Westin Wilson bukanlah lawan main-main bagi Jeka Saragih. Petarung asal Amerika Serikat ini dibekali kejeniusan dan kreativitas dalam menumbangkan lawannya. Kejeniusannya di oktagon bukan didapat dengan cuma-cuma.
Di luar kegiatan bela diri campuran, cara berpikir dan kreativitas Wilson diperoleh lewat perjalanannya di bangku kuliah, menjadi karyawan perusahaan hingga bisnis di bidang perangkat lunak. Didikan sang ayah yang merupakan anggota kepolisian juga menjadikan mental Wilson sekeras karang.
Petarung andalan Indonesia, Jeka Saragih akan menghadapi Westin Wilson, jagoan dari Negeri Paman Sam. Duel kelas bulu antar keduanya akan digelar di UFC Apex, Las Vegas pada Minggu (16/6). Pertarungan ini tentu tidak akan mudah bagi Jeka.
Wilson lebih senior ketimbang Jeka, keduanya terpaut jarak usia enam tahun. Secara postur, Wilson juga unggul dari Jeka. Petarung asal Simalungun, Sumatera Utara ini juga menghadapi rintangan besar lainnya, yakni gaya bertarung Wilson yang mengandalkan otak.
“Sejak kecil saya selalu menyukai dua hal yaitu kompetisi dan strategi. Karena tidak pernah diberkati dengan kemampuan atletik alami, saya harus kreatif dalam mencari cara untuk menang. Saya akan mempelajari strategi dan taktik,” tulis Wilson pada laman pribadinya.
“Anak yang lebih lemah bisa mengalahkan pria yang lebih kuat jika dia punya rencana yang tepat,” ujarnya menambahkan.
Wilson berpendapat bahwa kekuatan bukanlah kunci untuk memenangkan pertarungan. Menurutnya, pemenang dalam suatu pertarungan ditentukan lewat pengendalian momen.
“Hal tentang MMA dan sebagian besar olahraga pertarungan adalah tentang pengendalian momen. Dalam sebuah pertarungan, ada beberapa momen. Beberapa momen Anda kendalikan dan momen lain yang berusaha Anda kendalikan,” tutur pria berusia 35 tahun ini.
“Petarung yang dapat mengontrol momen paling banyak biasanya memenangkan pertarungan,” ucapnya lagi.
Ditempa lewat bangku kuliah hingga bisnis
Kemampuan bela diri Wilson diasah sejak usia dini. Saat kecil, Wilson mendalami karate. Wilson juga menguasai ilmu gulat. Sebelum beralih ke MMA pada usia remaja, Wilson memang menekuni gulat. Tak heran, Wilson memiliki teknik kuncian yang sangat mumpuni. Guillotine adalah teknik kuncian favoritnya.
Tak sampai di situ, Wilson juga mempelajari Brazilian Jiu Jitsu (BJJ) pada usia 16 tahun. Wilson menimba ilmu BJJ langsung dari Brasil, negara asal cabang bela diri tersebut.
Kala itu, Wilson yang besar di Utah, Amerika Serikat harus pindah ke Brasil, mengikuti Ayahnya yang bertugas sebagai anggota DEA (Drug Enforcement and Administration). DEA adalah badan penanggulangan narkotika di bawah kepolisian Amerika Serikat.
Namun, beriringan dengan perjalanannya sebagai atlet bela diri, Wilson menempa diri di bangku perkuliahan. Wilson mengenyam pendidikan di Bringham Young University (BYU) dengan program studi Humas dan Komunikasi Strategis.
Sembari membagi waktu dengan kegiatan perkuliahan, Wilson menjalani debut MMA amatir. Debutnya di MMA profesional juga terjadi saat Wilson mengerjakan tugas akhir, tepatnya pada tahun 2014 silam.
Debut Wilson terjadi kala dirinya menghadapi Anthony Pagliaro di The Clash MMA 11. Kedatangan Wilson ke MMA profesional pun langsung berbuah manis. Wilson mengalahkan lawannya dengan kemenangan TKO pada ronde pertama.
Wilson menjalani kariernya di MMA profesional dengan cukup impresif. Total dirinya mencatat 16 kemenangan berbanding tujuh kekalahan. Sembari berjibaku dengan aktivitas latihan dan pertarungan, Wilson lulus dari bangku kuliah pada 2015.
Pria satu ini memang tidak bisa diam. Usai lulus kuliah, Wilson menekuni MMA profesonal sembari bekerja kantoran. Kariernya di perusahaan juga melesat. Tercatat Wilson pernah menjabat sebagai manajer pemasaran di sebuah perusahaan bernama BDV Solutions.
“Di waktu luang saya ketika saya tidak berlatih untuk bertarung, saya melakukan banyak pemasaran lepas, humas dan manajemen untuk perusahaan dan atlet berbasis MMA,” ujar Wilson pada laman pribadinya.
“Saya bahkan berkesempatan bekerja untuk Mitt Romney dan Evander Holyfield untuk pertandingan tinju amal mereka,” ujarnya lagi.
Wilson bekerja sebagai analis bisnis untuk sebuah perusahaan perangkat lunak. Wilson enggan menghabiskan waktu luangnya untuk kegiatan yang kurang bermanfaat.
“Saya mendapatkan gelar saya. Saya mendapat pekerjaan bergaji bagus, fleksibel dan memungkinkan saya bertarung. Saya cukup menikmatinya untuk terus melakukannya setiap hari dan tidak berkata, ‘Saya harus berhasil dalam pertarungan agar saya bisa berhenti!’” tuturnya dilansir MMA Fighting.
Wilson mengalahkan lawan terakhirnya di MMA profesonal, yakni Fabricio Franco pada 3 Maret 2023. Setelah itu, barulah ia menandatangani kontrak UFC. Lagi-lagi Wilson tak mau hanya bergelut dengan aktivitas pertarungan.
Wilson mendirikan perusahaan perangkat lunak bernama Combat Labs. Tak jauh-jauh dari dunia tarung, Combat Labs adalah perusahaan yang bergerak di bidang teknologi penunjang pelatihan berbagai ilmu bela diri.
Selain soal kejeniusannya, mental untuk enggan berpuas diri juga menjadikan dirinya monster berbahaya ketika menapakkan kaki di oktagon. Wilson mengatakan mentalitas yang diperoleh dari luar oktagon sedikit banyak mempengaruhi gaya bertarungnya. Hal inilah alasan mengapa Wilson menjadi lawan istimewa bagi Jeka Saragih.
“Jangan berpuas diri. Jangan istirahat dalam posisi yang buruk. Berjuanglah sampai Anda keluar dari posisi itu. Jika Anda tidak bisa mengendalikan momen, jangan berhenti. Jangan biarkan diri Anda berpuas diri dalam hidup,” kata Wilson
“Jika Anda menjalankan bisnis, jangan pernah berpikir bahwa Anda telah memperoleh cukup penghasilan atau melakukan cukup banyak hal untuk bertahan hidup. Begitu Anda membiarkan diri Anda berpuas diri dengan bisnis Anda, pesaing Anda akan mulai mengambil alih,” tuturnya lagi.
“Jika Anda berada di titik dalam hidup di mana Anda belum mencapai tujuan Anda atau Anda tidak berada di tempat yang Anda inginkan dalam hidup, teruslah berjuang. Ambillah momen demi momen. Saat Anda lelah, jangan biarkan diri Anda meluncur. Pulihkan ketika Anda berada di tempat untuk pulih,” pungkasnya.