Portugal memulai perjalanan dengan positif di Euro 2024 setelah menumbangkan Republik Ceko dengan susah payah. Tiga poin pertama ini terasa sangat berharga bagi Selecao das Quinas yang sejak awal kesulitan menembus pertahanan Ceko pada laga perdana Grup F.
Portugal sejatinya tampil sangat baik dalam mendominasi pertandingan yang dilangsungkan di Red Bull Arena, Leipzig, Jerman, Rabu dini hari (19/6/24). Pasukan Roberto Martinez menguasai lebih dari setengah penguasaan bola dengan catatan 74 persen.
Sayang, dominasi tersebut tak berbanding lurus dengan penyelesaian akhir yang apik. Portugal juga kerap dilanda kebuntuan dalam membongkar pertahanan yang dibangun Ceko.
Buktinya, dari 19 kali percobaan, hanya delapan tembakan yang mengarah ke gawang. Jika dibandingkan dengan Ceko yang melepaskan lima tembakan dengan satu kali tepat sasaran, tim lawan terbilang jauh lebih efektif.
Padahal, Portugal memainkan sejumlah juru gedor top, mulai dari Cristiano Ronaldo, Rafael Leao, Bernardo Silva, Bruno Fernandes, juga Diogo Jota. Namun, mereka harus menunggu hingga injury time babak kedua guna memastikan kemenangan.
“Segalanya berjalan sulit bagi kami, tapi dari cara kami bereaksi, kami pantas untuk menang,” kata pelatih Portugal, Roberto Martinez, dikutip situs resmi UEFA.
Portugal harus merasakan kebobolan lebih dulu melalui gol yang dicatatkan Lukas Provod pada menit ke-62. Gol tersebut tampak sangat mengejutkan Portugal karena hadir di saat mereka sedang menguasai permainan.
Keberuntungan mulai mendekati Portugal setelah serangan bertubi-tubi ke pertahanan Ceko berbuah gol bunuh diri yang muncul dari kesalahan Robin Hranac, tujuh menit usai terciptanya gol ke gawang Portugal.
Selecao das Quinas akhirnya sukses memastikan kemenangan setelah Francisco Conceicao melesakkan bola memanfaatkan kemelut di depan gawang Ceko. Skor 2-1 menutup pertandingan ini sekaligus mengantarkan Portugal melanjutkan rekor positifnya yang selalu menang dalam lima pertarungan terakhirnya kontra Ceko seperti dikutip 11v11.
“Hasil ini sangat melegakan. Ketika Ceko mencetak skor, sangat sulit bagi kami untuk membalikkan keadaan. Namun, kami mengubahnya untuk menempatkan lebih banyak pemain di kotak penalti lawan,” tutur gelandang Portugal, Bernardo Silva.
Kemenangan ini sebenarnya sudah dapat diprediksi. Sebab, Ceko kini kurang memiliki pemain dengan nama besar. Ibaratnya, Ceko yang sekarang bukanlah yang dulu.
Pada skuad yang dibawa ke Euro 2024, hanya segelintir pemain bintang yang juga main bersama klub top Eropa. Beberapa di antaranya ialah Patrik Schick (Bayer Leverkusen), Tomas Soucek (West Ham United), dan Antonin Barak (Fiorentina).
Kekuatan yang ada saat ini sangat jauh jika dibandingkan Timnas Ceko di era 2000-an ketika mereka memiliki sederet pemain top seperti Pavel Nedved (Juventus), Jan Koller (Borussia Dortmund), Karel Poborsky (Manchester United), Milan Baros (Liverpool), dan Petr Cech (Chelsea).
Jika dibandingkan kekuatan Ceko saat itu, penurunan jelas terasa pada skuad yang ada saat ini. Padahal, Ceko dikenal sebagai salah satu kekuatan sepak bola Eropa dari wilayah Timur.
Ceko pernah menjuarai turnamen empat tahunan yang merupakan kasta tertinggi bagi negara-negara di Benua Biru. Tepatnya, pada edisi 1976 ketika masih menggunakan nama Cekoslovakia.
Kala itu, mereka mengalahkan Jerman Barat lewat babak tos-tosan dengan skor 5-3 setelah sebelumnya bermain imbang 2-2. Di momen itu, tercipta teknik tendangan penalti Panenka yang kita kenal hingga sekarang.
Namun, semua itu kini hanya menjadi catatan sejarah. Ceko yang sekarang harus berusaha keras untuk mengembalikan kejayaan masa lalu agar bisa menjadi tim yang kembali disegani di daratan Eropa.
“Saya harus akui sangat disayangkan kami tak bisa menyelesaikan pekerjaan ini. Kami sudah sangat dekat (dengan kemenangan). Kami membuat segalanya terasa sulit bagi Portugal, salah satu tim terbaik di dunia,” ujar juru taktik Ceko, Ivan Hasek, dikutip situs resmi UEFA.
“Kami sangat kecewa kebobolan di masa tambahan waktu. Kami harus bisa melupakan (kekalahan) ini secepatnya. Dalam empat hari ke depan kami akan memainkan laga kunci. Kami harus segera melakukan peningkatan karena ini bukanlah performa yang ideal untuk kami,” jelasnya.
Vitinha sang jenderal lapangan
Cristiano Ronaldo memang memimpin skuad Portugal di laga ini. Baik secara tim maupun sektor serang. Ronaldo menjadi tumpuan utama bagi Portugal dalam membobol gawang lawan.
Penyerang 39 tahun itu juga mencetak rekor sebagai pemain pertama yang tampil di enam gelaran Euro berbeda. Namun, bintang di pertandingan ini bukanlah pemain Al Nassr tersebut.
Secara keseluruhan, Vitinha yang menjadi Player of the Match di partai ini. Sebagai jenderal lapangan tengah, dia sangat piawai dalam mengalirkan bola, membuka ruang, dan jeli dalam melepaskan umpan. Akurasi umpannya di laga ini pun mencapai 95 persen menurut WhoScored.
Gol pertama Portugal yang tercipta dari gol bunuh diri Hranac berawal dari umpan silang Vitinha kepada Nuno Mendes yang kemudian salah diantisipasi pemain Ceko. Di luar itu, gelandang Paris Saint-Germain tersebut juga tampil sangat rajin sepanjang 90 menit lewat kombinasi dengan Bruno Fernandes.
“Ini adalah laga yang berat. Kami tahu ini tak akan mudah. Tak ada pertandingan yang mudah di turnamen besar seperti ini. Meskipun demikian, kami bisa mengontrol bola. Kami juga memiliki lebih banyak peluang. Kami tak puas dengan performa kami tapi ini bisa dimengerti karena ini adalah laga pertama kami di Euro tahun ini,” ungkap Vitinha.
Sebagai gelandang pengatur serangan, Vitinha yang bernama asli Vitor Machado Ferreira dibesarkan oleh akademi Desportivo das Aves yang merupakan mantan klub ayahnya pada usia 7 tahun. Dia kemudian dipindahkan ke Pinheirinhos de Ringe.
Setelah mengikuti beberapa kali sesi latihan bersama Benfica, dia dimasukkan ke klub yang terafiliasi dengan Benfica yang bernama Povoa de Lanhoso. Pada 2011, dia masuk ke akademi Porto untuk kemudian mendapatkan debutnya di tim Porto B pada 2019.
Di musim tersebut, dia tampil untuk Porto B dan Porto senior, di mana Vitinha mencatatkan 26 penampilan disertai sumbangan delapan gol. Pada musim 2020-2021, dia dipinjamkan ke Wolverhampton Wanderers dan merumput selama semusim di Premier League.
Pemain yang lahir di Santo Tirso pada 13 Februari 2000 ini kemudian kembali ke Porto dan langsung menjadi pemain inti pada musim 2021-2022. Dia tampil 47 kali di semua kompetisi ditambah torehan empat gol.
Performa apiknya mengantarkan dirinya untuk naik ke level yang lebih tinggi usai bergabung dengan Paris Saint-Germain. Sejauh ini, dia sudah mencatatkan 94 penampilan dan 11 gol bersama Les Parisiens.
Bersama Porto, Vitinha turut mempersembahkan dua gelar Primeira Liga dan dua Taca de Portugal. Di PSG, dia sukses menjadi sosok kunci dari torehan dua gelar Ligue 1, 1 Piala Prancis, dan dua Piala Super Prancis.
Pada level internasional, pemain 24 tahun itu sudah membela Timnas Portugal sejak level U-17 hingga kini tampil di timnas senior.