa percaya diri tinggi yang Samuel pancarkan ketika menghadapi atlet Iran, Afshin Salimi Touphgara di partai puncak, Kamis (28/9). Sekejap sejak wasit memberikan aba-aba pertandingan babak pertama dimulai, Samuel langsung tampil agresif. Dia bahkan sukses membanting Touphgara dua kali. Kondisi itu sempat membuat Touphgara panik dan menoleh ke arah pelatih untuk meminta petunjuk.

Sayang sekali Samuel gagal mempertahankan keunggulan. Touphgara mengubah strategi dengan bermain rapat. Dia juga memberi kombinasi pukulan dan tendangan, khususnya mengincar perut Samuel untuk meraih poin terbesar, yaitu dua poin.

Pergerakan tangan Samuel yang sudah terbatasi membuat sang lawan leluasa menyerang. Samuel hampir tidak dapat melakukan serangan balik. Akhirnya, “Si Anak Medan” memilih bermain nekat demi mengejar poin.

Permainan terbuka berdampak kepada pertahanan Samuel yang melemah. Touphagara memanfaatkan itu dengan serangan bertubi-tubi. Akhirnya, 40 detik sebelum ronde pertama berakhir, atlet Iran itu berhasil mengangkat kaki dan mendorong Samuel keluar dari matras.

Tiga dari lima juri memberikan Touphgara skor lebih tinggi, satu menyatakan imbang, dan satu lagi memilih Samuel. Hasilnya, Samuel tertinggal 0-1.

Samuel pantang menyerah. Dia berupaya merebut babak kedua. Namun, serangannya monoton.

Credit foto : NOC Indonesia
Pewushu sanda Indonesia Samuel Marbun

Mungkin karena terburu-buru ingin merebut poin, Samuel terus mengincar kaki Touphgara untuk melakukan bantingan dan mendorong sang lawan keluar dari matras. Itu tidak salah karena atlet akan menang langsung ketika lawan berhasil didorong keluar matras sebanyak dua kali.

Namun, skema ini mudah dibaca lawan sehingga. Touphgara lantas berkelit dan bertahan agar tidak dibanting Samuel. Karena terlalu bernafsu, Samuel malah kena serangan balik. Touphgara melepaskan tendangan yang mendarat di wajah Samuel. Serangan itu bikin Samuel tergeletak.

Samuel mencoba bangun dan mengabaikan rasa sakit. Dia melanjutkan pertarungan dalam kondisi belum pulih benar.

Lagi-lagi hal ini membuat lawannya makin leluasa mendaratkan beragam serangan. Melihat kedudukan yang sudah tidak seimbang, saat laga masih tersisa 1 menit 18 detik, wasit meniupkan peluit tanda berakhirnya ronde kedua. Juri memberikan kemenangan dengan status winner by point difference (WPD) untuk Toupghara. Samuel harus puas dengan medali perak.

Usai pertandingan, Samuel mengungkapkan dirinya dan pelatih telah mempelajari ciri khas Touphgara yang lebih sering melepaskan serangan dengan tendangan ke arah bawah. Rencana Samuel berjalan baik dengan berhasil melakukan dua bantingan.

“Setelah itu, lawan mengubah cara bermain dengan lebih banyak menjaga jarak dan melancarkan tendangan ke arah badan. Saya rasa ini karena faktor jam terbang lawan yang lebih senior dari saya,” ujar Samuel.

Meski belum dapat meraih emas, perolehan medali perak ini juga merupakan prestasi  apik untuk Samuel. Sebab, ini adalah Asian Games pertama yang dia ikuti.

Selain itu, raihan perak ini juga jadi sejarah. Perak tersebut menjadi yang pertama untuk wushu Indonesia dari disiplin sanda di sepanjang partisipasi di Asian Games. Sebelumnya, prestasi tertinggi dari sanda adalah perunggu milik Yusuf Widiyanto di kelas 56 kg dan perunggu yang diraih Puja Riyaya di kelas 70 kg saat Asian Games Jakarta-Palembang 2018.

“Mungkin karena kali pertama saya bermain di Asian Games, ya jadi belum terlalu lepas. Ke depannya, kalau dikasih rezeki, saya pasti belajar dari ini dan berikan yang terbaik lagi di turnamen berikutnya,” imbuh Samuel.

Credit foto : NOC Indonesia
Pewushu sanda Indonesia Samuel Marbun (kiri/biru) saat tampil pada final kelas 65 kilogram di Asian Games Hangzhou 2022.

Terus belajar

Samuel baru mendalami wushu secara serius saat kelas 2 SMA.  Pria kelahiran 4 Oktober 1998 di desa Sihikkit, Kecamatan Onan Ganjang, Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara ini langsung jatuh cinta dengan olahraga asal Tiongkok tersebut.

Berkat ketekunannya, putra pasangan Saut Marbun dan Erli Boru Simatupang itu meraih beragam prestasi di sejumlah kejuaraan wushu. Di antaranya, emas di Kejuaraan Daerah di Medan pada 2016 dan 2018, perak di Kejuaraan Nasional Bangka Belitung 2016, perunggu di kejurnas Yogyakarta 2018, emas Pra-PON 2019 di Semarang, dan perak di Pekan Olahraga Nasional XX Papua 2020.

Nama Samuel mulai dikenal ketika meraih perak di SEA Games 2023. Turun di nomor sanda 65 kg putra, Samuel takluk di final dari atlet Vietnam, Truong Van Chuong. Hasil tersebut memicu Samuel untuk berlatih keras demi meraih emas di Asian Games meski pada akhirnya harus kembali meraih perak.

Menurut pelatih sanda Indonesia, Mukhlis, Samuel punya fisik yang tidak kalah dari para lawan. Dia hanya kalah pengalaman sehingga belum fasih mengambil keputusan untuk mengubah strategi ketika kondisi tidak menguntungkan.

Mukhlis berharap Samuel diberi banyak kesempatan untuk ikut kejuaraan internasional demi menghadapi berbagai macam lawan.

“Dengan begitu, kemampuannya akan meningkat. Ke depan, saya percaya Samuel bisa membuka jalan untuk wushu Indonesia merebut emas sanda di Asian Games,” tegas Mukhlis.


Suka dengan artikel ini?

Bagikan Artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.