
Senyuman Sven-Goran Eriksson ketika kembali mengunjungi Stadio Olimpico, kandang Lazio, beberapa waktu lalu. Eriksson meninggal dunia di usia 76 tahun pada Senin (27/8) WIB.
Sven-Goran Eriksson beristirahat dengan damai pada usianya yang menyentuh 76 tahun. Dia meninggal di kediamanannya di Bjorkefors, Swedia, pada Senin (26/8) Waktu setempat, usai setahun berjuang melawan penyakit kanker pankreas.
Kabar wafatnya Sven-Goran Eriksson merupakan duka yang mendalam bagi dunia sepak bola. Dia dicintai publik sepak bola Italia, dihormati di Inggris, dan punya jasa besar di Meksiko, China, Pantai Gading, dan juga Filipina.
Swedia memang bukan negara yang terkenal dengan sepak bola. Namun, berkat Sven-Goran Eriksson, Swedia dihormati di seluruh dunia. Sven-Goran Eriksson sudah menghabiskan setidaknya 42 tahun di dunia kepelatihan.
Keluarga Sven-Goran Eriksson, melalui anak-anaknya Lina dan Johan Eriksson, menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada semua orang di Swedia dan seluruh dunia atas dukungan dan pesan positif yang diterima sejak Eriksson didiagnosis menderita kanker pada Januari lalu. Meskipun menghadapi penyakit ganas, Sven-Goran Eriksson tetap menunjukkan semangat besar terhadap sepak bola.
Selama menjalani perawatan, Sven-Goran Eriksson terus mengikuti seluruh pertandingan Piala Eropa 2024 serta laga sepak bola putra di Olimpiade 2024 dari kediamannya. Kecintaan Eriksson pada sepak bola tak pernah pudar.
“Beberapa klub sepak bola dari Inggris, Italia, Portugal, dan Swedia mengundang ayah kami. Mereka semua menghargai cinta sepak bolanya, dan ini merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi kami dan dia,” tulis pernyataan keluarga Sven-Goran Eriksson.
Keluarga juga berharap nama Sven-Goran akan selalu dikenang sebagai sosok yang baik dan positif, baik dalam kehidupan publik maupun pribadi.
Pelatih petualang
Sven-Goran Eriksson dikenal sebagai pelatih Swedia pertama yang berani menembus kancah sepak bola Eropa Barat, tepatnya di Portugal. Setelah meraih dua gelar Piala Swedia dan Piala UEFA bersama Gotenborg, dia menerima tawaran dari klub besar Portugal, Benfica.
Selama dua musim bersama Benfica pada periode 1982-1984, Sven-Goran Eriksson berhasil membawa klub tersebut meraih gelar liga pertama pada musim 1982-1983, dan kembali mengulang kesuksesan pada musim berikutnya. Kesuksesan di Portugal membuka jalan bagi Eriksson untuk meniti karier di Liga Italia, yang pada dekade 1980-an dianggap sebagai liga domestik terbaik.
Sven-Goran Eriksson melatih beberapa tim besar di Liga Italia, termasuk Roma, Fiorentina, Sampdoria, dan Lazio, sejak 1984 hingga 2001.
Dari keempat tim tersebut, hanya Fiorentina yang tidak mendapatkan trofi di bawah asuhannya. Namun, Roma dan Sampdoria masing-masing berhasil meraih satu gelar Coppa Italia berkat bimbingan Eriksson.
Pelatih tersukses Lazio
Naman semakin terkenal setelah membantu Lazio memenangkan gelar Serie A pada musim 1999-2000, yang merupakan gelar liga pertama mereka dalam 26 tahun. Hingga kini, Lazio belum kembali meraih gelar Serie A.

Sven-Goran Eriksson di depan Curva Nord Olimpico, tempat fan Lazio berkumpul.
Atas jasanya, Eriksson dinobatkan sebagai pelatih terbaik sepanjang sejarah Lazio, dengan total tujuh gelar juara di Italia dan Eropa. Presiden Lazio, Claudio Lotito, memandang Eriksson lebih dari sekadar pelatih sukses, menyebutnya sebagai sosok yang penuh integritas dan memiliki kepercayaan diri klasik khas Nordik.
“Saya ingin memberikan pelukan terakhir untuknya, berbisik bahwa Lazio tidak akan melupakannya.” kata Claudio Lotito dalam laman resmi Lazio.
Sven-Goran Eriksson menjadi pelatih tersukses Lazio dengan memboyong tujuh trofi ke kota Roma. Bukan hanya Scudetto Serie A dan Coppa Italia saja, Sven-Goran Eriksson juga mampu membawa Gli Aquilotti juara di Eropa, seperti Piala Winners Eropa dan Piala Super Eropa.
Manajer asing pertama di Three Lions
Keberhasilan di Lazio membuka pintu bagi Sven-Goran Eriksson untuk menjadi pelatih tim nasional. Ia menjadi pelatih asing pertama timnas Inggris. Dalam periode 2001-2006 Sven-Goran Eriksson membawa Inggris mencapai perempat final Piala Dunia 2002 dan 2006, serta Piala Eropa 2004.
Sven-Goran Eriksson dihormati dan dikenang di Inggris, terutama untuk kemenangan bersejarah 5-1 atas Jerman di Stadion Olimpiade Muenchen pada 1 September 2001.
“Sven akan selalu diingat untuk kontribusinya yang besar bagi tim Inggris dan sepak bola secara luas. Kami akan memberikan penghormatan khusus kepadanya saat melawan Finlandia di Wembley bulan depan.” kata Kepala Eksekutif FA, Mark Bullingham dalam pernyataan resmi di laman FA.

Sven-Goran Eriksson saat menjadi pelatih sehari Liverpool.
Penampilan publik Sven-Goran Eriksson terjadi pada laga amal antara legenda Liverpool melawan legenda Ajax Amsterdam di Stadion Anfield, 24 Maret lalu, dan ia disambut dengan anthem ikonik, “You’ll Never Walk Alone”.
Selain itu, Sven-Goran Eriksson juga mengunjungi dua klub lamannya di Italia, Sampdoria dan Lazio. Dua klub yang dibawanya meraih kesuksesan baik di Serie A ataupun kompetisi Eropa.
Ciao, Sven…