Tekad Emas Srikandi Panahan Indonesia Diananda Choirunnisa

 

Credit foto : NOC Indonesia
Pemanah putri Indonesia Diananda Choirunisa (kanan) saat berlomba pada Asian Games Hangzhou 2022.

Pemanah putri Indonesia Diananda Choirunisa kembali mengamankan tiket ke Olimpiade Paris 2024 pada disiplin panahan recurve. Prestasi membanggakan ini dicatatkan Diananda setelah berhasil meraih medali perunggu Asian Games 2022 Hangzhou saat tampil di nomor mixed team recurve. Ini jadi Olimpiade kedua bagi Diananda setelah sebelumnya juga tampil pada edisi 2020 Tokyo.

Kesuksesan Diananda merebut jatah di Olimpiade Paris 2024 disambut dengan suka cita oleh PB Perpani. Pelatih Kepala pelatnas panahan Indonesia, Hendra Setijawan, sampai tak menyangka jika wanita 26 tahun itu bisa lolos lewat jalur Asian Games 2022.

“Tadinya, kami juga tidak tahu kalau dapat tiket ke Olimpiade. Namun, saat ceremony anak-anak cerita kalau dikasih tahu dari tim World Archery dapat tiket, lalu kami cari tahu informasi dari panitia di sini dan ternyata benar,” kata Hendra.

Indonesia sejatinya masih bisa menambah perwakilannya di Olimpiade lewat cabor panahan, tetapi hanya lewat nomor beregu. Pasalnya, persyaratan kualifikasi panahan adalah satu negara yang sudah mendapatkan tiket Olimpiade di nomor perorangan, hanya diperbolehkan berebut tiket di nomor beregu.

“Kalau kita mau ambil tiket ke full team, beregu ke Olimpiade, nanti perebutannya di Kejuaraan Asia di Bangkok, November nanti, dan di Kejuaraan Dunia di Turki, Juni 2024 itu yang terakhir,” ucap Hendra.

Credit foto: NOC Indonesia
Pemanah putri Indonesia Diananda Choirunisa (baju merah/kanan) saat berlomba pada Asian Games Hangzhou 2022.

Miliki Darah Atlet

Melihat prestasi yang sudah ditorehkan Diananda agaknya tak begitu mengherankan. Pasalnya, dara kelahiran 16 Maret 1997 memang sudah memiliki darah atlet dari sejak lahir.

Kedua orang tuanya juga merupakan atlet. Ayahnya menggeluti pencak silat. Sementara, ibunya pernah jadi atlet panahan asal Jawa Timur, Ratih Widyanti.

Maka itu, tak heran jika Diananda juga mengambil jalur serupa dengan orang tuanya. Bahkan, Diananda kecil lebih dulu menjajal pencak silat.

Namun, pada akhirnya garis takdir membawanya terjun ke panahan, mengikuti jejak sang ibu. Keputusan itu diambil setelah dia berkonsultasi dengan orang tuanya.

Sang ibu membimbing langsung Diananda sejak usia 7 tahun. Ternyata, pilihannya tidak salah. Diananda mencatatkan perkembangan yang sangat positif dalam tempo cepat.

Hal itu tak lepas dari dukungan kedua orang tuanya atas jalan yang sudah diambil oleh Diananda. Hasilnya, wanita yang karib disapa Anis itu sudah menorehkan prestasi sejak Sekolah Dasar (SD).

Pada 2013, dia sudah mencatatkan penampilan di SEA Games Myanmar dan sukses membawa pulang medali emas dari nomor tim putri. Prestasi serupa diulangnya pada SEA Games 2017 Malaysia. Bahkan, tak hanya satu, tetapi dua medali emas.

Atas sederet prestasinya itu, dia pun dipercaya menjadi ujung tombak Indonesia di Asian Games 2018 Jakarta-Palembang. Diananda pun menjawabnya dengan menembus final nomor perorangan. Sayang, gagal merebut medali emas setelah ditumbangkan atlet China, Zhang Xinyan.

Kendati demikian, pencapaian tersebut lah yang membukakan pintu bagi lulusan Universitas Airlangga itu untuk bertanding pada Olimpiade Tokyo 2020. Namun, perjalanannya terhenti terlalu dini. Dia hanya tampil di babak pertama alias 64 besar.

Tentu, prestasi yang lebih baik ingin diraihnya pada kesempatan kedua di Paris tahun depan. Targetnya jelas medali emas.

“Selagi belum dapat emas di Olimpiade, saya tetap mau berjuang,” ujar Diananda.

Credit foto: NOC Indonesia
Pemanah putri Indonesia Diananda Choirunisa (baju merah/tengah) saat berlomba pada Asian Games Hangzhou 2022.

Anak jadi Penyemangat

Sebagai atlet, Diananda menikah dalam usia yang cukup muda. Perempuan asal Surabaya itu menikah pada 2021 lalu saat masih berusia 24 tahun pada 2021 lalu. Dia dipersunting oleh seorang TNI bernama Dani Pratama.

Anak pertamanya pun lahir pada April 2022 silam. Tentu berat sebagai seorang ibu untuk meninggalkan anaknya di usia yang masih sangat kecil.

Namun, panggilan membela Indonesia terasa lebih besar dari apa pun. Maka itu, Diananda rela meninggalkan anaknya sejak awal tahun ini untuk menjalani pemusatan latihan di Cikarang.

Kendati demikian, Diananda tetap memantau perkembangan sang anak yang bernama Daisha Arraya Almahyra yang dititipkan kepada neneknya di Surabaya. Kehadiran Daisha merupakan penyemangat terbesarnya untuk meraih prestasi tertinggi.

“Sebelum pertandingan saya biasanya selalu video call anak, itu sumber semangat,” ungkap Diananda.


Suka dengan artikel ini?

Bagikan Artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.