Sayap Retak Timnas Indonesia U-20 Menuju Belantara Piala Asia

 

Kredit foto: Ludus.id/Ardi Rizal Meliala
Manuver Muhammad Ragil di sisi sayap timnas diadang pemain Yaman U-20.

Indra Sjafri merasa tidak ada yang salah dari pendiriannya untuk terus memainkan sepak bola pragmatis. Menurutnya, tidak perlu main cantik, tidak perlu dominan, timnas Indonesia U-20 hanya harus menyerang melalui sayap. Namun saat meladeni Yaman U-20, sayap-sayap Garuda perlahan retak.

Sayap-sayap Garuda dipaksa terus terbang selama 90 menit penuh dalam tiga laga beruntun. Patut diingat jarak antar pertandingan Kualifikasi Piala Asia U-20 2025 begitu berdekatan. Masing-masing tim hanya diberikan waktu sehari istirahat dari satu laga ke laga lainnya.

Terlebih lagi, Indra Sjafri selalu menurunkan komposisi pemain yang kurang lebih sama. Dony Tri Pamungkas dan Mufli Hidayat menjadi pemain paling rutin tampil di sisi sayap timnas Indonesia U-20.

Selain itu, Jens Raven dan Muhammad Ragil yang menghuni pos ujung tombak juga kerap diinstruksikan bermain melebar. Taktik ini terus dipertahankan Indra Sjafri selama tiga laga di Grup F.

Tentu, menghormati strategi dan filosofi pelatih adalah suatu keharusan. Timnas Indonesia U-19 asuhan Indra Sjafri sebelumnya menjuarai Piala AFF U-19 2024 dengan mengandalkan sisi sayap.

Pada turnamen yang berlangsung di Stadion Manahan, Solo itu, timnas Indonesia U-19 total mencetak 16 gol, 13 gol di antaranya tercipta lewat sisi sayap. Pada ajang Kualifikasi Piala Asia U-20 2025, Indra Sjafri kembali menggunakan skema ini.

Alhasil, timnas Indonesia U-20 dianggap monoton. Namun, Indra Sjafri menekankan kepada anak asuhnya untuk tidak mendengarkan suara bising dari para pengamat di dunia maya.

“Main bagus saja gak cukup, yang penting di sepak bola itu menang. Main bagus tapi gak menang untuk apa?” kilah Indra kepada anak asuhnya pada jeda babak timnas Indonesia U-20 kontra Maladewa U-20, Rabu (25/9) silam.

Kredit foto: Ludus.id/Ardi Rizal Meliala
Pelatih timnas Indonesia U-20, Indra Sjafri memberi keterangan kepada awak media usai hasil imbang 1-1 dengan Yaman U-20.

Selama gelaran Kualifikasi Piala Asia U-20 2025, total timnas Indonesia U-20 mengemas delapan gol, mayoritas lagi-lagi tercipta lewat sisi sayap. Fakta tersebut menjadi modal Yaman U-20 untuk menghancurkan sayap timnas Indonesia U-20 pada laga pamungkas yang berlangsung di Stadion Madya, Senayan, Jakarta, Minggu (29/9) malam WIB.

Dan benar saja, skema yang sama kembali dipertontonkan pasukan Garuda Nusantara. Sialnya, pelatih Yaman U-20, Mohammed Hasan Ali Albaadani pun sudah mengantongi cara untuk merusak sayap-sayap Garuda.

Hasan menumpuk lini tengah dengan formasi 4-5-1. Distribusi bola lewat tengah menjadi hal yang mustahil bagi timnas Indonesia U-20 karena ramai dihuni para gelandang Yaman U-20.

Mereka langsung menekan ketika Alfharezzi Buffon dan kolega mengalirkan bola ke sisi sayap. Abdullah Khaled Haidan dan Abdulrahman Al-Khader, yang menguni kedua sisi sayap, ikut mengejar ke belakang untuk mengganggu penguasaan bola timnas Indonesia U-20.

Kemudian timbul situasi menang jumlah sang wakil Timur Tengah atas pemain timnas Indonesia U-20 di sisi sayap. Kondisi diperparah dengan para pemain timnas Indonesia U-20 yang sering kehilangan bola lantaran kalah duel fisik.

Hasilnya, Yaman U-20 tampil lebih dominan. Tim berjuluk The Happy Yemen menorehkan 17 tembakan dengan tiga di antaranya mengarah ke gawang, sedangkan Garuda Nusantara hanya mencatat tujuh tembakan, dengan hanya dua di antaranya yang tepat sasaran.

Laga yang dihadiri sekitar 7.000 penonton tersebut menjadi bukti bahwa taktik Indra Sjafri sudah terbaca lawan. Pelatih asal Batangkapas, Sumatera Barat itu harus memiliki alternatif rencana cadangan alih-alih terus memaksakkan aliran bola lewat sayap. Jika tidak, timnas Indonesia U-20 akan kelimpungan menghadapi para raksasa di Piala Asia U-20 2025 nanti.

Usai laga, Indra Sjafri lagi-lagi kukuh pada pendiriannya. Dia merasa tidak ada yang salah dengan gaya permainan yang terus diperagakan tim asuhannya.

Kredit foto: Ludus.id/Ardi Rizal Meliala
Jens Raven merayakan gol ke gawang Yaman U-20 di Stadion Madya, Senayan, Jakarta, Minggu (29/9). Gol tersebut tercipta berkat manuver Muhammad Ragil di sisi sayap.

Menurut Indra, menyerang lewat sayap adalah cara yang tepat untuk mengakali padatnya lini tengah Yaman U-20. Toh, gol pembuka yang dicetak Jens Raven di menit tambahan waktu babak pertama juga tercipta lewat sisi sayap, sebelum disamakan Abdullah Al-Khader dua menit berselang.

“Teman-teman pasti tahu bahwa formasi tergantung kebutuhan, lawan, dan pemain yang ada. Kenapa kita main 3-4-3? karena winger kita bagus-bagus. Orang juga kritik kenapa main dari pinggir terus, dari pinggir tapi masuk enam gol kan gak masalah,” kata Indra Sjafri pada konferensi pers pasca laga yang dihadiri Ludus.id.

“Tapi kalau tadi kita main 3-4-3, kita membaca pemain Yaman kuat di lapangan tengah, makanya kita tidak mau lawan lapangan tengah dia dengan dua gelandang, tetapi pinggirnya kita bolongi dia,” tambah Indra.

Buruknya koordinasi dan komunikasi antar pemain juga turut menjadi faktor permainan timnas Indonesia U-20 begitu monoton. Contoh nyata terjadi pada menit ke-67 ketika Risky Afrisal sendirian membawa bola tanpa ada satu pun rekannya yang memberikan pergerakan dukungan.

Minimnya support dari rekannya membuat pemain Madura United itu dikepung tiga pemain Yaman U-20. Hasilnya pun bisa ditebak, penguasaan bola hilang dari timnas Indonesia U-20 dengan sekejap.

Kredit foto: Ilustrasi Ludus.id
Situasi satu lawan tiga timnas Indonesia U-20 versus Yaman U-20 di sisi sayap. Tanpa support dari rekannya, Dony Tri Pamungkas diserbu empat pemain Yaman U-20 (atas). Risky Afrisal dipaksa menghadapi tiga pemain Yaman U-20 sendirian.

Padahal, situasi tersebut merupakan momentum transisi positif yang cukup menjanjikan. Soal ini, Indra Sjafri beralasan bahwa anak asuhnya tidak cukup bugar untuk melancarkan serangan balik cepat.

“Lalu kita coba lagi 3-4-3 dengan deep, tetapi untuk counter kita tidak ada pemain yang segar. saya coba masukkan Maouri untuk counter attack,” ujar Indra Sjafri.

“Tetapi saya lihat Yaman juga tidak terlalu berambisi memenangkan pertandingan, dia cuma menunggu, dan daerah (ruang) untuk counter attack pun kita tidak punya,” ungkapnya.

Tambahan amunisi keturunan solusinya?

Timnas Indonesia U-20 lolos ke Piala Asia U-20 2025 berbekal status juara grup F. Timnas Indonesia U-20 dan Yaman U-20 sama-sama mengoleksi perolehan akhir tujuh poin, namun selisih satu gol membuat Tim Merah Putih mendapat tiket ke China tanpa memikirkan klasemen runner-up terbaik.

Papan skor menunjukkan angka 1-1 ketika wasit Mammedov Resul asal Turkmenistan meniup peluit tanda berakhirnya pertandingan. Pelatih timnas senior Indonesia, Shin Tae-yong yang turut menyaksikan laga pun lekas meninggalkan tribune, bersama dengan sang penerjemah, Jeong Seok-seo.

Kredit foto: Ludus.id/Ilham Sigit Pratama
Pelatih timnas senior Indonesia, Shin Tae-yong memberi komentar usai menyaksikan laga timnas Indonesia U-20 kontra Yaman U-20.

Ludus.id mencoba menemui arsitek asal Korea Selatan itu di pintu keluar tribune VIP Stadion Madya. Dari raut wajahnya, tidak nampak impresi spesial. Shin Tae-yong lantas mewanti-wanti timnas Indonesia U-20 agar meningkatkan intensitas permainan jika ingin bersaing di level Asia yang sesungguhnya.

“Memang baik dalam segi kerja keras semua pemain. Walaupun cuaca sangat panas, kita lolos ke Piala Asia (U-20 2025). Tetapi, karena bukan lagi (level) Asia Tenggara, kita harus tingkatkan lagi kecepatan pertandingan dan performa pemain,” ujar Shin Tae-yong.

Aspek kekuatan menjadi titik yang ditekankan Shin Tae-yong jika timnas Indonesia U-20 ingin berbiara di panggung Asia. Jens Raven, yang tampil apik selama Kualifikasi Piala Asia U-20 2025, pun tidak lepas dari bahan kritikannya.

 “Segitu saja sangat kurang, masih dibutuhkan kekuatan lebih dan daya juang. Kalau segitu saja tidak akan sesuai untuk striker di timnas senior,” ujarnya.

Menariknya, Shin Tae-yong menyarankan Indra Sjafri untuk menambah legiun keturunan di sektor lini belakang. Hal ini tak mengherankan mengingat Shin Tae-yong memang tipikal pelatih yang menjadikan lini belakang sebagai pondasi pembangunan tim.

“Kalau untuk lini belakang mungkin dibutuhkan (naturalisasi pemain keturunan), kalau kita lolos ke Piala Asia, pastinya dibutuhkan pemain yang postur tubuhnya tinggi dan baik karena dibutuhkan pemain-pemain yang kekuatannya bagus,” tuturnya.

Shin Tae-yong dan Indra Sjafri sejatinya sudah berdiskusi panjang lebar mengenai perbaikan kualitas timnas Indonesia U-20. Diketahui, terdapat dua pemain belakang yang proses naturalisasinya tengah berjalan, yakni Dion Markx dan Tim Geypens.

Indra Sjafri mengiyakan saran Shin Tae-yong perihal penambahan amunisi diaspora di lini belakang. Namun melihat materi pemain yang ada saat ini, Indra Sjafri kurang sepakat dengan satu hal yang diutarakan Shin Tae-yong.

“Mungkin tepatnya kita butuh pemain yang lebih berkualitas, apakah dia keturunan atau bukan?  Kalau bicara keturunan, di tim kita punya lima pemain keturunan,” tutur Indra Sjafri.

“Satu Welber (Jardim), Meshal (Haamzah), Ji Da-bin, Maouri (Simon), itu semua keturunan, ditambah Jens (Raven) keturunan,” lanjutnya kemudian.

Ditemui secara terpisah, manajer timnas Indonesia U-20, Ahmed Zaki Iskandar juga tidak melihat proses naturalisasi Dion dan Geypens berkaitan dengan kekurangan di lini tertentu. Zaki menilai bahwa lini tertentu bukanlah aspek yang diperhatikan dalam menambah pemain keturunan, melainkan kualitas.

“Akan ada beberapa yang diseleksi lagi (selain Dion dan Geypens). Kita gak lihat lini tapi kemampuan dari pemain dan juga tekniknya ya, kemudian yang satu lagi seleksi. Ini (pemustan latihan) kan melihat performa dia mendekati Piala Asia,” ujar pria yang juga pemilik Persita Tangerang itu.

Piala Asia U-20 2025 akan digelar pada 6 sampai 23 Februari 2025 mendatang. Masih ada waktu bagi Indra Sjafri dan jajarannya untuk berbenah. Terdekat, timnas Indonesia U-20 akan dikembalikan ke klub terlebih dahulu sebelum mencicipi fasilitas latihan anyar di Ibu Kota Nusantara (IKN), Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.

Zaki juga tak menutup kemungkinan timnas Indonesia U-20 kembali menjalani pemusatan latihan (TC) di luar negeri. Namun, eks Bupati Tangerang itu belum bisa mengonfirmasi negara yang akan menjadi destinasi punggawa Garuda Muda selanjutnya.

“Kita punya kurang lebih sekitar tiga sampai empat bulan untuk mempersiapkan tim, dan tentu saja nanti akan ada seleksi kembali untuk melihat performa pemain yang tersedia baik yang di dalam negeri maupun yang nanti diaspora,” tutur Zaki.

“Ada, kemungkinan ada TC lagi nanti di beberapa tempat, belum dapat konfirmasi tapi kemungkinan kita akan lakukan TC,” tutupnya.


Suka dengan artikel ini?

Bagikan Artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.