
Founder Tennis Matic Kedoya, Ardi Setia Darma.
Tenis menjadi salah satu olahraga yang ppularitasnya semakin meningkat di Indonesia setelah pandemi Covid-19 melanda. Peningkatan minat pada olahraga tenis juga terbantu berkat banyaknya selebritas Tanah Air yang kerap membagikan kegiatan mereka saat bermain tenis di media sosial.
Hal itu otomatis memberikan peningkatan yang cukup masif pada pegiat olahraga tenis yang turut memberikan dampak positif dan negatif. Tentu, hal positif yang bisa dipetik tak lain adalah semakin banyaknya orang-orang yang bermain tenis sehingga memunculkan bibit-bibit baru di olahraga ini yang seringkali dicap sebagai olahraga “orang kaya”.
Di sisi lain, situasi ini membuat lapangan tenis, yang jumlahnya masih terbatas, jadi semakin sulit didapat. Padahal, jumlah peminatnya kian tinggi, terutama di kota-kota besar.
Keresahan itu juga yang dirasakan oleh Ardi Setia Darma, seorang pegiat tenis yang mengaku sulit menyalurkan hobinya karena susah menyewa lapangan yang tak jarang “dikuasai” oleh kelompok tertentu.
Menyikapi kondisi ini, Ardi akhirnya putar otak. Dia kemudian menciptakan simulator tenis untuk digunakan secara pribadi demi tetap bisa bermain tenis.
“Awalnya saya ingin menyewa lapangan, tapi sulit mendapatkan lapangan karena jumlah lapangan dan peminatnya tak sebanding. Lapangannya sedikit tapi banyak yang ingin bermain,” kata Ardi kepada Ludus.id.
Meski masih terbatas untuk penggunaan pribadi, Ardi terus mengembangkan teknologi di simulator tenis ini.
“Pertama kali saya buat ini untuk pribadi. Jadi, ini mesin buatan saya sendiri,” ucap Ardi.
Dan setelah melihat penggemar tenis yang semakin hari semakin meningkat, Ardi akhirnya memutuskan membuka simulator tenis ini untuk umum yang kemudian dinamakan Tennis Matic. Lokasinya di Kedoya, Jakarta Barat.

Ilustrasi layar Tennis Matic di Kedoya, Jakarta Barat.
Tennis Matic merupakan salah satu alternatif bermain tenis di dalam ruangan.
“Tennis Matic ini semacam simulator tenis, seperti golf, di mana kita bisa berlatih dengan lebih konsisten menggunakan feeder mesin. Konsepnya seperti itu,” ujar Ardi selaku Founder Tennis Matic.
Cara bermainnya pun cukup mudah. Bola akan dilontarkan oleh feeder otomatis dan pemain hanya tinggal memukulnya lagi ke arah layar yang tertempel di sebuah tembok.
Feeder otomatis ini juga bisa disetel manual oleh para pemain. Jadi, arah bola dan kecepatan lontarannya bisa disesuaikan dengan kebutuhan.
Selain itu, di layarnya juga terdapat sejumlah target yang bisa membantu melatih tingkat akurasi pukulan pemain. Layar tersebut juga memiliki empat macam tampilan yang bisa diubah, mulai dari layar dengan enam titik target, layar dengan tiga titik zona, layar dengan satu titik yang berpindah, dan layar video lapangan tenis.
Fasilitas yang dimiliki oleh Tennis Matic juga cukup nyaman dengan ruangan ber-AC dan terdapat tiga lapangan simulator. Namun, sejauh ini hanya bisa dimainkan maksimal dua orang di dalam ruangan, namun disarankan bergantian.
Ardi berharap tenis simulator ini bisa diterima dengan baik oleh masyarakat. Ini juga bisa menjadi alternatif baru mengenalkan olahraga tenis ke khalayak yang lebih luas guna menjaring para pemula.
“Tennis Matic ini ada supaya olahraga tenis semakin gampang diakses dengan harga yang murah,” tutur Ardi.
“Sistem seperti ini juga cukup bagus untuk latihan pemula. Dan memang setelah kami data, sekitar 35-40 persen pemain di Tennis Matic itu pemula yang baru mulai pegang raket,” jelasnya.

Pemain berlatih menggunakan simulator tenis di Tennis Matic Kedoya, Jakarta Barat.
Kendati mayoritas pemainnya merupakan pemula, Tennis Matic menawarkan latihan yang lebih intens kepada para pemain dengan tingkat kemampuan yang lebih tinggi untuk melatih drill guna menajamkan kemampuan dalam bermain.
Dan berbicara harga, Tennis Matic hadir dengan harga yang terjangkau di kisaran Rp150-170 ribu per jam. Informasi penyewaan lapangan bisa diakses di aplikasi Ayo yang dapat dilihat di akun Instagram Tennis Matic.
“Kami tidak bisa dibooking sekaligus karena kami mementingkan konsumen umum, jadi tak bisa monopoli lapangan,” kata Ardi.
Ke depan, Ardi tak menutup kemungkinan untuk membuka cabang lebih banyak lagi. Namun, untuk saat ini dia masih fokus untuk mengembangkan cabang pertamanya yang berlokasi di Kedoya ini.
“Impian kami bisa membuka lokasi lebih banyak lagi di Jakarta dan tak menutup kemungkinan di luar kota,” pungkas Ardi.