Impian besar dimulai dari hal kecil. Itulah yang coba dilakukan Reinaldy Atmanegara melalui Dojang Reinaldy Atmanegara Training Ground (RATG). Bertempat di lantai lima Gedung Amanyaak Loft, Pluit, Jakarta Utara, Reinaldy, mantan atlet taekwondo nasional, menularkan pengetahuannya kepada para murid, mulai dari usia tiga tahun sampai 40-an tahun.
Di tempat berukuran 8 m x 18 m, Rabu (25/10/2023), para anak latih mulai berdatangan sekitar pukul 17.00 WIB. Mereka kemudian mengganti pakaian dengan seragam berlatih. Lalu, selama 20 menit, belasan siswa taekwondo yang berusia 6-36 tahun ini melakukan pemanasan yang dibagi ke dalam dua sesi.
Pemanasan dimulai, ditandai dengan iringan musik RnB dan musik motivasi latihan yang bisa ditemukan dengan mudah di Youtube.
Pada 10 menit pertama diisi dengan stretching atau peregangan di atas matras yang dipandu oleh Reinaldy dan rekan pelatihnya, Fabrizio Triyansyah yang juga taekwondoin asal Banten.
Pada 10 menit kemudian, intensitas pemanasan meningkat. Kedua sabeum (pelatih) ini mempersiapkan step box, ladder, dan cone yang dibagi ke dalam empat baris. Tujuan pemanasan sesi kedua ini untuk meningkatkan kecepatan, reaksi, dan kekuatan kaki.
Para murid dibuat berpasangan. Pertama, mereka harus naik turun secara cepat sebanyak enam kali di step box, berlari dan melangkah cepat ke celah-celah di tangga kain yang ditidurkan di lantai, lalu berlari secara zig-zag melewati cone. Kemudian mereka meloncat dengan dua kaki yang rapat sampai ke ujung cone, lantas mengakhiri rangkaian gerakan itu dengan sprint. Hal itu diulangi selama 10 menit.
Meski tampak kepayahan, para anak latih itu tetap riang. Ini tidak lepas dari suasana berlatih fleksibel yang diterapkan Rei dan rekan-rekan pelatih.
Setelah pemanasan, kekuatan kaki murid diperkuat dengan latihan tendangan kepada target. Juga sabeum yang menahan kaki murid dan sang murid berusaha mendorong sang guru dengan kaki.
Sesi sparring atau latih tanding jadi menu utama latihan. Para siswa latih harus mengenakan pelindung kepala, dada, kemaluan, dan kaki.
Lawan tanding dipilihkan pelatih atau persetujuan sesama murid. Dalam sesi ini, Rei menjadi wasit. Ia mengawasi sekaligus mengevaluasi gerakan siswa.
“Coba tendangan checking-nya,” ujar Rei.
Tendangan checking yang dimaksud Rei adalah yeop chagi atau tendangan samping menggunakan pisau kaki. Tendangan ini banyak dilakukan dalam pertandingan taekwondo. Jadi, selain suasana latihan yang tidak kaku, Rei tetap menerapkan latihan yang sesuai dengan kondisi riil saat laga.
Komentar para murid
Para siswa latih di Dojang RATG tidak hanya berasal dari Jakarta. Terjauh ada yang dari Tambun, Bekasi. Ada pula yang berasal dari Tangerang, Banten.
Gabriela Lovvy Putri Sianturi salah satunya. Murid Dojang RATG ini baru berusia 12 tahun. Ia tinggal di Ciputat, tetapi rela naik kereta untuk berlatih taekwondo di Pluit, Jakarta Utara. Lovvy memilih berlatih di Dojang RATG karena latihan teknik di tempat sebelumnya kurang memuaskan.
Setelah melihat iklan di Instagram dan mengetahui Reinaldy Atmanegara adalah mantan atlet tim nasional taekwondo, Lovvy memantapkan niatnya untuk bergabung.
“Sabeum Rei bisa memeragakan teknik dengan bagus. Saya juga senang karena teman-teman di sini asyik dan fair saat latihan,” kata Lovvy yang juga siswi kelas 8 di SMA 4 Tangerang Selatan itu.
Bergabung sejak Februari 2023, Lovvy merasakan perkembangan dirinya. Sekarang tendangan checking-nya lebih bertenaga. Ia merasa lebih lincah. Lovvy juga telah mewakili RATG di Kejuaraan Internasional Taekwondo “The 6th Heroes” di Thailand pada 1-2 Juli 2023. Hasilnya, Lovvy mampu membawa pulang perunggu.
Lovvy berlatih keras dan ikut pertandingan karena bercita-cita menjadi atlet taekwondo nasional.
“Saya ingin jadi juara Asian Games,” ujar Lovvy yang memilih disiplin kyorugi (tarung) itu.
Justin Tosin, lawan sparring Lovvy di Dojang RATG punya pandangan yang mirip. Siswa berusia 15 tahun itu baru berlatih taekwondo tiga tahun lalu. Dia memilih untuk mengikuti latihan taekwondo di RATG karena pelatihnya pernah jadi anggota timnas taekwondo. Sebagai pemain basket di sekolah, Justin merasakan manfaat dari berlatih taekwondo.
“Conditioning lebih baik karena sparring betulan. Fisik dan teknik saya lebih baik. Latihan di sini juga memperbaiki fleksibilitas tubuh saya,” jelas Justin.
Justin juga mengapresiasi para pelatih yang komunikatif dan tidak ragu memberi masukan terhadap kekurangan dalam gerakannya saat berlatih. Ia menilai komunitas RATG lebih baik ketimbang tempat-tempat ia berlatih sebelumnya.
“Fasilitas di sini lumayan enak. Saya belajar dari atlet professional jadi lebih matang. Orang-orangnya juga lebih akrab,” imbuh Justin.
Salah satu murid termuda di RATG adalah Fiqar Maulana Arshad. Siswa berusia enam tahun itu berasal dari Cikupa, Kabupaten Tangerang, Banten. Fiqar bersama sang ayah, Ade Maulana (38 tahun), rela jauh-jauh naik motor selama 1,5 jam ke Jakarta Utara demi dilatih oleh Sabeum Rei.
“Awal mula tahu Sabeum Rei waktu nonton final PON Papua 2021. Dia mengalahkan sepupu saya. Saya nonton sama Fiqar waktu masih empat tahun,” terang Ade.
Ade kemudian mengontak Rei untuk melatih anaknya. Di bawah didikan Rei, Fiqar berkembang pesat.
“Mental dan fisiknya berkembang. Dia jadi jarang sakit. Sekarang percaya diri di depan orang banyak,” jelas Ade.
Ade mengungkapkan, Fiqar kerap menonton tayangan pertandingan Rei di Youtube, maupun tips-tips gerakan taekwondo yang Rei bagikan di Instagram @reinaldyatmanegara. Gerakan-gerakan itu Fiqar praktikkan saat bertanding di kejuaraan daerah di Kabupaten Tangerang. Hasilnya delapan medali emas sudah ia raih.
“Fiqar berani lawan yang lebih tinggi karena terinspirasi Sabeum Rei yang kerap melawan rival dengan tubuh lebih besar. Di sini lebih dapat chemistry-nya dengan Sabeum Rei karena tekniknya bagus,” tambah Ade.
Salah satu gerakan yang ditiru Fiqar adalah tendangan 540 derajat yang diperagakan dalam sebuah pertandingan kyorugi di salah satu pusat perbelanjaan di Banten, Februari lalu. Tendangan 540 derajat dari Fiqar ialah tendangan yang mengarah ke kepala dengan kaki kanan, tetapi ia berputar dan malah mendaratkan tendangan kaki kiri ke kepala lawan. Sebuah gerakan sulit yang mengundang decak kagum penonton.
Sementara itu, salah satu murid paling senior, Henny (35 tahun) mengaku awalnya hanya mengantar putrinya yang berusia 16 tahun untuk berlatih self defence alias pertahanan diri di Dojang RATG. Namun, Henny malah tertarik untuk mencoba.
“Daripada bosan menunggu, akhirnya saya ikut,” tutur Henny.
Setelah sebulan berlatih, Henny merasakan dampak positif seperti tubuhnya lebih lentur dan fit, tidurnya juga lebih teratur dan nyenyak. Ia juga memuji atmosfer komunitas Dojang RATG.
“Latihan sama anak muda, jadi lebih semangat. Sabeum Rei dan pelatih-pelatih lainnya juga sabar,” kata perempuan yang tinggal di kawasan Pluit ini.
Setali tiga uang dengan Henny, Karen (46 tahun) mengirim tiga anaknya untuk berlatih di RATG. Menurut warga Amerika Serikat ini, latihan di RATG lebih terstruktur. Para pelatih punya rencana yang jelas dalam latihan. Meski hanya dua pelatih yang memimpin, mereka bisa memerhatikan banyak anak.
“Anak-anak saya jadi lebih berani. Kami semua jadi dekat. Tidak cuma latihan, tapi ini adalah sebuah komunitas,” puji Karen yang tinggal di Kawasan Puri Indah, Jakarta Barat.
Visi
Ada tiga kategori usia untuk berlatih di Dojang RATG, yaitu 3-6 tahun (anak), 7-12 tahun (remaja), dan 12 tahun ke atas (dewasa). Untuk usia 3-6 tahun, durasi latihan hanya satu jam. Sedangkan, kategori usia lainnya berlatih selama 90-120 menit.
RATG memiliki empat pelatih, yaitu Reinaldy Atmanegara, Fabrizio Triyansyah, Leonardo Redhiarto, dan Nines Ega. Biaya latihan Rp400 ribu per bulan, untuk empat kali latihan dalam sebulan.
Meski baru didirikan pada Desember 2022, Rei punya visi jangka panjang. Ia ingin menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan karakter, kedisiplinan, dan semangat untuk para siswa latih. Ia ingin Dojang RATG kelak menghasilkan atlet-atlet Olimpiade yang berkualitas.
Rei juga bercita-cita RATG bisa jadi jaringan dojang taekwondo terbesar yang tersebar di seluruh Indonesia dan menciptakan lebih banyak peluang bagi para calon atlet berprestasi.
Salah satu bentuk misinya adalah membangun kerja sama dengan sekolah, universitas, dan komunitas-komunitas untuk memperkenalkan taekwondo.
Salah satu perguruan tinggi yang bekerja sama dengan RATG adalah Universitas Bakrie, Jakarta.
“Saat ini, kampus Bakrie sparring latihan dengan kami. Kami terbuka untuk umum kok,” pungkas Rei.