
Para pemain Liverpool tidak begitu kesulitan menerapkan sistem baru yang dibawakan pelatih anyar mereka, Arne Slot. Mereka tampak menikmati permainan saat membekuk Ipswich Town dengan skor 2-0 pada laga perdana Premier League 2024-2025 di Portman Road, Ipswich, Sabtu (17/8) malam WIB.
Liverpool melanjutkan tren positif mereka selama pramusim. Sebelum musim 2024-2025 digelar, Slot tidak kesulitan menerapkan ide sepak bola yang dia bawa dari Feyenoord Rotterdam.
Liverpool tidak terkalahkan dalam lima laga pramusim dengan rincian empat kali menang dan sekali imbang. Slot pun menatap laga perdana di Liga Inggris musim ini dengan penuh optimisme.
“Tentu saja bersemangat. Saya pikir setelah pramusim, bagi pemain dan juga pelatih, selalu menyenangkan untuk memulai musim karena inilah yang Anda perjuangkan dalam beberapa minggu terakhir,” tutur Slot pada konferensi pers jelang laga, dikutip laman resmi klub.
“Bagi saya, pertandingan pramusim juga berarti sesuatu; meskipun Anda tidak mendapatkan poin untuk itu, saya pikir penting untuk mempersiapkan tim untuk Liga Inggris,” imbuhnya.
“Sekarang kami bersemangat untuk memulai musim melawan tim promosi yang tampil sangat, sangat baik dalam beberapa tahun terakhir di bawah manajer mereka. Menarik untuk melihat apa yang akan terjadi besok,” tutur arsitek asal Belanda ini dengan penuh nada semangat.
Selama mengasuh Feyenoord, Slot gemar menginstruksikan anak asuhnya untuk banyak membangun serangan dari bawah. Gaya build-up Slot cenderung lambat. Hal ini bertujuan untuk memancing pressing lawan sebelum kemudian melakukan progresi bola lewat ruang kosong.
Meski membangun serangan dari bawah, sistem yang diterapkan Slot berbeda 180 derajat dengan milik Pep Guardiola bersama Manchester City. Jika Guardiola banyak mengandalkan umpan-umpan pendek, Slot lebih memilih pendekatan umpan langsung vertikal melintasi ruang kosong lawan.
Pada babak pertama, sejumlah pemain Liverpool beberapa kali mencoba menerapkan sistem ini, dengan Mohamed Salah sebagai target umpan panjang. Namun, inisiatif ini belum membuahkan hasil di paruh awal laga.
Pelatih Ipswich Town, Kieran McKenna, yang tentunya sudah menganalisa gaya main Slot, merespons dengan menerapkan pola 4-2-4 saat tidak memegang bola. Empat pemain Ipswich yang meliputi Omari Hutchinson, Wes Burns, Liam Delap dan Conor Chaplin naik sejajar untuk membendung aliran bola Liverpool.

Empat pemain naik sejajar untuk melakukan pressing yang bertujuan menutup jalur distribusi bola Liverpool. Pola ini diakali Slot pada babak kedua dengan diturunkannya Ibrahima Konate.
Lewat pressing agresif McKenna, praktis Liverpool tidak mampu melepaskan satu pun tembakan tepat sasaran di babak pertama. Sementara, klub induk bek timnas Indonesia, Elkan Baggott ini sempat mengancam lewat tandukan Jacob Greaves dan tembakan Omari Hutchinson.
Usai laga, Slot mengakui taktik reaktif McKenna tersebut sempat menyulitkan dirinya di babak pertama. Menurutnya, anak asuhnya sering kalah duel ketika menerima bola dari rekannya.
“Saya pikir kami terlalu banyak kalah dalam duel. Mereka sangat agresif, dan menurut saya kami tidak mengatasinya dengan cukup baik. Itulah yang saya katakan kepada mereka di babak pertama, jika Anda ingin menang di sini, Anda harus melangkah lebih maju dalam hal memenangkan duel terlebih dahulu dan berjuang untuk itu, alih-alih menerima bahwa setiap kali kami memainkan bola panjang, bola berakhir di area 16 kami lagi,” tutur Slot usai laga.

Namun, bukan Slot namanya jika tidak memiliki rencana cadangan. Pada babak kedua, Slot menarik keluar Jarrel Quansah dan menurunkan Ibrahima Konate. Kekuatan Konate dalam melakoni duel pun membuat barisan pressing Ipswich Town merenggang.
“Sejak awal, Ibou (sapaan akrab Konate) memenangkan duelnya melawan pemain nomor 9 dan itu juga memberi kami banyak penguasaan bola dan dua gol, tetapi kami seharusnya bisa mencetak lebih banyak gol,” tutupnya.
Peran Trent Alexander-Arnold jadi senjata andalan
Pada babak kedua, Slot benar-benar menerapkan senjata andalan lain yang sudah sering dia tunjukkan kala menangani Feyenoord. Adapun senjata yang dimaksud adalah menugaskan bek sayap untuk bermain ke dalam, seolah memainkan peran gelandang.
Di Feyenoord, Lutsharel Geertruida menjadi pemain yang mengemban peran ini. Sementara bersama Liverpool, Slot memanfaatkan kualitas yang dimiliki Trent Alexander-Arnold untuk melakoni peran ini.
Slot menanamkan peran yang populer dengan nama inverted full-back pada Alexander-Arnold. Hasilnya, Liverpool lebih nyaman membangun serangan.

Situasi dimana Trent Alexander-Arnold bermain lebih ke dalam untuk mengemban peran bek sayap yang merangkap sebagai gelandang.
Namun demikian, Alexander-Arnold tidak selalu bergerak ke dalam. Bintang timnas Inggris ini acapkali bergerak melebar, tergantung situasi. Contohnya pada menit ke-48, saat Alexander-Arnold mengirim umpan berbahaya kepada Diogo Jota.
Kejeniusan Slot dalam memanfaatkan kualitas yang dimiliki Alexander-Arnold pun berbuah gol pertama Liverpool. Pada menit ke-58, Alexander-Arnold memanfaatkan ruang di baris pertahanan Ipswich dengan mengirim umpan daerah kepada Mohamed Salah.
Salah lantas mengalirkan bola kepada Jota yang berlari dalam keadaan tidak terkawal dan gol pun tercipta. Pada proses gol ini, terdapat pula peran Dominik Szoboszlai yang memancing Jacob Greaves sehingga tercipta ruang begitu lebar di pertahanan Ipswich. Jika diperhatikan lagi, taktik ini sudah sering diperagakan Liverpool pada pramusim.
Nikmati sistem baru
Sistem Slot yang mengandalkan umpan vertikal melintasi ruang di daerah lawan, sebagaimana dipaparkan sebelumnya, turut membuahkan hasil pada proses gol kedua. Para pemain Ipswich yang terpancing untuk melakukan pressing membuat tercipta ruang begitu lebar.
Situasi ini dimanfaatkan Virgil Van Dijk untuk mengirim umpan jauh ke depan kepada Salah pada menit ke-63. Pemain asal Mesir itu kemudian melakukan umpan kombinasi dengan Szoboszlai sebelum mengeksekusi peluang menjadi gol.

Salah, yang mencetak satu gol dan satu assist pun mengungkapkan betapa dirinya amat menikmati sistem permainan yang dibawakan Slot. Pemain berusia 32 tahun ini sama sekali tidak bermasalah dengan gaya main baru tersebut.
“Ini sangat berbeda karena Jürgen (Klopp) telah menangani tim ini selama delapan tahun di Liverpool. Dia memberikan segalanya dan sekarang ada pelatih baru, sistem baru. Ini sangat berbeda bagi kami semua, jadi kami perlu beradaptasi,” tutur Salah.
“Kami melakukan ini selangkah demi selangkah karena beberapa pemain juga kembali terlambat, jadi kami hanya perlu mengetahui cara bermainnya dan menikmati sepak bola,” tandas Salah.