Meski dikenal sebagai salah satu kekuatan Asia di kancah bulu tangkis dunia, ternyata tak banyak atlet Korea Selatan yang prestasinya mencolok di olahraga tepok bulu ini. Salah satu atlet bulu tangkis dari Negeri Ginseng yang namanya mentereng adalah Lee Yong-dae.
Lee Yong-dae merupakan salah satu atlet terbaik bulu tangkis Korsel di sektor ganda, baik putra maupun campuran. Dia membuktikan kehebatannya di dalam lapangan dengan beberapa kali menempati peringkat satu dunia di sektor ganda putra bersama tiga pasangan berbeda, yakni Jung Jae-sung (2009), Ko Sung-hyun (2013), dan Yoo Yeon-seong (2014).
Tak hanya di ganda putra, dia juga sempat menempati peringkat satu dunia bersama dengan Lee Hyo-jung di sektor ganda campuran pada 2009.
Baca juga:
Fisioterapi Penting untuk Segala Usia
Lee Yong-dae mampu menempati posisi tersebut berkat kerja keras dan etos kerja tinggi yang tak kenal lelah di atas lapangan. Hasilnya, dia mampu meraih berbagai gelar dan yang tertinggi pastinya medali emas Olimpiade Beijing 2008 dan medali perunggu Olimpiade London 2012.
Sebagai pebulu tangkis, Lee Yong-dae tentu memiliki banyak kenangan manis di sejumlah lokasi pertandingan. Dia pun tak menampik jika Istora Gelora Bung Karno (Istora Senayan) adalah salah satu tempat favoritnya.
Sebab, selain merasakan atmosfer yang luar biasa ketika bertanding di Istora, Lee Yong-dae juga beberapa kali merasakan manisnya gelar juara di Indonesia. Tercatat, dia empat kali menempati podium tertinggi di ajang Indonesia Open, yakni pada 2009, 2012, 2014, dan 2016.
Seluruh gelar tersebut datang dari sektor ganda putra, namun dengan dua pasangan berbeda, yaitu Jung Jae-sung (2009, 2012) dan Yoo Yeon-seong (2014, 2016).
Kini, setelah delapan tahun tak pernah tampil di Istora, Lee Yong-dae berkesempatan untuk tampil lagi di salah satu arena yang paling berkesan untuk dirinya. Sebab, dia menjadi salah satu peserta di ajang BDMNTN-XL yang digelar di Istora GBK, Jakarta, 31 Oktober – 3 November 2024.
BDMNTN-XL merupakan sebuah turnamen ekshibisi yang mempertandingkan empat tim, mulai dari Hurricanes, Blitzers, Lightning, dan Rockets. Setiap tim dihuni tujuh pebulu tangkis kelas dunia, beberapa di antaranya adalah Hendra Setiawan, Viktor Axelsen, Yuta Watanabe, dan Greysia Polii.
Hal yang membedakan turnamen ini dengan turnamen biasa terletak pada format pertandingannya. Berbeda dengan pertandingan normal yang menggunakan batasan skor untuk menentukan pemenang dalam setiap set, BDMNTN-XL justru menerapkan durasi waktu selama 10 menit.
Nantinya, setiap pertandingan terdiri dari empat set yang masing-masing memiliki waktu 10 menit. Jadi, satu pertandingan akan berdurasi 40 menit.
Jika skor imbang 2-2, sudden death akan diberlakukan untuk menentukan pemenang. Masing-masing pertandingan juga memiliki bobot poin yang berbeda dengan tunggal (putra dan putri) mendapatkan satu poin dan ganda (putra dan putri) dua poin.
Satu hal yang menarik, turnamen ini mempertandingkan laga 3v3. Sebuah hal yang jarang ditemukan dan menjadi daya tarik sendiri dari BDMNTN-XL. Pemenang dari pertandingan 3v3 juga mendapatkan poin paling besar, yaitu tiga poin.
Tim yang berhasil mengumpulkan poin terbanyak dinobatkan sebagai pemenang dalam satu pertandingan. Poin yang dikumpulkan berguna untuk menentukan posisi di klasemen.
Nah, kembali ke Lee Yong-dae, pebulu tangkis 36 tahun itu tergabung di tim Rockets bersama dengan Kodai Naraoka (Jepang), Yeo Jia Min (Singapura), Misaki Matsutomo (Jepang), Tse Ying Suet (Hong Kong), Hendra Setiawan (Indonesia), dan Chen Tang Jie (Malaysia).
“Senang sekali bisa tampil lagi di Istora. Saya sangat bersemangat tapi juga sekaligus gugup.”
Lee Yong-dae mengaku sangat senang bisa kembali tampil di Istora dan masih merasakan perasaan yang sama ketika terakhir kali mentas di venue bersejarah bulu tangkis Indonesia ini. Dia bahkan merasakan gugup ketika memasuki Istora.
“Senang sekali bisa tampil lagi di Istora. Saya sangat bersemangat tapi juga sekaligus gugup,” kata Lee Yong-dae kepada wartawan dalam sesi konferensi pers usai pertandingan, Jumat (1/11/24).
“Saya merasa sorakan-sorakan penonton masih sama dengan waktu dulu (terakhir main di sini),” ungkap Lee Yong-dae.
Perasaan bermain 3v3
Menyoal turnamen ini, Lee Yong-dae menilai pertandingan dengan format seperti ini membuat olahraga bulu tangkis menjadi semakin menarik. Tak hanya buat pemain tapi juga bagi penggemar lantaran memberikan pengalaman berbeda dari pertandingan yang biasa.
“Saya pikir ini adalah pertandingan yang sangat menarik untuk semua pemain dan fans, terutama para pemain dari negara yang berbeda yang tentunya ada kesulitan ketika bermain satu tim,” ucap Lee Yong-dae.
“Tantangannya agar bisa menciptakan sinergi yang baik untuk membawa atmosfer yang bagus dalam pertandingan,” tutur dia.
Senada dengan Lee Yong-dae, pebulu tangkis Indonesia, Hendra Setiawan mengatakan pertandingan dengan format 3v3 memberikan tantangan baru karena membuat tempo semakin cepat yang berguna untuk melatih fokus para pemainnya.
“Menurut saya pertandingan 3 lawan 3 ini menarik ya. Jadi, temponya semakin cepat,” ujar Hendra.
“Bedanya, kalau latihan kan biasanya cuma ganda putra atau putri saja. Tapi, ini ada pemain putrinya jadi harus memikirkan bagaimana posisinya, penempatan bolanya dan butuh fokus lebih. Intinya, harus siap terus karena bolanya datangnya cepat,” tutup Hendra Setiawan.