Tiga Poin Raib dalam Tiga Menit, Timnas Indonesia Dijarah Manusia Setengah Dewa

Kredit foto: GSI/PSSI
Wasit Ahmed Al-Kaf (kiri) sebelum laga Bahrain kontra timnas Indonesia di Bahrain National Stadium, Riffa, Kamis (10/10) malam WIB.

Lemas, kesal, kecewa, beginilah perasaan masyarakat Indonesia melihat tiga poin yang sudah di depan mata raib. Laga timnas Indonesia kontra Bahrain sudah sampai penghujung, waktu tambahan enam menit telah berlalu. Timnas Indonesia sedang unggul 2-1, namun manusia setengah dewa di atas lapangan alias wasit bermurah hati mengubah hasil akhir pertandingan.

Shin Tae-yong bermuka masam usai hasil imbang 2-2 kontroversial yang diterima skuad Garuda di Stadion Nasional Bahrain, Riffa, Jumat (11/10) dini hari WIB pada lanjutan babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026. Arsitek asal Korea Selatan itu bahkan enggan berjabat tangan dengan Media Officer timnas Bahrain usai sesi tanya jawab dengan media.

Tak seperti biasanya, Shin Tae-yong tidak didampingi oleh perwakilan pemain. Skuad Garuda asyik menikmati duka di ruang ganti sembari memulihkan mental. Sebab, Jumat dini hari waktu setempat, mereka sudah harus berangkat ke China untuk laga selanjutnya.

Shin Tae-yong hanya ditemani satu asisten pelatih yang menerjemahkan perkataannya ke bahasa Inggris. Shin Tae-yong sejatinya tak perlu berkata-kata, sebab raut wajahnya sudah cukup menjelaskan mengenai bagaimana tanggapannya soal laga memilukan itu.

“Kedua tim melakukan yang terbaik, tapi tetap saya harus menyinggung hal memalukan perihal keputusan wasit. Jika sepak bola Asia mau berkembang, AFC juga harus berkembang,” tutur Shin Tae-yong.

“Siapa pun yang menonton pertandingannya pasti mengerti alasan pemain kami marah. Semua keputusan wasit bias. Pemain mereka (Bahrain) terus berteriak meminta tendangan bebas,” ujarnya menambahkan.

Setelah itu, tidak ada pertanyaan tambahan dari para awak media. Segala aspek pertandingan mengenai taktik dan keputusan pelatih saat laga berlangsung menjadi hambar untuk dibahas.

Pemandangan tersebut hanyalah hari biasa lainnya di sepak bola Asia. Timnas Indonesia memang sudah sering dirampok wasit. Terlampau banyak kejadian saat tim Merah Putih dirugikan.

Dari mulai kartu merah Ivar Jenner saat laga kontra Qatar U-23 di Piala Asia U-23 2024, kartu merah Rizky Ridho pada laga semifinal turnamen yang sama kontra Uzbekistan, hingga Alfeandra Dewangga dan Witan Sulaeman yang difitnah melakukan pelanggaran di kotak penalti saat timnas Indonesia U-23 dikalahkan Guinea U-23 pada babak playoff Olimpiade Paris 2024. Manusia setengah dewa yang membawa peluit tak lelah mengebiri mimpi anak bangsa.

Berhenti sok bijak!

Pertandingan sejatinya berlangsung menarik. Bahrain unggul lebih dulu lewat eksekusi tendangan bebas Mohamed Marhoon pada menit ke-15. Gol yang dicetak dari jarak cukup jauh itu cukup memanjakan mata.

Lesakannya melaju deras mengenai bagian dalam mistar gawang dan memantul melewati garis gawang. Kiper timnas Indonesia, Maarten Paes juga hanya bisa terpaku.

Kredit foto: GSI/PSSI
Momen usai Ragnar Oratmangoen menyamakan skor menjadi 1-1 sebelum jeda babak. Laga Bahrain kontra timnas Indonesia berlangsung menarik sebelum dirusak wasit.

Timnas Indonesia menyamakan kedudukan lewat situasi kemelut yang dituntaskan Ragnar Oratmangoen pada tambahan waktu babak pertama. Banyak detail kecil yang menarik untuk diulas pada proses terjadinya gol, seperti manuver Rafael Struick yang membuat timnas Indonesia tak sengaja melakukan switch-play di sisi kelebaran dan pengambilan keputusan jenius Ivar Jenner.

Gol cantik Struick yang membalikkan skor pada menit ke-74 juga cukup menarik. Timnas Indonesia lagi memanfaatkan sisi kelebaran. Pergerakan cair Ragnar yang membantu membuka ruang juga cukup impresif.

Namun sekali lagi, hal-hal seperti demikian sudah tidak menarik lagi untuk dibicarakan. Pertandingan sudah kadung ternoda oleh kepemimpinan wasit Ahmed Al-Kaf asal Oman.

Tidak perlu mengerti sepak bola untuk memahami betapa timnas Indonesia dirugikan. Bahkan di saat kontak halus sekali pun, para pemain Bahrain terus terjatuh seakan dizalimi, dan Al-Kaf tak segan meniup peluit.

Al-Kaf juga tidak memiliki dasar kuat mengenai keputusannya menunda mengakhiri laga di saat perpanjangan waktu enam menit sudah habis. Padahal, nampak tidak ada waktu efektif terbuang selama menit tambahan tersebut. Al-Kaf justru seolah menunggu Bahrain mencetak gol penyama skor sebelum meniup peluit panjang.

Kendati demikian, pencinta sepak bola tanah air malah terpecah menjadi dua kubu. Selain kubu yang memaki-maki sang pengadil lapangan, terdapat sejumlah orang yang menyalahkan para pemain timnas Indonesia.

Bahkan, di kalangan pengamat dan figur publik, terdapat opini bahwa timnas Indonesia seharusnya berhenti menjadi pihak yang paling tersakiti. Mereka mengungkit kejadian Witan Sulaeman yang gagal memanfaatkan serangan balik di menit terakhr tambahan waktu.

Ada pula yang menyinggung kelengahan struktur bertahan timnas Indonesia saat menghadapi sepak pojok sesaat sebelum terciptanya gol penyama kedudukan yang kembali dicetak Mohamed Marhoon. Mereka bermaksud bersikap bijak, namun sejatinya mereka kurang bijak.

Insiden di Bahrain National Stadium sejatinya merupakan pemandangan biasa di level Asia, dan hal ini akan mencederai preseden sepak bola Benua Kuning jika terus-terusan dibiarkan. Timnas Indonesia bukan satu-satunya tim yang dirampok oleh keputusan wasit.

Kredit foto: Tangkapan layar/Fox Sports
Sorawit Panthong melakukan tekel bersih kepada Abdullah Al-Hamdan di laga Thailand U-23 kontra Arab Saudi U-23 di perempat final Piala Asia U-23 2020. Namun wasit Ahmed Al-Kaf malah menunjuk titik putih.

Jauh sebelum Kualifikasi Piala Dunia 2026, Thailand U-23 pernah lebih dulu merasakan kekejaman wasit Al-Kaf. Gajah Perang Muda pernah dibuat merana pada ajang Piala Asia U-23 2020 silam.

Saat itu, Supachok Sarachat dan kolega menghadapi Arab Saudi U-23 babak perempat final yang berlangsung pada 18 Januari 2021. Pada menit ke-73, Sorawit Panthong melakukan tekel bersih kepada Abdullah Al-Hamdan di kotak penalti.

Namun, Al-Kaf justru ringan tangan menunjuk titik putih. Komentator di stasiun televisi Fox Sports sampai heran mengapa wasit berkepala pelontos itu tidak memeriksa kembali insiden itu di layar Video Assistant Referee (VAR).

Beralih ke level senior, wasit Alireza Faghani pernah mengusir bomber Irak, Aymen Hussein hanya karena selebrasi gol. Penyerang berusia 28 tahun itu diganjar kartu kuning kedua usai mencetak gol ke gawang Yordania di babak 16 besar yang berlangsung pada 29 Januari 2024 silam.

Hussein diusir lantaran dianggap melakukan selebrasi kontroversial. Padahal, Hussein hanya memeragakan gestur duduk sambil makan di tepi lapangan. AFC kemudian mengeluarkan rilis yang menyebut bahwa keputusan wasit sudah tepat karena Hussein dianggap mengulur waktu.

Kredit foto: Youtube Indian Football
Gol kontroversial Qatar ke gawang India di laga pamungkas babak kedua Kualifikasi Piala Dunia 2026.

India juga harus merasakan pahitnya gagal melaju ke babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 karena praktik kotor wasit. Kala itu, India berhadapan dengan Qatar pada laga pamungkas Grup A di Jassim Bin Hamad Stadium, Doha, 11 Juni 2024.

India butuh poin tiga untuk mengejar ketertinggalan dari Kuwait di papan klasemen. India dan Kuwait tengah saling sikut berebut tiket terakhir ke babak ketiga, sedangkan Qatar sudah dinyatakan lolos.

India sempat unggul lebih dulu. Di saat tengah menjaga kans untuk lolos, tim berjuluk The Blue Tigers malah digembosi usai Qatar mencetak gol penyama kedudukan nan kontroversial di menit ke-73

Bermula dari sepak pojok, tandukan Youssef Ayman diantisipasi kiper India, Gurpreet Singh Sandhu. Bola nampak sudah keluar lapangan, para pemain India sudah terdiam lantaran mengira wasit akan kembali memberikan sepak pojok untuk tuan rumah.

Namun, yang terjadi justru sebaliknya, sang pengadil bergeming. Alhasil, pemain belakang India dalam posisi tidak siap kala Abdullah Al-Ahrak menarik bola dan menyodorkan umpan pendek kepada Ayman.

Gol kontroversial tersebut disahkan. Pemain India yang sudah lemas mental harus mengakui kemenangan Qatar dengan skor 2-1 usai Ahmed Al-Rawi membawa timnya comeback.

Kembali ke laga Bahrain kontra timnas Indonesia, PSSI melalui anggota Komite Eksekutif (Exco), Arya Sinulingga menyatakan pihaknya telah membuat surat protes kepada AFC. Diharapkan AFC memberi tindakan tegas atas kinerja wasit yang berat sebelah.

“Ya, kita kirim surat protes. Kita sangat kecewa dengan kepemimpinan wasit, sampai menambah waktu (tambahan) sampai Bahrain mencetak gol,” tegas Arya lewat keterangannya kepada awak media.

Namun, jika melihat kembali insiden yang sudah-sudah, AFC biasanya tutup mata jika ada federasi yang melancarkan surat protes. Federasi Thailand (FAT) sudah merasakan itu setelah tim bersutan Issara Sritaro digembosi wasit Al-Kaf di perempat final Piala Asia U-23 2020.

“Kami sedang mencari penjelasan untuk putusan tertentu yang merugikan Thailand selama pertandingan perempat final Piala Asia U-23 dengan Arab Saudi,” tulis rilis resmi FAT ketika itu.


Suka dengan artikel ini?

Bagikan Artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.