Teror Jerman di Bawah Gemuruh Guntur

Kredit foto: Instagram @dfb_team
Kai Havertz dan David Raum merayakan gol ke gawang Denmark, Minggu (30/6).

Gemuruh guntur disertai hujan es menyertai teror Jerman atas Denmark pada laga babak 16 besar Euro 2024 di BVB Stadion, Dortmund, Minggu (30/6) dini hari WIB. Der Panzer tampil sporadis sejak menit awal. Penjaga gawang Denmark, Kasper Schmeichel dipaksa jatuh bangun melindungi gawangnya.

Jerman kembali menunjukkan hegemoni di rumah sendiri. Menghadapi semifinalis edisi sebelumnya, tim asuhan Julian Nagelsmann berhasil melenggang ke babak perempat final berkat kemenangan dua gol tanpa balas.

Menghadapi tuan rumah yang lebih diunggulkan, pelatih Denmark, Kasper Hjulmand memasang formasi 3-4-1-2 yang berubah menjadi 5-3-2 saat bertahan. Niat Hjulmand tentu ingin tim besutannya bermain pasif dan mengandalkan serangan balik.

Namun, skema tersebut tak mempan di hadapan Jerman. Permainan Jerman begitu kreatif. Mereka selalu memiliki cara untuk mengikis pertahanan Tim Dinamit. Dari mulai bola mati, tembakan jarak jauh, dan kombinasi pergerakan tanpa bola dengan akurasi umpan.

Terlebih lagi, Nagelsmann memasang Leroy Sane sebagai starter untuk kali pertama sepanjang gelaran Euro 2024. Kecepatan Sane diharapkan bisa merenggangkan pertahanan serta menguras energi para bek sayap Denmark.

Teror demi teror pun dihadapi Schmeichel sejak menit awal. Usia yang sudah menginjak 37 tahun bukan halangan. Putra dari legenda Manchester United, Peter Schmeichel ini terus menahan gempuran demi gempuran.

Dari mulai tembakan jarak jauh Joshua Kimmich, tandukan Nico Schlotterback, sundulan Robert Andrich hingga berduel satu lawan satu dengan Kai Haverz. Total lima penyelamatan dia lakukan sepanjang babak pertama.

Gawang Denmark sempat bobol di menit awal lewat tandukan Schlotterback. Namun, gol itu dianulir VAR (Video Assistant Referee) sebab terdapat pelanggaran sesaat sebelum pemain Borussia Dortmund tersebut menyambut bola hasil sepak pojok.

Di tengah teror demi teror, badai petir dan hujan es seakan menambah aura horor di laga tersebut. Wasit Michael Oliver pun harus menghentikan pertandingan selama beberapa menit. Pemandangan air terjun dari atap stadion pun menemani para suporter mengusir rasa bosan.

Kredit foto: Instagram @espnfc
Gemuruh guntur di laga Jerman kontra Denmark membuat laga harus dihentikan beberapa menit.

Beda Nasib Dua Bek Tengah 

Jika ditanya siapa pemain paling sial pada laga tersebut, tentu jawabannya adalah Joachim Andersen. Sesaat, bek Crystal Palace ini sempat membuat publik BVB Stadion terdiam.

Bola mati Denmark menghasilkan kemelut di kotak penalti Jerman di awal paruh kedua. Kemelut tersebut diselesaikan menjadi gol oleh Andersen. Namun sayang seribu sayang, VAR menganulir gol tersebut karena alasan yang amat menyesakkan.

Sesaat sebelum Andersen mencetak gol, bola lebih dulu mengenai Thomas Delaney. Detektor semi-otomatis menunjukkan jari kaki Delaney berada dalam posisi offiside.

Kurang dari lima menit usai insiden tersebut, Andersen menerima petaka yang akan membuat dirinya tak bisa tidur nyenyak. Umpan David Raum tak sengaja mengenai tangan Andersen di kotak terlarang.

Andersen berubah dari pahlawan menjadi pecundang hanya dalam hitungan menit. Padahal selain gol yang dibatalkan, Andersen menjadi otak dari serangan balik Denmark lewat umpan panjangnya yang akurat.

Kredit foto: Instagram @espnfc
Joachim Andersen menjadi pemain paling sial di laga Jerman kontra Denmark.

Schmeichel yang tampil impresif sepanjang laga tak kuasa menahan eksekusi deras Havertz pada menit ke-53. Usai tertinggal, Denmark mau tak mau keluar menekan ke area pertahanan Jerman.

Namun, hal ini justru menjadi bumerang. Keputusan Denmark untuk keluar menekan justru menghasilkan lubang di lini pertahanan. Di momen itu, Schlotterback, yang menjadi momok bagi Denmark di babak pertama, kembali naik panggung.

Sebagaimana Andersen, Schlotterback juga memiliki akurasi umpan yang sangat jitu. Namun, nasib keduanya berbeda. Schlotterback dibantu oleh rekannya yang memiliki level kemampuan di atas rata-rata pemain Denmark.

Sosok yang dimaksud adalah Jamal Musiala. Gestur tangan sang wonderkid nampak meminta bola seraya berlari ke lubang pertahanan Denmark. Schlotterback leluasa mengirim umpan panjang. Musiala pun menyelesaikannya menjadi gol pengganda keunggulan pada menit ke-68.

Kredit foto: Instagram @espnuk
Wonderkid Jerman, Jamal Musiala menjadi salah satu dalang atas teror Jerman kepada Denmark lewat golnya di menit ke-68.

UEFA memang memilih Antonio Rudiger sebagai man of the match (MOTM) di laga ini. Namun, kombinasi maut Schlotterback dan Musiala patut diberi apresiasi khusus.

Jerman bisa saja menambah keunggulan menjadi 3-0 andai gol Florian Wirtz tidak dianulir akibat offside. Namun, dua gol sudah cukup untuk mengirim Denmark pulang kampung.

Menyambut Duel Antar Monster 

Jerman siap melanjutkan teror demi teror kepada lawannya di ajang Euro 2024. Namun, perjalanan mereka selanjutnya tidak akan mudah. Sebab raksasa lainnya, Spanyol sudah menunggu di babak delapan besar.

Pada laga babak 16 besar lainnya, Spanyol sukses menang meyakinkan dengan skor 4-1 atas Georgia di Rhein-Energie Stadion, Cologne, Senin (1/7) dini hari WIB. Tim Matador berpotensi menjadi ancaman serius.

Tim asuhan Luis de La Fuente adalah satu-satunya kontestan yang tidak kebobolan di fase grup. Di babak gugur pun, belum ada satupun pemain yang bisa membobol gawang Unai Simon. Patut diingat bahwa gol Georgia merupakan bunuh diri dari bek La Furia Roja, Robin Le Normand.

Penyebab pertahanan Spanyol begitu kokoh adalah taktik mereka yang mengandalkan pressing ekstrim di area lawan. Namun begitu, patut diketahui bahwa dalam beberapa situasi, Jerman acapkali memanfaatkan situasi pressing tinggi untuk mengeksploitasi ruang yang ditinggalkan pemain lawan yang naik menekan.

Kredit foto: Instagram @sefutbol
Spanyol yang juga merupakan tim favorit di Euro 2024 akan menjadi ancaman serius bagi Jerman di babak perempat final.

Itu sebabnya partai Jerman kontra Spanyol, yang dinilai sebagai final kepagian, di babak delapan besar akan menjadi amat menarik. Komentator sekaligus legenda timnas Inggris, Gary Neville menganggap partai tersebut seperti duel antar monster.

“Itu (laga Spanyol  kontra Jerman) adalah permainan yang mengerikan. Salah satu yang ingin ditonton semua orang,” ucap Neville dikutip BBC.


Suka dengan artikel ini?

Bagikan Artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.