Sebelas Dua Belas Lari dan Joging, Bak Pinang Dibelah Dua

Kredit foto: Unsplash
Lari dan joging sama-sama memiliki manfaat positif bagi tubuh.

Lari dan joging serupa tapi tak sama. Mirip, ada yang persis serupa, namun tampak sedikit berlainan . Jadi sebenarnya apa yang membuat keduanya berbeda?

Ambil sepatu dan siap berlari atau joging. Ya, tidak butuh banyak peralatan untuk melakoni olahraga ini. Langkahkan kaki dan tingkatkan kecepatan, maka Anda sudah disebut berlari dan bukan lagi berjalan.

Lantas, apa itu joging? Jika mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, jawabannya adalah lari pelan. Lebih cepat dari jalan, tetapi lebih lamban dari lari.

Salah satu acuan umum soal perbedaan kecepatan ada di angka enam mil per jam atau sekitar sembilan kilometer per jam bagi pelari. Sementara kecepatan joging lebih rendah.

Dengan asumsi tersebut, ada hitungan seseorang disebut pelari jika bisa menempuh jarak lima kilometer dalam waktu 30 menit. Sedangkan bila menempuh waktu lebih dari 30 menit untuk joging, masuk kategori joging.

Ada pula yang berpendapat orang yang sekadar berlari tanpa latihan terjadwal dan tidak ikut lomba disebut jogger alias pelaku joging. Dari sudut pandang ini bisa diambil kesimpulan lari lebih serius dibanding joging.

Sementara sumber lain menyebutkan perbedaannya terletak pada bentuk, intensitas, dan gerakan tubuh. Saat berlari, seseorang akan membuat siku berbentuk 90 derajat, serta menggunakan otot inti yang terdiri dari otot penopang panggul, tulang belakang, paha, bokong, punggung, pinggul, dan perut.

Saat joging lengan tak perlu bergerak banyak dan tubuh bagian atas bekerja lebih sedikit dibanding berlari. Lutut pun tak perlu diangkat tinggi layaknya lari.

Kecepatan tinggi dalam berlari membutuhkan tenaga dan energi yang lebih besar, menyebabkan detak jantung lebih tinggi, serta peningkatan konsumsi oksigen dibanding joging. Namun, ini semua berkaitan dengan kebugaran pribadi masing-masing.

Seorang pelari profesional bisa saja menempuh jarak satu mil dalam waktu delapan menit, namun bagi pelari pemula itu termasuk kategori lari cepat.

Kredit foto: Unsplash
Perbedaan berlari dan joging biasanya dilihat dari kecepatan dan intensitas.

Hal yang harus digarisbawahi, pada intinya adalah tidak ada standar khusus soal lari dan joging. Kedua aktivitas olahraga tersebut sama-sama memiliki dampak positif dan berguna bagi tubuh.

Berlari bisa meningkatkan kemampuan aerobik dan anaerobik seseorang. Di sisi lain, joging bisa mendukung kemampuan lari Anda lebih baik. Ketika berlari, jangan lupa melambatkan kecepatan untuk memulihkan kondisi tubuh.

Joging juga jadi pilihan tepat untuk kembali memulai lari setelah Anda rehat lama atau baru pulih dari cedera. Dengan lari santai, otot-otot yang lama tak dipakai bisa kembali ‘diingatkan’ untuk bekerja. Pelari pemula pun disarankan joging terlebih dahulu dan tidak langsung melesat dengan kecepatan tinggi.

Lari dan joging sama-sama latihan yang melibatkan seluruh tubuh, meningkatkan sistem kardiovaskular, mengurangi risiko penyakit kronis, meningkatkan kekuatan otot, dan memperkuat tulang dan sendi.

Kredit foto: Unsplash
Konsistensi dalam berlari akan menghadirkan perbaikan jiwa dan raga.

Bahkan, dalam tinjauan terhadap lebih dari 100 studi penelitian epidemiologi yang diterbitkan The Journal of Nutrition di Amerika Serikat, lari bisa menurunkan risiko kanker. Disebutkan bahwa aktivitas fisik berpotensi besar menurunkan risiko kanker usus besar, kanker payudara, dan kanker prostat.

Hal lain yang bisa didapat dari lari dan joging adalah manfaat serius yang positif bagi kesehatan mental dan emosional.

Penelitian lain dari US Center for Disease Control and Prevention menyatakan hanya dengan lari atau joging menempuh jarak satu mil atau sekitar satu setengah kilometer, seseorang bisa memperbaiki suasana hati dan kualitas tidur. Tentunya hal itu harus dilakukan secara rutin, setidaknya dua jam dalam sepekan.

Beberapa orang merasa nyaman memadukan lari dan joging karena memiliki manfaat yang sama baiknya.

Kredit foto: Unsplash
Praktisi lari kerap tak mempermasalahkan lari atau joging karena keduanya bergantung dari kebutuhan dan kondisi fisik seseorang.

Hal terpenting sejatinya adalah bukan soal perbedaan lari dan joging, tetapi bagaimana membuat kita bisa rutin berlari atau joging.

Tiga kali dalam seminggu adalah start yang baik untuk memulai. Tak perlu langsung kencang, kombinasikan saja dengan jalan terlebih dahulu. Perlahan demi perlahan, sesuaikan dengan kemampuan.

Intinya, lari dan joging, sebelas dua belas, bak pinang dibelah dua. Sama-sama bermanfaat untuk kesehatan.

Jadi, tunggu apa lagi? Ikat tali sepatu Anda dan mari lari atau joging! Sampai jumpa di garis finis.


Suka dengan artikel ini?

Bagikan Artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.