Tarian Terakhir ‘Paduka’ Kento Momota

 

Pebulu tangkis Jepang Kento Momota saat menjalani sebuah pertandingan.

Kento Momota mengumumkan kabar yang jelas membuat penggemar bulu tangkis bersedih. Setelah Thomas Cup 2024 yang digelar Chengdu, China pada 27 April-5 Mei, Momota bakal mundur dari pentas bulu tangkis internasional.

Atlet berusia 29 tahun itu mengucapkan selamat tinggal kepada tur dunia BWF. Momota hanya akan tampil di kompetisi domestik di Jepang. Kini menghuni peringkat 52 dunia dan posisi ketujuh pebulu tangkis Jepang, Momota sudah putus asa untuk tampil di Olimpiade Paris 2024.

“Kesenjangan antara pikiran dan tubuh saya terus berlanjut. Saya telah memutuskan bahwa saya tidak dapat mencapai titik yang saya tuju, yaitu menjadi yang terbaik di dunia,” ujar Momota dalam konferensi pers di Shinjuku, Tokyo, Kamis (18/4/2024).

Mantan pemain nomor satu dunia itu juga memutuskan keluar dari tim nasional Jepang setelah lebih dari 10 tahun. Namun, tidak ada penyesalan. Dalam satu dekade terakhir, Momota telah memperoleh pengalaman berharga dan memiliki kehidupan yang sangat memuaskan di tim nasional.

Komet Momota

Kento Momota merasakan panggung besar pertamanya di level junior saat ia mencapai semifinal Kejuaraan Dunia Junior 2011 di Taipei, Taiwan pada 2011. Asa Momota untuk juara digagalkan oleh pebulu tangkis Malaysia, Zulfadli Zulkifli, yang kemudian keluar sebagai juara.

Atlet yang lahir di Kagawa, Jepang, pada 1 September 1994 itu kemudian melawan para seniornya di Kejuaraan Nasional Jepang 2011. Di final, Momota tumbang dari senpai-nya, Kenichi Tago. Bakat besarnya dilihat oleh Asosiasi Bulu Tangkis Jepang. Momota kemudian diajak bergabung dengan tim nasional Jepang.

Pebulu tangkis Jepang Kento Momota saat menjuarai Indonesia Masters pada November 2021.

Setahun berselang, Momota sukses menjadi juara di Kejuaraan Asia Junior di Gimcheon, Korea Selatan. Di partai puncak, Momota mengalahkan atlet Malaysia, Soong Joo Ven dua gim langsung.

Pada 2013, Momota mulai dikirim untuk mengikuti kejuaraan level International Challenge. Dia membalasnya dengan gelar juara di Estonia, Swedia, dan Austria.

Momota menunjukkan sinarnya kepada dunia saat dia bermain sebagai tunggal putra kedua, setelah Kenichi Tago, saat Jepang meraih gelar perdana Piala Thomas pada 2014. Mampu mengatasi tekanan, Momota menumbangkan semua lawan yang ia hadapi hingga ke partai final.

Mulai dari mengatasi Viktor Axelsen di final Grup B saat Jepang melawan Denmark. Lalu laga melelahkan selama 85 menit melawan Du Peng Yu dari China. Di partai pamungkas, Momota mengatasi wakil Malaysia, Chong Wei Feng dengan mudah dan menjadi bagian dalam sejarah bulu tangkis Jepang.

Pada 2015, Momota meraih podium tertinggi di ajang Singapura Terbuka. Dengan gelar tersebut, Momota jadi pebulu tangkis pertama dari Jepang yang meraih gelar Superseries di kategori tunggal putra. Di tahun yang sama, Momota jadi atlet pertama Jepang yang meraih medali di Kejuaraan Dunia BWF. Di semifinal, Momota kalah dari Chen Long dan harus puas dengan raihan medali perunggu. Dia juga menyabet gelar juara di final BWF World Superseries 2015.

Pebulu tangkis Jepang Kento Momota saat menghadiri sebuah acara penghargaan.

Bangkit setelah skandal judi

Sinar terang Momota tiba-tiba harus padam. Pada April 2016, dia ketahuan main judi ilegal bersama Kenichi Tago. Asosiasi Bulu Tangkis Jepang dihukum hingga Juli 2017. Momota pun meminta maaf kepada publik dan impiannya untuk tampil di Olimpiade Rio 2016 pupus, padahal saat itu statusnya adalah peringkat dua dunia.

Momota tersentak. Dia pun berlatih keras untuk menjaga performa. Maka, ketika mendapat kesempatan lagi untuk tampil, Momota tidak menyia-nyiakannya. Bahkan saat dia harus ikut turnamen dari level bawah akibat peringkatnya yang terlempar jauh.

Tahun 2018 betul-betul jadi tahun kebangkitan Momota. Diawali dengan mengalahkan Chen Long di final Kejuaraan Asia 2018 di Wuhan, China pada April. Kemudian tampil tajam saat membawa Jepang meraih posisi kedua di Piala Thomas pada Mei. Momota lantas menumbangkan Shi Yuqi 21-11, 21-13 di final Kejuaraan Dunia.

Dia juga memborong empat gelar BWF World Tour, yaitu Indonesia Terbuka, Jepang Terbuka, Denmark Terbuka, dan Fuzhou China Terbuka. Momota pun mengukir sejarah sebagai pebulu tangkis pertama Jepang yang menempati peringkat pertama BWF per 27 September. Saking jagonya, Momota sampai mendapat julukan “Paduka” dari para penggemarnya.

Pada Maret 2019, Momota memenangi Jerman Terbuka dan All England. Lagi-lagi, Momota menjadi atlet pertama dari Jepang yang menjuarai All England.

Momota kemudian menjuarai Kejuaraan Asia, Singapura Terbuka, Jepang Terbuka, Kejuaraan Dunia, China Terbuka, Korea Terbuka, Denmark Terbuka, dan Fuzhou China Terbuka. Dia kemudian meraih gelar ke-11 di tahun itu dengan mengalahkan Anthony Sinisuka Ginting di final World Tour Finals.

Berkat kemampuan bertahan dan menyerang yang tiada lawan itu, Momota berhak atas penghargaan Atlet Putra Terbaik BWF 2019.

Pebulu tangkis Jepang Kento Momota saat menjuarai All England

Menurun setelah kecelakaan

Pebulu tangkis yang terkenal dengan teknik bertahannya ini mengawali 2020 dengan mengikuti Malaysia Masters pada Januari. Berstatus nomor satu dunia, Momota melaju ke final dan mengalahkan Viktor Axelsen. Rekor pertemuan kedua atlet kian timpang, yaitu 14-1 untuk keunggulan Momota.

Namun, petaka terjadi setelah itu. Saat menuju ke bandara, kendaraan Momota terlibat kecelakaan fatal. Sopir yang mengemudikan mobil Momota tewas. Momota juga mengalami patah tulang hidung, tulang orbital mata kanan, serta cedera di bibir.

Kecelakaan ini berdampak besar kepada penampilan Momota. Setelah kembali dari cedera, Momota terlihat bergerak lebih lambat. Belakangan ketahuan penghilatannya juga terganggu akibat kecelakaan maut tersebut.

Dia kerap kali terhenti di babak awal di beberapa turnamen. Salah satu yang paling menyesakkan adalah ketika atlet dengan tinggi badan 175 cm itu tersingkir di babak grup Olimpiade Tokyo 2021, usai ditekuk atlet Korea Selatan, Heo Kwang-hee. Momota hanya jadi juara di Indonesia Masters pada November 2021 setelah mengalahkan Anders Antonsen 21-17, 21-11.

Tahun 2022 bukanlah tahun yang baik dalam karier Momota. Dia hanya sekali mencapai final, yaitu di Malaysia Terbuka. Momota harus mengakui ketangguhan sang juara Olimpiade, Viktor Axelsen, di partai puncak. Meski demikian, Momota senang karena dirinya merasa semakin mendekat dengan jawaban yang dia cari terkait penampilannya.

Momota punya satu kesempatan untuk melakukan tarian terakhir di ajang Piala Thomas 2024. Jika bisa membawa Jepang juara, Momota bisa meninggalkan tim samurai dengan penuh kebanggaan. Paduka Momota bisa turun tahta dengan rasa lega dan menghabiskan kariernya dengan berbagi ilmu bulu tangkis kepada para siswa di Negeri Sakura.


Suka dengan artikel ini?

Bagikan Artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.