Thailand Bikin Timnas Basket Menderita di Indonesia Arena

Brandon Jawato berusaha menembus pertahanan Thailand. (Ardi Rizal Meliala/Ludus.id)

Timnas Basket Indonesia harus menelan pil pahit setelah kalah telak 71-112 dari Thailand dalam lanjutan Kualifikasi FIBA Asia Cup 2025. Hasil ini membuat peluang skuad Merah Putih untuk melaju ke putaran final di Arab Saudi menipis dan bahkan bisa dibilang sudah tertutup.

Pada pertandingan yang berlangsung di Indonesia Arena, Minggu (24/11) petang, Indonesia sebenarnya sempat memberikan perlawanan ketat di awal kuarter pertama. Skuad Garuda yang dipimpin Abraham Damar Grahita bahkan sempat unggul 13-12. Namun, dominasi Thailand mulai terlihat ketika mereka membalikkan keadaan menjadi 17-12, dan terus memimpin hingga pengunjung kuarter pertama dengan skor 26-21.

Baca juga:

Timnas Basket Indonesia Menangi Dua Laga Uji Coba

Memasuki kuarter kedua, performa Indonesia mulai menurun. Thailand yang dipimpin Frederick Lee Jones Lish tampil gemilang. Tim tamu mencetak 32 poin berbanding 21 untuk menutup paruh pertama dengan keunggulan 58-42.

Ketimpangan semakin jelas pada kuarter ketiga Ketika Thailand mendulang 36 poin, sedangkan Indonesia hanya mampu mengemas separuhnya, yakni 18 poin. Hal ini membuat jarak kedua tim melebar menjadi 94-60. Pada kuarter terakhir, Thailand tetap menunjukkan konsistensi dengan mencetak 18 poin dibandingkan Indonesia yang hanya menambah 11 poin. Pertandingan pun ditutup dengan skor akhir 112-71 untuk kemenangan Thailand.

Pada laga ini, Abraham Damar Grahita menjadi pencetak angka tertinggi bagi Indonesia dengan 23 poin, termasuk sembilan tembakan sukses dari 15 percobaan dan empat di antaranya dari tripoin. Brandon Jawato mencatatkan double-double dengan 16 poin dan 10 rebound, sementara Yudha Saputera menyumbangkan 11 poin, 11 asis, dan empat rebound.

Pandu Wiguna mencoba mengganggu pemain Thailand. (Ardi Rizal Meliala/Ludus.id)

Adapun di kubu Thailand, Frederick Lee menjadi bintang dengan 31 poin. Martin Breunig menyusul dengan 24 poin, sementara tiga pemain lainnya, yakni Nakorn Jaisanuk (16 poin), Chanatip Jakrawan (13 poin), dan Pongsakorn Jaimsawad (13 poin), turut mencatatkan kontribusi signifikan.

Hasil ini membuat Indonesia berada di dasar klasemen Grup A dengan raihan empat poin dari empat pertandingan tanpa kemenangan. Situasi ini semakin sulit mengingat dua laga tersisa yang harus dihadapi adalah melawan tim kuat, yakni bertandang ke Australia dan menjamu Korea Selatan pada Februari mendatang.

Jika gagal memenangi kedua laga tersebut, peluang Indonesia untuk lolos otomatis ke FIBA Asia Cup 2025 dipastikan sirna. Terlebih menghadapi Australia dan Korea Selatan bukan perkara mudah. Inilah mengapa bisa dibilang peluang lolos Indonesia sudah ‘tertutup’.

Pada kualifikasi ini, dua tim teratas dari setiap grup akan langsung lolos ke FIBA Asia Cup 2025, yang dijadwalkan berlangsung di Jeddah pada 5-17 Agustus. Sementara itu, tim peringkat ketiga dari masing-masing grup akan menjalani playoff untuk memperebutkan empat tiket terakhir ke turnamen tersebut.

Turnover bikin kalah

Pelatih Thailand, Eduard Torres, mengapresiasi performa timnya yang mampu mendominasi jalannya pertandingan. “Kami menampilkan permainan yang solid dan layak untuk memenangkan pertandingan ini,” ujar Torres dalam konferensi pers usai laga.

“Pemain sudah berjuang maksimal, tetapi perbedaan ukuran tubuh membuat mereka mampu mengontrol offensive rebound.”

Rio Disi coba melewati pemain Thailand. (Ardi Rizal Meliala/Ludus.id)

Thailand mengukir 16 dari 35 tembakan tripoin sukses, serta mengonversi 17 offensive rebound menjadi 25 poin. Mereka juga mampu memanfaatkan 15 turnover yang dilakukan Indonesia menjadi 26 poin.

Di sisi lain, Indonesia berhasil memasukkan 26 dari 76 percobaan tembakan keseluruhan dan hanya enam dari delapan tembakan bebas yang masuk. Sebaliknya, Thailand lebih efisien dengan 18 dari 22 tembakan bebas yang berhasil.

Pelatih Indonesia, Johannis Winar, menyoroti tiga faktor utama yang menjadi penyebab kekalahan, yaitu offensive rebound, turnover, dan fastbreak.

“Kalau kami tidak bisa mengamankan tiga hal itu, sulit untuk menang dalam situasi seperti ini. Pemain sudah berjuang maksimal, tetapi perbedaan ukuran tubuh membuat mereka mampu mengontrol offensive rebound,” ujar Ahang, sapaan akrab Johannis Winar.


Suka dengan artikel ini?

Bagikan Artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.