Sosok Iblis dan Malaikat Dalam Diri Emiliano Martinez

Kredit foto: Give Me Sport
Emiliano Martinez, sosok pahlawan di bawah mistar timnas Argentina.

Saat pertandingan berlangsung, penjaga gawang timnas Argentina bisa berubah menjadi karakter iblis. Banyak yang beranggapan sebaiknya menyerah saja jika berhadapan dengan kiper yang satu ini. Namun, kala pertandingan usai, Martinez bisa berubah menjadi sosok malaikat tak bersayap.

Langit malam tampak cerah di NRG Stadium, Houston, Texas, Kamis (4/6) waktu setempat atau Jumat (5/7) pagi WIB. Argentina memperebutkan tiket semifinal Copa America 2024 dengan Ekuador.

Tim Tango sempat unggul lewat tandukan Lisandro Martinez pada menit ke-35 sebelum kemudian disamakan secara dramatis oleh Kevin Rodriguez pada menit ke 90+1 perpanjangan waktu.

Bagi Lisandro, gol tersebut cukup spesial. Sebab, tandukan yang diawali sepak pojok Lionel Messi itu merupakan gol perdananya di level internasional.

Namun demikian, pemain Manchester United itu harus merelakan panggung pertandingan kepada rekan setimnya. Emi Martinez keluar sebagai pahlawan saat membawa Argentina lolos ke semifinal Copa America 2024.

Total tiga penalti berhasil digagalkan pemain berusia 31 tahun itu. Penalti Ekuador yang dieksekusi Enner Valencia di waktu normal memang membentur tiang.

Namun tentu Martinez memiliki andil dalam mengganggu psikologi lawan. Pada babak adu penalti, psikologi para pemain Ekuador kian terganggu.

Kredit foto: France24
Emiliano Martinez usai menjadi pahlawan di babak adu penalti laga Argentina kontra Ekuador.

Dibu, sapaan akrabnya, menggagalkan penalti Angel Mena. Kemudian, giliran penalti Alan Minda yang berhasil dia gagalkan.

Di momen inilah, Martinez mulai kerasukan iblis. Dia berjoget menggoyangkan pinggulnya seolah mengejek tim lawan.

Kubu Argentina kemudian berpesta usai Nicolas Otamendi mencetak eksekusi penalti penentu. Namun secara mengejutkan, Martinez justru tak ikut merayakan kemenangan bersama rekan-rekannya.

Martinez malah menghampiri kiper lawan, Alexander Dominguez yang tengah duduk tenggelam dalam isak tangis. Dalam sekejap, sifat iblis Martinez lenyap. Martinez tiba-tiba berubah menjadi sosok malaikat tak bersayap.

Martinez menghibur Dominguez di tengah euforia Argentina yang merayakan kelolosan ke semifinal. Begitulah Martinez. Dia tahu waktu kapan harus bermain kotor, dan kapan harus menjunjung tinggi nilai sportivitas.

Provokatif, urakan, namun elegan. Pemilik nama lengkap Damian Emiliano Martinez Romero berhak mengambil alih panggung lapangan hijau di Houston.

Usai laga, Martinez mengatakan magisnya dalam menahan eksekusi penalti tidak didapat dengan cuma-cuma. Bahkan, eks kiper Arsenal ini mengakui harus berlatih mengantisipasi penalti sebanyak 500 kali dalam sekali latihan.

“Saya bekerja keras untuk melakukan ini (mengantisipasi penalti). Saya berlatih sendiri 500 kali per latihan. Kami harus selalu memberikan yang terbaik, orang-orang pantas mendapatkannya,” tutur Martinez dilansir laman resmi timnas Argentina.

Dibu Martinez Sebagai Bumbu Penyedap

Jika tidak ada Martinez, laga Argentina kontra Ekuador akan terasa begitu hambar. Sama sekali tak ada yang spesial pada permainan tim berjuluk La Albiceleste.

Sang pelatih, Lionel Scaloni menerapkan formasi 4-4-2. Namun pada fase build-up, pola Argentina berubah menjadi 3-3-4.

Nicolas Gonzalez dan Rodrigo De Paul menjaga kelebaran di masing-masing sisi sayap. Nicolas Tagiaflico sejajar dengan Lisandro Martinez dan Cristian Romero, membentuk pola tiga bek. Sementara Nahuel Molina naik overlap, sejajar dengan Alexis Mac Allister dan Enzo Fernandez.

Namun, skema ini mudah terbaca oleh para pemain Ekuador. Berkali-kali tim berjuluk La Tricolor berhasil mematahkan serangan Argentina.

Duet Lautaro Martinez dan sang megabintang, Lionel Messi tak berkutik. Bahkan sepanjang babak pertama, Argentina hanya melepaskan satu buah tembakan tepat sasaran, tak lain dan tak bukan adalah gol Lisandro.

Ketika momen tidak sedang memegang bola, pola Argentina kembali ke formasi 4-4-2. Penyerang, hingga gelandang Argentina aktif naik melakukan tekanan ke daerah lawan secara bergiliran.

Kubu Ekuador pun tidak menawarkan sesuatu yang istimewa. Tim asuhan Felix Sanchez hanya melepaskan umpan-umpan langsung ke sisi sayap. Beruntungnya, skema tersebut membuahkan hasil berupa gol penyama kedudukan Kevin Rodriguez pada menit injury time.

Kredit foto: Aurora
Kiper Emiliano Martinez sukses jadi pahlawan dan membuat publik Argentina bersorak riuh.

Maka dari itu, warna-warni yang dihadirkan Martinez menjadi bumbu penyedap pada laga tersebut. Bagaikan kuah kaldu pada mie instan, aksi heroik sang kiper menggugah selera para penikmat sepak bola, di samping kegagalan Messi mengeksekusi penalti pertama Argentina.


Suka dengan artikel ini?

Bagikan Artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.