Euro 2024 sudah rampung. Turnamen internasional paling bergengsi di Benua Biru telah pamit dengan sejuta kisah.
Terdapat satu pelajaran berharga dari kontestan yang berlaga di turnamen ini. Bukan dari Spanyol, bukan Inggris, bukan Prancis, bukan Belanda, bukan Jerman selaku tuan rumah, melainkan Georgia. Mari teladani mentalitas dan rasa bangga orang Georgia hingga mereka menjadi bangsa besar di Eropa.
Sebelum ke Georgia, mari sejenak berintrospeksi diri. Orang Indonesia, seringkali pesimistis dengan timnas sendiri. Banyak yang ragu timnas Indonesia, baik senior maupun kelompok usia, bisa melaju jauh di turnamen skala Asia.
Tak sedikit yang mengernyitkan dahi kala PSSI menargetkan Shin Tae-yong lolos ke babak gugur Piala Asia 2023. Publik menganggap target PSSI berlebihan.
Banyak pula yang skeptis kala PSSI menargetkan Shin Tae-yong membawa timnas Indonesia U-23 lolos ke babak delapan besar Piala Asia U-23 2024. Terlebih Garuda Muda berada satu grup dengan para raksasa, tepatnya Australia U-23, Yordania U-23 dan Qatar U-23 selaku tuan rumah.
PSSI lagi-lagi dinilai berlebihan memasang target tersebut sebagai syarat perpanjangan kontrak Shin Tae-yong. Namun, STY, yang berasal dari Korea Selatan itu, justru yakin timnas Indonesia U-23 berbicara hingga semifinal.
Sikap seperti itulah yang belum dimiliki masyarakat Indonesia. Pesimis, pesimis dan pesimis. Berkecil hati di hadapan bangsa-bangsa besar. Seolah negara ini terlalu kerdil di hadapan para monster. Sebuah mentalitas yang sungguh berbahaya.
Sekarang mari lihat Georgia. Sama seperti timnas Indonesia, Georgia juga dianggap pemanis kompetisi di Euro 2024. Lagi pula siapa pemain Georgia yang tenar selain Kvicha Kvaratskhelia dan sang penjaga gawang, Giorgi Mamardashvili?
Sama pula seperti timnas Indonesia U-23 yang merupakan debutan di Piala Asia U-23 2024, Georgia juga merupakan tim debutan di ajang Euro. Georgia dan timnas Indonesia senior dan U-23 juga sama-sama menciptakan sejarah kali pertama lolos ke babak gugur.
Namun, yang membedakan orang kita dengan orang Georgia adalah mentalitasnya. Masyarakat Georgia tidak sedikit pun merasa kerdil di hadapan para raksasa Eropa. Bagaimana ceritanya?
Football Tribune merangkum bagaimana sudut pandang orang Georgia terhadap timnas negaranya di Euro 2024. Isinya sangat mengejutkan. Orang-orang dari berbagai kalangan optimistis Georgia bisa meraih gelar juara Euro pada partisipasi perdana mereka.
Semua orang, dari mulai anak kecil, nenek-nenek, penjaga toko, mereka tidak menyebut negara lain selain Georgia ketika ditanya tim mana yang paling memiliki kans keluar sebagai juara. Mereka tidak takut ditertawakan bangsa lain, tidak takut diejek masyarakat negeri sebarang.
Masyarakat Georgia yakin bahwa negara mereka yang paling hebat di seantero Eropa. Mereka memberi dukungan penuh, serta yakin dengan kemampuan tim asuhan Willy Sagnol.
“Siapa lagi selain Georgia (yang bisa menjuarai Euro 2024)? Tidak ada perbedaan (baik tim debutan maupun tim berpengalaman), itu pasti Georgia,” ucap seorang wanita tua, dikutip dari The Player’s Tribune.
Ya, begitulah orang Georgia. Siapa pun boleh menganggap mereka gila, maniak, megalomania, atau konotasi negatif apapun. Namun, tidak perlu diragukan seberapa besar rasa cinta dan bangga orang Georgia terhadap negaranya.
Masyarakat Georgia layak bangga meski timnas negara mereka dihajar Spanyol di babak 16 besar. Setidaknya, Georgia berhasil sudah menjungkalkan Portugal yang dihuni si megabintang, Cristiano Ronaldo pada babak grup.
Mentalitas di negeri orang
Seperti kebanyakan negara Eropa, Georgia adalah negara penggila sepak bola. Anak-anak Georgia kerap bermain sepak bola dalam sebuah turnamen mini ketika libur sekolah. Orang-orang bersorak seperti mendukung tim kesayangan.
Tak masalah jika itu laga internasional, liga domestik, Liga Champions, Liga Europa, Liga Konferensi Eropa, pertandingan amatir, atau partai antar anak-anak. Mereka selalu bahagia jika melihat sepak bola.
Terkadang, hingga malam hari, mereka masih saja bermain sepak bola. Kala malam sudah terlalu larut, mereka masih membicarakan sepak bola. Para orang tua geram ketika perdebatan sepak bola membangunkan bayi mereka di tengah malam. Namun, tulah Georgia.
Kvicha Kvaratskhelia adalah satu dari sekian banyak anak Georgia yang bermimpi membawa harum negaranya. Sang winger merantau ke Lokomotiv Moskow di Rusia pada umur 18 tahun.
Kvicha merasakan pedihnya hidup di jauh dari kampung halaman. Kvicha hanya memiliki satu orang teman. Saba Kvirkhelia sudah lebih dulu merantau ke akademi Zenit pada tahun 2010 silam. Kvicha juga akrab dengan seorang petugas kebersihan.
Sisanya, Kvicha begitu kesepian. Berjibaku dengan dinginnya malam tanpa teman. Bagaikan seorang astronot yang terdampar di planet antah berantah.
“Saya tidak bisa pulang ke Georgia jika belum menjadi siapa-siapa. Saya harus bermain bagus. Saya harus bekerja keras, keluarga dan negara saya sedang menonton,” begitulah pikir Kvicha.
Kvicha terus bekerja keras hingga kini nilai pasarnya menyentuh angka 80 juta Euro, menurut perhitungan Transfermarkt. Rasa cinta dan bangga terhadap negara membuat dirinya seperti saat ini.
Jika dibandingkan dengan pemain Indonesia, tentu berbeda jauh. Tak terhitung jari agaknya, berapa banyak pemain yang pulang ke Liga 1 usai abroad di negeri orang. Sementara, pemain seperti Kvicha sadar bahwa nama baik negaranya dipertaruhkan sejak pertama kali menginjakkan kaki di Rusia.
Negaraku paling hebat!
Tak hanya soal sepak bola. Jika bertanya kepada orang Georgia, mana makanan paling enak? Bukan sushi, bukan pula dimsum, ramyeon atau pun kimchi, bukan juga pizza atau burger. Masyarakat Georgia tak akan segan menyebut makanan khas negara mereka sebagai hidangan terlezat di dunia.
Khinkali adalah makanan khas Georgia yang paling terkenal. Penampakannya mirip dengan dimsum atau gyoza. Isian khinkali sangat bervariasi tergantung daerahnya. Mayoritas diisi dengan campuran daging sapi, domba atau babi. Ada pula yang berisi jamur, kentang dan keju.
Jika ditanya aliran musik mana yang paling enak? Bukan K-pop yang keluar dari mulut orang Georgia. Mereka akan menjawab Chakrulo, lagu daerah khas Georgia.
Tak hanya Chakrulo, musik country folk khas Georgia memang amat populer di negara yang berpenduduk 3,75 juta jiwa itu. Ya, secinta itu masyarakat Georgia terhadap budaya negara mereka.
Maka, jangan heran bila pencinta sepak bola Georgia begitu optimistis timnas negara mereka tidak sekadar melaju jauh di Euro 2024, melainkan juga menggondol gelar juara. Rasa cinta dan bangga ini membuat bangsa mereka begitu besar.
Bukankah sudah sepatutnya seperti itu?