
Pemain voli nasional Rivan Nurmulki
Rivan Nurmulki harus menerima pil pahit dampak dari absennya dia pada Asian Men’s Volleyball Championships 2023 di Urmia, Iran, 19-26 Agustus 2023. Pengurus Pusat Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia (PP PBVSI) resmi menghukum Rivan selama setahun.
Untungnya, hukuman Rivan hanya sebatas tidak boleh bermain di kompetisi luar negeri selama setahun. Untuk kompetisi nasional, yakni Proliga dan Livoli, Rivan masih boleh mentas.
Lagipula di Kejuaraan Antarkampung, Rivan juga laris manis. Sebagai catatan, kejuaraan tarkam menjanjikan bayaran yang cukup menggiurkan sehingga menjadi pilihan banyak bintang voli Indonesia mengais rezeki saat tidak ada kompetisi.
Akan tetapi, hal ini merupakan kerugian, sebab keinginan Rivan untuk kembali berlaga di luar negeri sebetulnya masih sangat besar. Kualitas Rivan memang sudah diakui di luar Indonesia. Itu tak lepas dari penampilan gemilangnya saat membela tim Jepang, VC Nagano selama dua musim, 2020-2021 dan 2021-2022.
Pemain binaan Samator ini mampu menjadi pendulang poin utama bagi tim. Ia juga sukses keluar sebagai tokoh kunci kesuksesan Nagano bertahan di Japanese V-League 1 setelah nyaris saja terdegradasi.
Japanese V-League jelas bukan liga sembarangan. Ini merupakan kompetisi yang gengsinya tidak kalah dibandingkan liga-liga terbaik eropa seperti Serie A (Italia), Efelerligi (Turki), serta PlusLiga (Polandia).

Pemain voli nasional Rivan Nurmulki (kiri/12)
Sudah menjadi rahasia umum kalau Liga Jepang adalah salah satu tujuan bintang dunia. Pesohor-pesohor seperti Bartosz Kurek, Michal Kubiak, Dimitri Musersky, dan lain-lain juga turut meramaikan Japanese V-League.
Ketua Komisi Disiplin PBVSI, Irjen Pol Edy Sunarno mengatakan, keikutsertaan Rivan di Kapolri Cup 2023 membela Kalimantan Timur (Kaltim) adalah penyebab utama sanksi yang diberikan. Kapolri Cup sendiri digelar bertepatan saat Timnas Voli Indonesia berlaga di Asian Volleyball Championships.
Jadi, seandainya Rivan tidak bermain di Kapolri Cup, absennya dia di Kejuaraan Voli Asia sebetulnya bukan masalah. Apalagi, alasan Rivan izin tidak memperkuat tim asuhan Jiang Jie jelas, karena ia sedang menjalani sidang profesi di kepolisian.
Ya, sidang memang harus dijalani Rivan karena saat itu ia ingin keluar dari keanggotaannya di Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Tentu saja hal tersebut karena Rivan ingin fokus menjalani kariernya sebagai pevoli profesional.
“Dasar sanksi yang kami berikan itu, yang bersangkutan bermain di Piala Kapolri. Itu melanggar aturan. Namun, dia tetap bisa bermain di kompetisi Tanah Air. Pertimbangan kami tentu saja karena Rivan pernah memberikan prestasi kepada Indonesia,” Edy mengungkapkan.

Pemain voli nasional Rivan Nurmulki (kiri/12)
Kontribusi Rivan untuk Indonesia memang tidak perlu dipertanyakan. Ia sudah tiga kali memberikan emas bagi Indonesia di SEA Games, yakni pada Filipina 2019, Vietnam 2021 (digelar 2022), dan Kamboja 2023.
Tak hanya itu, Rivan juga menjadi andalan Indonesia kala mencapai babak semifinal Asian Volleyball Championships 2017. Pada kejuaraan yang digelar di Gresik, Jawa Timur itu, Rivan yang masih berusia 22 tahun waktu itu jadi andalan bersama Sigit Ardian dan Rendy Tamamilang.
Kesuksesan menjadi penghuni empat besar Asia lantas membuat Indonesia diunggulkan meraih emas di SEA Games 2017. Sayang, di babak final, Indonesia ditundukkan Thailand.
Namun, dua tahun kemudian Indonesia sukses meraih emas SEA Games voli pertama sejak 2009 dan kemudian menjadi dominator Asia Tenggara. Saat pemain-pemain seangkatannya seperti Sigit dan Rendy mulai tergusur pevoli muda, Rivan tetap bertahan sebagai opposite utama Merah-Putih.

Pemain voli nasional Rivan Nurmulki
Tidak Pernah Menolak Panggilan Timnas
Rivan Nurmulki sendiri membantah jika dia menolak panggilan Timnas saat Asian Volleyball Championships 2023. Pemain yang kini berusia 28 tahun ini menegaskan, persiapannya sebelum ke Urmia memang sangat sempit karena harus menjalani sidang di kepolisian.
Karena sidang ini, dia tidak bisa bergabung ke latihan persiapan Timnas Indonesia ke Kejuaraan Asia. Jadi, daripada dia memaksakan bermain, lebih baik Rivan memberikan kesempatan kepada pemain lain yang secara usia lebih muda.
Apalagi faktanya, Indonesia memiliki opposite muda sangat berbakat, yakni Boy Arnez Arabi. Selain itu, Agil Angga Anggara, juniornya di Samator cukup piawai menjalankan peran sebagai opposite meski berposisi asli Outside Hitter.
“Jadi waktu itu kan memang sedang cukup disibukkan untuk sidang di pekerjaan saya. Daripada datang-datang terus ikut main kan lebih baik memberikan kesempatan untuk pemain-pemain muda yang sedang diorbitkan untuk regenerasi,” ucap Rivan dalam postingannya di Youtube.
Rivan menambahkan, jika dia tetap bermain di Asian Championships tanpa persiapan yang memadai, dirinya berpotensi tampil kurang baik dan akhirnya tak bisa berkontribusi maksimal bagi Merah-Putih.
“Saat itu, saya juga sudah mendapatkan izin untuk tidak bermain dulu di Asian Championships. Jadi sampai di sini tidak ada masalah,” kata Rivan.
Soal dirinya bermain di Kapolri Cup saat Dio Zulfikri dan kawan-kawan berjuang di Urmia, Rivan juga memberikan penjelasan. Saat Kapolri Cup berlangsung, sidang profesinya di kepolisian sudah selesai, sehingga tidak ada salahnya ia membela Polda Kaltim untuk mengisi waktu kosong.
“Saya juga tidak enak untuk menolak ajakan main di Kapolri Cup karena sudah tahu juga siapa yang mengajaknya,” kata Rivan.
Pemain berpostur 198 cm ini juga menyatakan akan kembali bermain di Timnas Voli Indonesia jika mendapatkan panggilan. Ambisinya untuk berprestasi bersama Merah-Putih masih sangat besar.

Pemain voli nasional Rivan Nurmulki
Hujat Sewajarnya
Meskipun punya alasan kenapa dirinya bermain di Kapolri Cup, Rivan tetap mengakui kesalahannya. Ia pun menerima keputusan PBVSI memberikannya sanksi tidak tampil di kompetisi luar negeri selama setahun.
Untuk diketahui, meski liga luar negeri tentu saja berada di luar PBVSI, restu dari federasi tempat bermain berasal sangat dibutuhkan. Pasalnya, seorang pemain yang ingin berlaga di luar negeri harus mengantungi International Transfer Certificate (ITC) yang ditandatangani federasi voli negaranya.
Tanpa ITC yang disetujui PBVSI, maka Rivan menjadi pemain ilegal dan tidak bisa diturunkan oleh tim luar negeri yang merekrutnya.
“Intinya saya mengakui kalau saya salah dan saya menerima hukuman yang sudah dijatuhkan PBVSI kepada saya. Tidak masalah saya dilarang bermain di luar negeri selama setahun, dan satu tahun itu waktu yang sebentar kok,” kata Rivan.
Rivan juga mempersilakan jika para penggemar voli ada yang ingin menghujatnya. Namun, ia berpesan, agar publik tidak mencelanya secara berlebihan.
“Jika ingin menghujat saya, silakan menghujat sewajarnya, tidak perlu berlebihan. Itu adalah hak kalian. Intinya dalam hal ini, saya mengaku salah,” kata Rivan.