Spanyol langsung mengguncang Euro 2024 di laga perdana, bahkan sejak menit pertama. Publik Olympiastadion, Berlin disuguhkan hidangan taktis yang begitu manis. Pada Euro edisi kali ini, Tim Matador masih menjadi fobia bagi Kroasia.
Terik matahari menyinari Olympiastadion pada Sabtu (15/6) petang waktu setempat atau Minggu (16/6) dini hari WIB. Papan skor sudah menunjukkan angka 3-0 meski pertandingan baru setengah jalan. Suporter Spanyol di stadion bersorak gembira, sedangkan suporter Kroasia sudah tertunduk lesu.
Kroasia merupakan tim yang terkenal selalu mampu menyulitkan tim-tim raksasa. Mereka adalah finalis Piala Dunia 2018. Pada Piala Dunia 2022, Luka Modric dan kolega juga memulangkan Brasil lewat adu penalti pada babak 16 besar. Mereka juga menyingkirkan Belanda di UEFA Nations League 2022-2023.
Kroasia pun sempat membuat Spanyol menderita pada laga Grup D UEFA Nations League 2018-2019. Berlangsung pada 16 November 2018, kala itu Kroasia mampu menang tipis 3-2 atas Spanyol.
Namun belakangan ini, La Furia Roja terus menjadi mimpi buruk bagi Vatreni. Dua pertemuan sebelumnya, Spanyol selalu membuat Kroasia bertekuk lutut. Mereka mengakui keunggulan Spanyol dengan skor 3-5 di babak 16 besar Euro 2020. Kroasia juga kalah adu penalti dengan skor 4-5 di final UEFA Nations League 2022-2023.
Terkini, Kroasia kembali dipecundangi Spanyol di laga pertama Grup B Euro 2024. Anak asuh Zlatko Dalic langsung tertinggal 0-3 lewat gol Alvaro Morata (29’), Fabian Ruiz (32’) dan Dani Carvajal (45+2’).
Pada paruh kedua laga, permainan Kroasia buntu sehingga tak mampu melawan. Bahkan ketika sudah mendapat hadiah penalti di babak kedua pun, Kroasia tidak mampu memanfaatkan itu. Ivan Perisic melakukan kesalahan fatal dengan lebih dulu maju ke kotak penalti sebelum Bruno Petkovic mengeksekusi penalti. Gol pun dianulir.
Tekanan ekstrim dan kolektivitas
Pelatih Spanyol, Luis de la Fuente memasang formasi 4-3-3, namun berubah menjadi 4-4-2 ketika tidak sedang memegang bola. Pola 4-4-2 Spanyol begitu cair, bahkan mereka seringkali melakukan pressing ekstrim sampai ke kotak penalti Kroasia.
Morata yang merupakan penyerang bertipikal target man diberi instruksi untuk terus bergerak melakukan pressing. Hal ini pun cukup efektif.
Hal itu nampak saat laga baru berjalan dua menit, ketika Morata bekerja keras melakukan pressing dan membuat bek Kroasia kebingungan dalam melakukan build-up. Aksi Morata memaksa Marin Pongracic langsung mengalirkan bola panjang ke depan.
Morata kembali melakukan aksi serupa pada menit keenam, kali ini dibantu oleh Pedri yang naik membantu pressing. Selain mereka berdua, Fabian Ruiz, Lamine Yamal dan Nico Williams stand by menutup opsi umpan Kroasia.
Bek Kroasia kebingungan dan Rodri pun langsung melakukan intersep. Situasi ini menghasilkan peluang tepat sasaran. Sayang tembakan Morata masih diamankan Dominik Livakovic.
Ketika sedang tidak memegang bola, para pemain Spanyol langsung mengubah pola menjadi 4-4-2. Hasilnya, nyaris tidak ada ruang di lini tengah, sedangkan dua pemain di depan terus aktif melakukan pressing. Luka Modric dan Marcelo Brozovic pun terisolasi.
Situasi ini memaksa Kroasia bermain melebar. Namun sayang, pemain Spanyol di sisi sayap pandai membaca permainan dan langsung melakukan tekanan.
Pertahanan Kroasia keropos
Selain tak memiliki opsi dalam mengalirkan serangan, pertahanan Kroasia juga keropos. Sangat terlihat pada proses gol pertama Morata. Kroasia terlambat kembali ke pola bertahan saat transisi negatif.
Garis pertahanan Kroasia meninggalkan ruang yang cukup lebar. Fabian Ruiz dengan cermat memanfaatkan situasi ini. Gelandang Paris Saint Germain ini cermat melihat pergerakan Morata dan langsung mengirimkan umpan. Morata leluasa bergerak dan menceploskan bola ke gawang.
Kroasia juga ceroboh dalam menutup ruang tembak kala proses gol Fabian Ruiz terjadi. Padahal, pemain berusia 28 tahun ini dikepung oleh lima pemain Kroasia. Bisa disimpulkan terdapat masalah kronis pada awareness Kroasia dalam bertahan.
Di penghujung babak pertama, seolah tidak ada pemain Kroasia yang menyadari pergerakan Dani Carvajal. Josip Sutalo terlambat menempel pergerakan pemain Real Madrid tersebut, sedangkan Marin Pongracic berada di titik buta. Umpan ‘di antara’ yang dilepaskan Lamine Yamal pun sempurna. Maka lengkap sudah penderitaan Kroasia pada laga tersebut.
Performa apik Yamal dan Ruiz
Selain peran Morata dalam melakukan pressing, kemenangan gemilang tentu tidak akan diperoleh Spanyol jika tanpa visi Fabian Ruiz dan Lamine Yamal. Dua pemain ini adalah mimpi buruk bagi pertahanan Kroasia.
Akurasi umpan Yamal dan Ruiz amat memanjakan mata. Berdasarkan catatan Squawka, Yamal, yang masih berusia 16 tahun, melakukan enam sentuhan di kotak penalti Kroasia. Sang wonderkid ini juga aktif melepaskan tiga umpan silang yang berbuah peluang bagi Spanyol.
Performa impresif Yamal pun menghasilkan rekor gemilang. Bintang belia Barcelona ini menjadi pemain termuda yang mencetak assist di sepanjang sejarah kompetisi mayor Eropa. Kedewasaan Yamal pada laga itu menuai puja-puji dari Fuente selaku pelatih.
“Dia terus memecahkan rekor dan semakin dewasa setiap hari dan berada di jalur untuk menjadi pemain hebat suatu hari nanti,” ujar Fuente dilansir Marca.
Selain Yamal, Ruiz, yang terpilih sebagai man of the match (MOTM) di laga ini, juga patut mendapat sanjungan. Menurut catatan Fotmob, akurasi umpan Ruiz menyentuh angka 91 persen. Akurasi umpan panjangnya juga mencapai 80 persen.
“Jika namanya bukan Fabián, Anda pasti akan membicarakannya tanpa henti. Dia memiliki segalanya,” pungkas Fuente.
Masih terlalu dini untuk memprediksi bagaimana perjalanan Spanyol di Euro 2024, sebab mereka baru memainkan satu laga. Namun, cara bermain Spanyol jelas membuktikan bahwa mereka adalah tim favorit.