LUDUS – Yayasan Silat Harimau Minangkabau dengan Gebu Minang menggelar Festival Pandeka Batagak 2024 Tingkat Nasional di Tebet Eco Park, Jakarta Selatan, akhir Desember. Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat tampil sebagai juara umum FPB 2024.
Kegiatan FPB 2024 diikuti perwakilan dari 5 provinsi, yaitu Sumatera Barat, Jambi, Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat. FPB 2024 menjadi ajang para penggiat Silek Harimau Minangkabau untuk menuju FORNAS 8 Nusa Tenggara Barat tahun 2025.
“Festival Pandeka Batagak 2024 sukses diselenggarakan atas dukungan Yayasan Silek Harimau Minangkabau dan Gebu Minang. Semoga tahun depan kegiatan ini lebih semarak lagi,” kata Edwel Dt Rajo Gampo Alam.
Ajang FPB 2024 semakin menarik dengan keikutsertaan anak-anak usia dini, seperti Nayyira Shareen Furqoni menjadi peserta termuda di usia 6 tahun. Bahkan dia mendapatkan medali emas pada kategori Garugah Baragi Usia Dini.
Baca juga:
Remaja 15 Tahun, Jaeyoung Byeon Sabet Gelar Juara Dunia Freestyle Poomsae
Untuk kategori dewasa pada ajang FPB 2024 diperlombakan 5 kategori, yaitu Garugah Baragi, Basilek di papan sahalai, basilek di ateh sayak, Galuik Harimau, dan Manguyak sayak. Kontingen DKI Jakarta dan Jawa Barat menjadi Juara Umum pada FPB 2024 dengan perolehan 2 Emas, 4 Perak, dan 1 Perunggu.
FPB direncanakan akan diadakan setiap tahun sebagai ajang para penggiat Silek Harimau Minangkabau untuk membuktikan hasil latihannya dalam bidang keolahragaan. Seluruh kegiatan akan berorientasi pada tujuan pelestarian Budaya Silek Harimau di masa depan.
“Apresiasi untuk silek Harimau Minangkabau, jangan berhenti untuk berprestasi. Tahun depan akan banyak lagi yang akan bergabung di Silek Harimau dan akan muncul tokoh-tokoh baru yang tentunya harus diberi apresiasi,” ujar Yuliandre Darwis selaku Sekjen Gebu Minang.
Silek Harimau Warisan Silat Minangkabau
Silek Harimau, salah satu aliran silat tradisional Minangkabau, memukau dengan keindahan dan gerakan mematikan yang terinspirasi dari harimau. Teknik bertarung Silek Harimau menggabungkan serangan dan pertahanan yang cepat dan kuat.
Dalam buku Filsafat dan Silsilah Aliran-Aliran Silat Minangkabau karya Mid Djamal (1986),Silek Harimau pertama kali diciptakan oleh Datuk Suri Dirajo di Pariangan, Sumatera Barat, pada tahun 1119.
Baca juga:
Yayan Ruhian, Kembali Populerkan Pencak Silat Melalui Film Baru Hollywood
Gerakan-gerakan seperti cengkraman, pukulan, tendangan, dan teknik menjatuhkan lawan dilakukan dengan presisi dan mematikan. Filosofi di baliknya adalah menaklukkan lawan dengan keindahan dan kecepatan, namun tetap mematikan dalam eksekusi.
Awalnya, Silek Harimau hanya diajarkan pada para pengawal istana untuk melindungi raja. Namun, seiring berjalannya waktu, seni bela diri ini mulai diajarkan secara sembunyi kepada masyarakat luas, terutama pada masa penjajahan.
Hal ini dilakukan sebagai bentuk perlawanan dan upaya mempertahankan diri. Para pendekar Silek Harimau berlatih di tempat-tempat tersembunyi untuk mengasah keterampilan dan melestarikan warisan leluhur.
Selain teknik bertarung, Silek Harimau juga mengajarkan nilai-nilai etika dan moral. Para pendekar diajarkan untuk menggunakan ilmu bela diri hanya untuk mempertahankan diri dan melindungi yang lemah.
Sikap hormat kepada guru (pandeka) dan sesama murid (anak silek) sangat dijunjung tinggi dalam Silek Harimau. Etika ini mengajarkan para pendekar untuk tidak menyalahgunakan keterampilan mereka, menjaga kehormatan diri dan keluarga.
Silek Harimau memiliki tempat istimewa dalam budaya Minangkabau. Selain sebagai seni bela diri, Silek Harimau juga sering dipertunjukkan dalam berbagai upacara adat dan festival budaya. (*)