September Hitam, Tottenham Hotspur Jebloskan Man United ke Neraka Terdalam

Kredit foto: manutd.com
Ekspresi penyesalan Alejandro Garnacho usai tembakannya membentur tiang gawang Guglielmo Vicario. Di akhir laga, Man United kalah 0-3 dari sang tamu, Tottenham Hotspur.

Tottenham Hotspur benar-benar menjebloskan Manchester United ke jurang neraka terdalam. Pekan keenam Premier League 2024-2025 menjadi laga yang tidak ingin diingat oleh para pemain, staf pelatih dan para pendukung Setan Merah. Man United pun menutup bulan September dengan noda hitam.

Sepanjang September 2024, Man United hanya meraih satu kemenangan dalam empat laga Premier League musim ini. Rinciannya, Man United kebobolan enam gol dan mencetak tiga gol. Man United kalah dua kali di hadapan publik sendiri, setelah pada awal bulan dipermalukan sang rival bebuyutan, Liverpool.

Sementara satu laga lain adalah hasil imbang tanpa gol dengan Crystal Palace. Cedera Kobbie Mainoo dan Mason Mount menambah taburan garam atas luka Man United yang menganga pada September 2024.

Serupa dengan Liverpool, Tottenham mengacak-acak rumah Man United, Old Trafford, Manchester, Minggu (29/9) petang waktu setempat atau malam WIB. Skor telak 3-0 lebih dari cukup untuk membuat publik Teater Impian menanggung malu. Tiga gol tersebut masing-masing dicetak Brennan Johnson (3’), Dejan Kulusevski (47’) dan Dominic Solanke (77’).

Tidak hanya soal skor akhir, permainan Man United sudah lesu sejak awal laga. Bayangkan saja, Micky Van De Ven, yang merupakan bek tengah, membawa bola seorang diri hingga kotak penalti Man United.

Kredit foto: BBC Match of the Day
Solo run Micky Van De Ven sebelum mengirim assist ciamik kepada Brennan Johnson yang lolos dari kawalan Diogo Dalot.

Van De Ven sejatinya dikejar oleh Noussair Mazraoui, Manuel Ugarte dan Bruno Fernandes. Namun, tidak satu pun dari mereka berhasil menghentikan manuver kilat pemain asal Belanda tersebut.

Parahnya lagi, di sisi kanan, Diogo Dalot seolah membiarkan Johnson berlari tanpa pengawalan berarti. Van De Ven yang melihat pergerakan Johnson pun langsung mengirim umpan matang.

Kiper Man United, Andre Onana harus memungut bola dari gawangnya kala laga baru berjalan tiga menit. Ten Hag tak kuasa menahan malu pada sesi wawancara usai laga bersama Sky Sports.

“Saya pikir, setelah dua atau tiga menit, kebobolan gol seperti ini telah mengubah keyakinan kami. Itu sama sekali tidak perlu. Anda tidak boleh kebobolan gol seperti gol pertama,” ujar Ten Hag.

“Bek tengah (Van de Ven) masuk dan mengoper bola ke seluruh tim di sisi kanan dan mengumpankannya ke tiang jauh, dan pemain sayap kanan (Johnson) memanfaatkan umpan,” lanjut eks pelatih Ajax Amsterdam itu.

Sisa pertandingan tersebut menjadi film horror penuh adegan sadis bagi para penggemar Man United. Pelatih Tottenham Hotspur, Ange Postecoglou menerapkan counterpress yang begitu agresif. Manchester Merah tidak dibiarkan nyaman menguasai bola.

Sisi kanan lini serang Tottenham, atau sisi kiri pertahanan Man United yang dihuni Diogo Dalot menjadi titik lemah. Berkali-kali Johnson mendapat ruang yang begitu lebar.

Kredit foto: BBC Match of the Day
Tottenham Hotspur dengan mudah mengeksploitasi titik lemah Man United di sisi kanan pertahanan.

Kekalahan dari Tottenham bak aib bagi Man United. Sang legenda klub, Gary Neville bahkan melabeli laga tersebut sebagai salah satu penampilan terburuk Man United di bawah Erik ten Hag.

Man United sejatinya mampu lepas dari beberapa tekanan Tottenham. Namun, sudah suratan takdir Manchester Merah harus menanggung siksa. Peluang demi peluang gagal mereka manfaatkan.

Pada menit ke-10, Marcus Rashford terperangkap offside dalam situasi transisi positif nan menjanjikan. Kemudian pada menit ke-22. tembakan Joshua Zirkzee digagalkan penjaga gawang Tottenham, Guglielmo Vicario.

Alejandro Garnacho mengalami nasib serupa kala tembakan volinya pada menit ke-37 membentur tiang. Situasi diperparah usai Bruno Fernandes diganjar kartu merah langsung akibat pelanggaran keras terhadap James Maddison.

Kredit foto: manutd.com
Gelandang Man United, Bruno Fernandes melepas ban kapten usai mendapat kartu merah pada menit ke-42 laga kontra Tottenham Hotspur.

Sang kapten kesebelasan harus mandi lebih cepat karena dianggap mengangkat kaki terlalu tinggi terhadap betis Maddison. Ten Hag pun tak percaya dengan penampakan pilu tersebut. Dia menganggap pelanggaran Bruno seharusnya kartu kuning, bukan merah.

“Saya tidak menganggap itu kartu merah. Saya tidak ingin menghakimi dan tidak ingin memberikan komentar tentang ini. Wasit memberinya kartu merah. Saya punya pendapat, saya tidak menganggap itu kartu merah. Saya rasa itu yang terjadi,” tuturnya.

Erik Ten Hag miskin taktik?

Ten Hag berpikir bahwa kecepatan Rashford dan Garnacho di kedua sisi sayap bisa menggoreskan luka pada tim dengan karakter permainan terbuka seperti Tottenham besutan Postecoglou. Pada laga ini, Ten Hag menerapkan formasi 4-4-2, dengan Ugarte dan Kobbie Mainoo sebagai duet pivot.

Namun, pola berubah ketika Man United merebut penguasaan bola. Pola Man United langsung berubah menjadi 4-2-4, memanfaatkan Rashford dan Garnacho yang naik amat tinggi ke daerah pertahanan Tottenham.

Dengan begini, ide Ten Hag adalah melancarkan transisi serangan balik secepat mungkin via umpan langsung. Bukan rahasia bahwa Ugarte dan Bruno adalah dua gelandang dengan karakter umpan progresif yang memiliki rataan akurasi cukup tinggi.

Namun sayangnya, Postecoglou tidak sebodoh itu. Arsitek berpaspor Australia itu memanfaatkan jarak antar lini Man United yang cukup jauh akibat naiknya dua penyerang Man United.

Big Ange, julukan Postecoglou, dengan cerdik menginstruksikan pemainnya untuk lekas menutup jalur umpan dan menekan langsung ke distributor bola Man United. Tak ayal, pressing Tottenham di area Man United nampak begitu agresif.

Umpan Man United pun menjadi serampangan. Sebelum menerima kartu merah, para gelandang Man United tidak maksimal mendistribusikan bola. Tercatat akurasi umpan Man United hanya berada di angka 77 persen.

Man United juga tidak memiliki pressing yang rapi ketika kehilangan bola. Pressing Man United cenderung serampangan, hanya fokus mengejar bola tanpa mempedulikan pergerakan tanpa bola tim tamu.

Contoh nyata nampak pada menit ke-19, Mazraoui menekan Destiny Udogie secara membabi buta. Ketika bola disodorkan ke Timo Werner, Mazraoui tidak lekas mengawal pergerakan tanpa bola Udogie.

Konyolnya, Mazraoui malah asyik menyaksikan ketika Matthijs De Ligt menekan Werner dengan penuh nafsu. Parahnya lagi, Ugarte dan Mainoo tidak lekas turun sehingga posisi mereka berada cukup jauh.

Kedua pemain tersebut pun hanya berjalan kaki membiarkan Mazraoui terengah-engah mengejar Udogie. Situasi tersebut menghasilkan peluang berbahaya. Beruntung tembakan Johnson masih membentur tiang gawang.

Kredit foto: Ilustrasi Ludus.id
Noussair Mazraoui tidak hadir di situasi berbahaya ini lantaran terlambat turun. Manuel Ugarte bergerak menekan Dejan Kulusevski alih-alih menempel pergerakan Timo Werner.

Situasi serupa terdapat di menit ke-39 kala Mazraoui naik terlalu jauh dan terlambat turun. Alih-alih melebar untuk memberi pengawalan terhadap Werner, Ugarte justru fokus pada bola yang dikuasai Dejan Kulusevski.

De Ligt yang berada terlalu dalam pun kepayahan mengejar Werner. Beruntung pemain asal Jerman tersebut gagal menuntaskan situasi satu lawan satu dengan Onana.

Kekejaman Spurs dalam angka

Tottenham dengan kejam memberi hukuman terhadap permainan Man United yang penuh cela. Deretan adegan berbahaya di Old Trafford membuat Tottenham mencatat rekor angka harapan gol tertinggi (xG) dalam sejarah klub.

Menurut statistik pada laman resmi Premier League, angka harapan gol The Lilywhites, julukan Tottenham, berada di angka 4,67. Beralih ke statistik Opta, Kulusevski yang menjadi jenderal lapangan tengah juga mencatat rekor lain.

Kredit foto: Opta
Grafis pemetaan penciptaan sembilan peluang Dejan Kulusevski.

Kulusevski menjadi tamu Old Trafford dengan kreasi peluang terbanyak sepanjang sejarah Premier League. Tercatat eks pemain Juventus itu menciptakan sembilan buah peluang. Dia melampaui torehan kreasi peluang eks pemain Chelsea, Florent Malouda di Old Trafford pada tahun 2011 silam.

Man United juga menjadi lawan favorit bagi sang bomber, Dominic Solanke. Pemain berusia 23 tahun itu selalu mencetak gol dalam tiga penampilan menghadapi Man United secara beruntun di ajang Liga Inggris. Musim lalu, Solanke rutin mencetak gol ke gawang Man United saat masih berseragam Bournemouth.

September menjadi bulan yang begitu kelam bagi Man United, namun indah bagi Tottenham. Pasalnya, gol Johnson (155 detik) adalah gol Tottenham tercepat di Old Trafford pada ajang Premier League sejak September 2012 silam (113 detik).

Setan Merah yang jatuh dan tertimpa tangga

Man United tidak hanya jatuh, namun juga tertimpa tangga. Pasalnya, tidak hanya kekalahan menyakitkan, Man United juga harus kehilangan pemain penting akibat cedera.

Mainoo dan Mason Mount menambah daftar cedera Man United. Kedua gelandang tersebut menyusul Harry Maguire, Luke Shaw dan Leny Yoro yang sudah lebih dulu berurusan dengan tim medis.

Mainoo ditarik keluar sesaat setelah kartu merah Bruno. Bintang muda timnas Inggris itu pun digantikan oleh Mount. Namun naas, Mount juga mengalami cedera usai berbenturan kepala dengan bek Tottenham, Radu Dragusin.

“Saya tidak bisa mengatakannya saat ini, saya harus mencari tahu, tetapi tentu saja, ketika seorang pemain keluar sebelum babak pertama berakhir, maka ada beberapa kekhawatiran,” ujar Ten Hag ketika ditanya perihal kondisi Mainoo, dilansir laman resmi klub.

“Saya juga melihat bagaimana Mason keluar. Dia berdarah, jadi jelas ada beberapa masalah di sana dan kita harus melihat bagaimana mereka pulih dalam beberapa hari mendatang,” tandasnya.

Ten Hag menghadapi cobaan hidup yang cukup berat. Krisis lini tengah berpotensi membuat Man United berada di jurang neraka lebih lama sebab jadwal padat pertandingan menanti di bulan Oktober 2024. Total, Man United harus memainkan enam laga dalam satu bulan, yakni di ajang Premier League, Liga Europa dan Carabao Cup.


Suka dengan artikel ini?

Bagikan Artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.