Seraf Naro Siregar, Dari Terpaksa Menjadi Cinta dengan Wushu

Credit foto : Tangkapan layar akun @Serafnaro
Pewushu Indonesia Seraf Naro Siregar saat tampil pada Asian Games Hangzhou 2022.

Masuk kandang naga, keluar dengan bangga. Kebanggaan itulah yang melekat pada atlet wushu Indonesia, Seraf Naro Siregar usai meraih perunggu di nomor perlombaan Men’s Daoshu & Gunshu All Around  Asian Games Hangzhou 2022, Rabu (27/9/2023).

Pada perlombaan daoshu atau jurus pedang aliran utara di Xiaoshan Guali Sports Centre, Provinsi Zhejiang, Tiongkok, Rabu pagi, Naro menjadi salah satu dari 11 peserta. Meski tampil pertama, atlet berusia 22 tahun ini tanpa rasa canggung.

Naro dengan lincah meloncat dan berputar, lalu mendaratkan kaki dengan sempurna. Penonton pun riuh memberikan dukungan.

Naro makin bersemangat bergerak ke sana ke mari dengan pedang lentur yang meliuk-liuk dan beberapa kali melompat dengan mantap. Sebuah kombinasi gerakan nan elok berdurasi 1 menit 25 detik. Atlet kelahiran Surabaya, Jawa Timur itu kemudian mendapat total nilai 9,726 dari 12 juri.

Nilai Naro yang awalnya berada di puncak akhirnya tergusur oleh penampil keenam asal Taiwan, Wang Chen Ming, yang lebih dinamis dan akrobatik. Wang Chen Ming diberi skor 9,736. Penampil berikutnya, Jowen Si Wei Lim asal Singapura membukukan 9,733 poin.

Akhirnya posisi Naro turun ke strip keempat setelah atlet tuan rumah, Chang Zhizhao jadi yang terbaik. Dengan gerakan jurus yang paling berbeda, juga hanya melompat sebanyak delapan kali atau yang paling sedikit dari para kontestan lain, Chang mampu memukau juri dan penonton. Chang mendapat 9,826 poin.

Credit foto : Tangkapan layar akun @Serafnaro
Pewushu Indonesia Seraf Naro Siregar saat tampil pada Asian Games Hangzhou 2022.

Ubah strategi

Posisi keempat tidak membuat Naro patah arang. Dia memutar otak untuk bisa menggebrak di sesi tanding gunshu atau aliran toya utara yang diperlombakan pada Rabu siang.

Naro berdiskusi dengan pelatihnya untuk mencoba strategi anyar walau berisiko besar. Dia kemudian mendapat izin untuk menerapkan taktik baru, yaitu menambah kecepatan dan energi. Pilihannya melesat naik atau malah tumbang.

“Menambah kecepatan berisiko membuat kita kehilangan kontrol yang membuat toya lepas atau tidak mendarat dengan sempurna setelah melompat. Namun, saya harus mencoba. Kalau tidak mencoba sama sekali, itu justru bikin kesempatan saya meraih medali lebih berat,” kata Naro.

Hasilnya sesuai perkiraan. Naro dapat mengendalikan tubuh lebih baik dan bergerak lebih leluasa saat memamerkan jurus-jurusnya. Dibandingkan saat berlomba di daoshu, kali ini gerakan Naro lebih cepat, dinamis dan penuh penghayatan.

Nilai Naro lebih baik, yaitu 9,740 poin. Dikombinasikan dengan nilai 9,726 dari daoshu, Naro total mengumpulkan 19,466 poin.

Dia sempat di posisi kedua, tetapi digeser oleh atlet Singapura, Jowen Si Wei Lim yang mengoleksi total 19,476 poin. Adapun peringkat pertama diraih oleh Chang Zhizhao.

Credit foto : Tangkapan layar akun @Serafnaro
Pewushu Indonesia Seraf Naro Siregar saat tampil pada Asian Games Hangzhou 2022.

Alhasil, Naro berhak atas medali perunggu di Asian Games perdananya.

“Kalau tidak sekarang, kapan lagi saya dapat kesempatan untuk dapat medali. Jadi, saya nekat mengeluarkan kemampuan terbaik saya,” beber Naro.

Bertanding di Tiongkok, tempat kelahiran wushu, jelas bukan hal yang mudah bagi para pewushu Indonesia. Ibarat bertanding di kandang naga.

Namun, keinginan untuk juara, dukungan dari rekan sesama pewushu, dan apresiasi dari penonton tuan rumah menjadi faktor pembeda bagi Naro.

“Perasaan gugup sebelum bertanding pasti ada. Namun, suporter tuan rumah ternyata sportif. Mereka tetap mendukung atlet dari negara lain kalau menunjukkan penampilan yang bagus. Itu yang bikin saya tampil lebih lepas,” tutur Naro.

Perunggu dari Naro menjadi medali ke-10 yang diraih kontingen Indonesia hingga Rabu siang. Sebelumnya tim wushu Indonesia menyumbang medali emas dari Harris Horatius dan medali perak dari Edgar Xavier Marvelo.

Credit foto : NOC Indonesia
Pewushu Indonesia Seraf Naro Siregar saat tampil pada Asian Games Hangzhou 2022.

Dari terpaksa jadi cinta

Naro, yang saat kecil biasa disapa Sinyo, mengatakan mulai mengenal wushu sejak berusia 10 tahun. Awalnya dia diajak sang ayah untuk memilih antara berlatih taekwondo, karate, atau wushu di perguruan bela diri di belakang salah satu mal di Surabaya.

Setelah menolak taekwondo dan karate, Naro dipaksa untuk berlatih wushu di Sasana Yasanis pada 2010. Mengaku pemalu dan penakut saat kecil, Naro ogah-ogahan saat berlatih. Dia baru terpacu setelah kakak dan adik perempuannya lebih semangat untuk berlatih wushu. Dari awalnya merasa terpaksa, Naro akhirnya jatuh cinta kepada wushu.

Tiga tahun kemudian, prestasi berdatangan. Dimulai dengan raihan medali perak di Kejuaraan Nasional Junior di Yogyakarta. Disusul prestasi di kancah internasional, seperti juara di Japan Open dan Malaysia Open.

Naro lantas dipanggil masuk tim nasional wushu pada 2019. Dia kemudian ikut tampil dalam tiga nomor perorangan. di SEA Games Filipina 2019. Tapi, tidak ada prestasi. Gagal di nomor perorangan, Naro merengkuh emas di nomor duilian atau beregu bersama Edgar Xavier Marvelo dan Harris Horatius.

Bersama Edgar dan Harris, Naro menyempurnakan prestasinya dengan menjuarai nomor beregu di Kejuaraan Dunia Wushu 2019 di Shanghai, Tiongkok.

Naro mengaku kegagalannya di nomor perorangan pada Sea Games 2019 akibat kurang konsentrasi. Dia pun berlatih lebih keras untuk fokus dan tidak membiarkan hal-hal kecil mengganggu pikirannya.

Hasilnya tampak di SEA Games Vietnam 2021. Dia meraih medali emas di nomor kombinasi daoshu dan gunshu, serta merengkuh perunggu di nomor changquan atau tangan kosong.

Credit foto : Tangkapan layar akun @Serafnaro
Pewushu Indonesia Seraf Naro Siregar saat tampil pada Asian Games Hangzhou 2022.

Mahasiswa-atlet

Bagi Naro, wushu adalah soal melawan diri sendiri dan mengalahkan pikiran-pikiran negatif.

“Pikiran-pikiran negatif menghancurkan kita sendiri. Kalau saya kalah dengan pikiran sendiri, habis. Namun, karena saya mau yang berkuasa atas diri kita sendiri, saya bisa membayangkan ‘saya pasti bisa’, ‘saya berhasil’, ‘saya tidak akan gagal’. Pasti percaya diri,” jelas Naro.

Keyakinan itu pula yang membuat Naro bisa membagi waktu sebagai atlet dan mahasiswa. Saat ini, dia terdaftar sebagai mahasiswa aktif semester enam di Fakultas Hukum Universitas Surabaya. Nilai indeks prestasinya juga di atas 3.

Untuk  menyeimbangkan prestasi akademik dan nonakademik, peraih dua medali perak di PON XX Papua 2020 itu mengatakan perlu pengorbanan.

“Mengurangi jam main, mengurangi jam istirahat. Tidur pagi, (padahal) besok pagi latihan, ya sudah biasa,” ungkap Naro.

Dia bahkan sudah terbiasa mengerjakan tugas kuliah di sela-sela berlatih wushu. Naro berharap dapat lulus kuliah sebagai sarjana hukum dengan nilai yang baik. Dia ingin mewujudkan cita-cita menjadi jaksa suatu hari nanti.


Suka dengan artikel ini?

Bagikan Artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.