Daffa Dhoifullah mantap memilih basket ketimbang bola voli. Pilihannya tidak salah karena dia kini menjadi wonderkid bola basket Indonesia.
Nama Daffa sudah tidak asing bagi penggemar basket Indonesia. Pebasket berusia 20 tahun itu punya masa depan cerah di dunia basket profesional.
Darah olahraga sudah mengalir dalam keluarganya. Kedua orang tuanya yakin Abdul Faruq Eriyono dan Naning Setyorini merupakan atlet voli, dan ia pun pernah merasakan bermain voli sampai akhirnya memilih bola basket sebagai jalan hidupnya.
Daffa menceritakan kepada Ludus.id bagaimana dirinya memilih bola basket. Ia mantap memilih bola basket karena punya sisi positif dalam hidupnya.
Padahal, ia memulai olahraga bukan dari bola basket, melainkan dari bola voli seperti olahraga kedua orang tuanya.
“Sejak SD (sekolah dasar) kelas 5 sudah bermain bola basket. Dulu itu sebenarnya main bola voli dulu, jadi pas SD ya coba-coba basket saja,” cerita Daffa saat ditemui pada acara Media Day IBL, di KYZN Kuningan, Jakarta Selatan, 12 November 2023.
“Awalnya memang coba-coba, terus kok malah enak main basket ya jadi ikut tim basket tetapi dulu masih latihannya voli terus basket, masih dua olahraga itu,” kata Daffa melanjutkan.
Memang, olahraga bola voli tampaknya lebih kental di Banyuwangi, Jawa Timur. Bahkan saja, jika bola basket dibandingkan dengan sepak bola, olahraga yang terakhir disebut lebih ‘berjaya’.
Sebagai anak Banyuwangi, tak bisa dipungkiri jika sepak bola begitu kental. Kota itu punya klub bernama Persewangi Banyuwangi, tetapi nama Persebaya Surabaya juga tak kalah mentereng.
Persebaya bisa dibilang melambangkan sepak bola Jawa Timur secara keseluruhan. Maka tidak heran, jika Daffa pun pernah merasakan atmosfer sepak bola Persebaya di stadion.
“Kental banget kalau sepak bola di kota saya (Banyuwangi). Dulu juga pernah beberapa kali nonton Persebaya sama teman-teman,” katanya.
Meski begitu, bola voli dan sepak bola tidak membuat Daffa berpaling dengan bola basket. Ia pun memutuskan mantap di bola basket sebagai kariernya.
Mantap Memilih Basket
Daffa sudah menentukan pilihan bahwa bola basket jalan hidupnya. Daffa pernah bergabung dengan klub Sahabat Banyuwangi sebelum akhirnya ditarik Pacific Caesar.
Bergabung dengan Pacific Caesar pada 2022, ia memang belum menjadi pemain utama. Daffa lebih banyak duduk di bangku cadangan.
Pertama kali bermain di IBL, statistika permainan Daffa masih rata-rata lima menit per game dalam lima pertandingan. Wajar kalau rookie mendapatkan menit bermain sebanyak itu.
Namun, progres Daffa di musim kedua sangat luar biasa. berhasil meningkatkan perannya di tim. Dia berubah menjadi pemain dengan kontribusi yang besar, yaitu 11,8 points per game, ditambah dengan 3,3 rpg, 4,3 apg, dan 1,0 spg.
Daffa juga diturunkan selama 35,8 minute per game. Dia masuk dalam daftar 10 besar pencetak average assist terbanyak di liga.
Progres Daffa mendapat apresiasi dari dunia bola basket Indonesia. Ia ditarik ke Indonesia Patriots yang merupakan timnas usia muda yang bermain di ajang IBL. Nantinya para pemain ini akan siap bertanding jika mewakili Indonesia di ajang event Internasional.
“Saya menang mantap memilih bola basket, kebetulan ada pelatih saja, juga mantan pemain IBL di NSH Jakarta, Imanudin Huzuzan yang meyakini saya bahwa di basket saya bisa mendapat banyak pelajaran,” ucap Daffa.
Selain itu secara permainan, Daffa juga merasa bola basket adalah olahraga yang keren. Daffa juga mendapatkan rasa disiplin yang tinggi ketika fokus dengan bola basket.
“Ya, rasanya keren aja saat mencetak poin. Selain itu, di basket saya juga bisa mendapatkan disiplin dan kerja keras serta kemauan untuk kemajuan karier bola basket saya,” tutur pebasket bertinggi badan 185 cm itu.
Belajar dari Pemain Asing
Menatap IBL 2023, Daffa sangat antusias. Ia kembali memperkuat Pacific Caesar Surabaya. Sistem home and away membuat Daffa antusias karena ini menjadi hal baru baginya.
“Sangat menyenangkan sih. Bagi klub, mereka bisa melakukan penjualan tiket sendiri dan juga kita juga bisa mendapat dukungan dari fanbase ketika bermain home,” ucapnya.
Sebagai pemain muda, Daffa tak memungkiri musim 2024 akan sangat menarik dan penuh persaingan. Pasalnya, ada delapan pemain eks NBA yang ‘melantai’ di IBL.
“Persaingan bakal ketat, seperti PJ (Pelita Jaya) yang membawa semua pemain eks NBA. Saya juga dapat pengalaman dengan bermain bersama pemain asing,” tutur Daffa.
Pacific mendatangkan tiga pemain asing, yakni Anthony Januari, Kamani Johnson, dan Jaylyn Richardson. Khusus Jaylyn, Daffa belajar banyak dari eks Wester Oregon di NCAA itu.
“Pastinya adaptasi tidak terlalu sulit ya karena menggunakan bahasa basket. Pemain asing Pacific nge-lead kita karena tim kita juga banyak pemain muda,” cerita Daffa.
“Apalagi sama Jaylyn karena dia satu posisi sama saya (di Point Guard), jadi dia ngajarin saya juga dan tentunya banyak belajar,” kata Daffa.
IBL musim ini juga membuat Daffa antusias. Ia melihat masa depan bola basket Indonesia, khususnya IBL, bisa bagus karena dikemas dengan profesional.
Menurut Daffa, IBL saat ini sudah memikirkan industri. Bahkan, dari segi hiburan, bola basket mulai mengejar pamor sepak bola.
“Ini sudah mau menyusul sepak bola kalau saya lihat karena entertaiment sudah mulai bagus. Laku fans-nya juga sudah mulai banyak dan tadi, kita juga kedatangan banyak mantan-mantan pemain NBA,” tukas Daffa.
Kenaikan level IBL dari segi hiburan dan bisnis membuat Daffa yakin bisa berbuat banyak di bola basket. Saat ini fokusnya hanya untuk Pacific agar bisa mendulang prestasi yang maksimal di IBL 2024.