
Lifter Indonesia, Rizki Juniansyah, saat bertanding di Piala Dunia Angkat Besi 2024 di Phuket, Thailand.
Olimpiade itu sudah di depan mata. Hanya kurang dari satu bulan lagi, tujuan utama para atlet di seluruh dunia bakal hadir.
Tepat pada 26 Juli 2024, obor Olimpiade akan kembali menyala. Pada edisi kali ini, Paris akan menjadi tuan rumahnya. Sekitar 10.500 atlet akan berpartisipasi dalam multievent olahraga paling bergengsi tersebut.
Sejauh ini, Indonesia telah meloloskan 29 atlet dari 12 cabang olahraga. Salah satunya adalah lifter kebanggaan Tanah Air, Rizki Juniansyah.
Rizki lolos ke Paris berkat raihan gelar juara dunia saat beraksi di Piala Dunia Angkat Besi 2024 yang digelar di Thailand, April lalu. Dia mengalahkan rekan senegaranya, Rahmat Erwin Abdullah, yang sama-sama beraksi di kelas 73 kg untuk berlaga di Olimpiade Paris 2024.
Keberhasilan menembus Olimpiade 2024 membawa suka cita bagi Rizki. Sebab, ini merupakan hal yang sudah diimpikan sejak lama, bahkan sejak dirinya belum masuk pelatnas PB PABSI. Apalagi, Olimpiade 2024 merupakan pertama kalinya lifter asal Banten ini akan berlaga di pesta olahraga terakbar sejagat itu.
“Alhamdulillah, saya sangat bersyukur bisa lolos Olimpiade tahun ini. Ini kesempatan pertama saya tampil di Olimpiade dan ini ajang yang saya impikan sejak pertama kali latihan,” kata Rizki kepada wartawan termasuk Ludus.id.
“Saya memang dari kecil mau juara Olimpiade. Alhamdulillah juara dunia sudah, jadi sekarang mau mengejar Olimpiade,” ungkap dia.
Meski bakal tampil sebagai debutan, Rizki sudah berani mematok target tinggi dengan membawa pulang medali. Dia optimistis bisa mempersembahkan medali emas pertama bagi Indonesia dari cabang olahraga angkat besi.
“Insyaallah saya menargetkan yang terbaik untuk Indonesia. Saya bertekad ingin mempersembahkan medali emas di Olimpiade,” lanjutnya.
Kepercayaan diri Rizki tak sekadar omong kosong belaka. Sebab, angkat besi Indonesia memang memiliki sejarah panjang dalam membawa pulang medali Olimpiade.

Lifter Indonesia, Rizki Juniansyah ingin ukir sejarah dengan meraih medali emas pada debutnya Olimpiade Paris 2024.
Sejak pertama kali membawa pulang medali pada Olimpiade Sydney 2000, lewat raihan perak Raema Lisa Rumbewas dan perunggu Sri Indriyani di kelas 48 kg putri, serta perunggu lainnya yang dibawa pulang Winarni Binti Slamet di kelas 53 kg putri, angkat besi Indonesia selalu mampu membawa pulang setidaknya satu medali Olimpiade.
Namun, hingga kini angkat besi memang belum pernah menyabet medali emas Olimpiade. Para lifter Tanah Air kerap tersandung wakil dari negara Asia lain, seperti China, Thailand, Korea Selatan, dan Korea Utara.
Kini, peluang itu terbuka lewat Rizki Juniansyah. Optimisme tersebut muncul setelah berkaca dari hasil yang didapat Rizki di Piala Dunia Angkat Besi 2024. Pada turnamen tersebut, Rizki mencetak total angkatan 365 kg yang menjadi rekor dunia total angkatan saat ini.
Di ajang tersebut, dia jauh mengungguli pesaing terberatnya asal China, Shi Zhiyong, dengan selisih sembilan kilogram. Rizki berusaha keras untuk mengulang momen manis itu dengan kembali mengalahkan lifter asal Negeri Tirai Bambu tersebut di Olimpiade Paris 2024.
“Saya harap dia (Shi Zhiyong) kondisinya seperti kemarin (di Piala Dunia) agar saya gak terlalu berat melawannya di Olimpiade. Kami juga mewaspadai lawan dari Jepang, Korea, Kolombia, dan Venezuela karena ini adalah puncaknya atlet dengan bertanding di Olimpiade. Pastinya, mereka bakal tampil sebaik mungkin untuk bisa dapat medali,” kata Rizki.
Demi mewujudkan target tersebut, Rizki pun melakukan persiapan yang tak main-main selama dua bulan terakhir. Menyadari bahwa lawannya sulit dikalahkan dalam angkatan snatch, dia mengatakan tengah memperkuat angkatan clean and jerk untuk menjadi senjata utamanya mendapatkan medali emas.
“Saya harus memperkuat clean and jerk saya karena dia kuat sekali di snatch. Saya kalah sedikit di snatch tidak apa-apa karena tidak terlalu jauh untuk mengejar lewat clean and jerk. Makanya, saya harus melampaui dia di clean and jerk agar bisa melebihi dia di angkatan total,” ungkap Rizki.
“Selain berlatih, saya tinggal menjaga kondisi dan makanan serta istirahat yang cukup karena istirahat itu penting supaya lebih berkualitas di latihan dan pertandingan,” lanjutnya.

Rizki Juniansyah dapat dukungan dari keluarga yang mayoritas adalah atlet angkat besi.
Dukungan Keluarga dan Mimpi Bawa Pulang Medali Emas
Rizki Juniansyah memang ditakdirkan sebagai lifter. Bagaimana tidak, pemuda yang lahir di Serang, Banten, 17 Juni 2003, itu hidup di keluarga angkat besi sehingga olahraga ini sudah tak asing bagi dia.
Angkat besi seakan menjadi jalan hidup bagi Rizki lantaran sang ayah, Muhammad Yasin, juga merupakan mantan lifter yang pernah membela Indonesia. Pun dengan sang ibu, Yeni Rohaeni, yang dulunya adalah atlet angkat berat.
Kedua kakaknya serta kakak iparnya, Triyatno, juga menggeluti bidang yang sama. Dan, sejak SD, dia sudah dilatih oleh ayahnya sendiri di sasana milik keluarga.
Tak heran jika Rizki sekarang menjadi seorang atlet yang berprestasi. Sebab, lingkungannya sedari kecil sudah membentuk dirinya untuk menjadi pribadi yang kompetitif dan memiliki semangat juang yang tinggi.
“Saya ingat saya dilatih dia sejak usia 8 tahun. Benar-benar diurus sama ayah sampai alhamdulillah jadi seperti saat ini. Ayah sangat berjasa buat saya,” kata Rizki.
“Saya bisa seperti sekarang berkat dukungan keluarga. Mereka selalu mendukung dan mendoakan saya di kondisi seperti apa pun baik di latihan atau pertandingan. Tak lupa juga dukungan dari pelatih, federasi, pemerintah, dan berbagai pihak lainnya,” tambah dia.
Sebagai anak kecil, Rizki sejatinya memiliki banyak pilihan untuk menjajal olahraga lain, seperti sepak bola, bulu tangkis, maupun basket atau voli. Namun, dia sudah kadung jatuh cinta pada angkat besi yang sudah dikenal sejak lama.
“Saya merasa olahraga ini unik dan saya menyukainya. Lingkungan rumah juga angkat besi semua. Tapi, saya juga mencoba olahraga lain seperti futsal. Saya juga suka motoran tapi sementara distop dulu untuk fokus Olimpiade,” ucap pemuda 21 tahun.
“Saya banyak terinspirasi dari kakak-kakak saya, seperti kakak ipar saya Triyatno yang punya medali olimpiade, kakak saya juga pernah meraih medali SEA Games, makanya saya juga ingin seperti mereka. Bahkan melebihi prestasi mereka,” jelasnya.
Kendati merasa nyaman menjadi lifter, tapi Rizki tak memungkiri kalau terkadang kerap muncul rasa jenuh yang memengaruhi semangatnya dalam berlatih. Di saat itu terjadi, Rizki melawan dengan mengingat kembali tujuannya yang ingin mencetak sejarah sebagai lifter Indonesia pertama yang meraih medali emas Olimpiade.
“Melawannya memang susah sih. Tapi, saya punya cara sendiri dan selalu diingatkan juga sama orang tua, pelatih, dan kakak-kakak saya biar kembali semangat,” tutur Rizki.
Kini, Rizki hanya berjarak satu bulan lagi untuk berjuang mewujudkan mimpinya itu. Dia mengaku bakal menyiapkan nazar yang akan dipenuhinya andai berhasil mewujudkan targetnya di Olimpiade.
“Pas Idul Adha kemarin saya potong sapi sebagai nazar karena lolos Olimpiade dan potong domba buat qurban saya sendiri. Pastinya, kalau Olimpiade saya ingin yang lebih baik,” ucapnya.
Wejangan dari Sesama Olimpian
Bersiap menghadapi Olimpiade, Rizki tak hanya menjalani latihan intensif. Namun, pemuda asal Banten itu juga dibekali dengan wejangan dan saran dari sesama olimpian.
Ya, Rizki termasuk beruntung lantaran dirinya tak sulit untuk mendapatkan hal tersebut. Sebab, dia juga dilatih langsung oleh sang kakak ipar, Triyatno, yang sudah lebih dulu merasakan atmosfer Olimpiade.
Ya, Triyatno yang merupakan suami dari kakak kandung Rizki, Riska Anjani Yasin, sempat tampil di dua Olimpiade, 2008 dan 2012. Dalam dua kesempatan tersebut, dia membawa pulang masing-masing satu medali. Perunggu pada 2008 dan perak pada 2012.
Makanya, sebagai kakak ipar, Triyatno mencurahkan segala kemampuannya dalam melatih agar Rizki bisa meraih prestasi yang lebih baik yang memang menjadi cita-citanya sejak lama.
“Sekarang sudah masuk persiapan khusus. Tinggal satu bulan kurang lagi kan pertandingan, jadi program sudah masuk masa pertandingan. Jadi, menu latihannya seperti penguatan pinggang yang dikuatkan terus. Selebihnya, tinggal bertanding saja,” kata Triyatno.
Tak hanya sekadar menurunkan ilmu lewat latihan, Triyatno juga kerap berbagi pengalamannya tampil di Olimpiade kepada Rizki. Tujuannya agar sang adik ipar bisa mengambil pelajaran sekaligus menjadi saran agar Rizki tampil maksimal.
“Saya selalu mengingatkan dia agar fokus, jangan merasa terbebani, biasa saja. Mungkin buat sebagian atlet, ketika menghadapi pertandingan seperti ini pasti muncul grogi. Di situ, saya ingatkan dia agar selalu fokus dan jangan terlalu dipikirkan. Fokus saja dengan target yang mau dia capai di Olimpiade,” ujar Triyatno.

Lifter Rizki Juniansyah dapat wejangan dari kakak iparnya, Triyatno, yang merupakan peraih medali angkat besi di Olimpiade 2008 dan 2012.
Triyatno mengakui hubungan sebagai keluarga membuat dirinya lebih mudah untuk menangani Rizki karena komunikasinya lebih lancar. Pun, dengan sang atlet yang memiliki motivasi tinggi untuk bisa melebihi prestasi dari kakak iparnya itu.
“Kalau saya sih tidak susah mengaturnya saja karena atletnya sendiri mau yang terbaik dan mau bikin sejarah buat angkat besi Indonesia. Jadi, tinggal mengarahkan saja dia maunya bagaimana. Kan sudah banyak contohnya, seperti saya juga Eko Yuli Irawan,” tutur Triyatno.
“Dia pernah bilang mau melebihi dari medali yang saya dapatkan. Saya bilang itu bagus, berarti harus lebih fokus lagi (dalam latihan). Dan dia siap,” jelasnya.
Agar bisa mendapatkan hasil sesuai seperti yang diharapkan, tim angkat besi Indonesia akan bertolak lebih dulu ke Prancis pada 21 Juli mendatang. Mereka bakal menjalani pemusatan latihan sebelum masuk ke athlete village pada 4 Agustus dan bertanding pada 8 Agustus.
“Kami akan ada TC dulu sebelum masuk athlete village. Jadi, penyesuaiannya tidak terlalu berat,” ucap Triyatno.