17 Tahun Penantian Itu Berakhir: Alwi Farhan Persembahkan Gelar Macau Open 2025, Pertama Sejak Taufik Hidayat, Ini Kata Sang Juara
Ludus01

LUDUS - Pada Minggu sore yang lembap khas Agustus di Macau, sebuah harapan yang disimpan diam-diam dalam daftar keinginan seorang anak muda berusia 20 tahun, akhirnya menjelma nyata. Di lapangan bulu tangkis Macao East Asian Games Dome, Cotai, Alwi Farhan berdiri tegak di podium tertinggi Macau Open 2025. Senyumnya mengembang, tetapi tak berlebihan. Di balik wajah teduhnya, ada sebuah ledakan dalam hatinya: pencapaian yang telah ia nantikan sejak awal tahun.

Foto/Instagram/Indra Wijaya
"Alhamdulillah, sangat bersyukur dan sangat senang. Ini wishlist goal saya untuk jangka pendek, Saya menantikan ini sejak awal tahun," ujarnya selepas menundukkan wakil Malaysia, Justin Hoh, dua gim langsung 21-15, 21-5, dalam tempo 54 menit.
Dan ia tidak main-main. Tak sekadar memenangi pertandingan, Alwi tampil begitu dominan. Pada laga final, dominasi Alwi memang tak terbantahkan. Ia tak hanya menang, ia mengendalikan permainan. Serangan, pertahanan, hingga rally ia kendalikan dengan tenang, seolah semuanya berjalan sesuai skenario yang ia tulis sendiri.

Foto/Instagram Yuni Kartika
Bahkan Yuni Kartika, mantan pemain nasional yang kini menjabat sebagai Kepala Humas PP PBSI, tak kuasa menyembunyikan kekagumannya. Lewat akun Instagram-nya, yang juga memberikan pernyataan yang sama kepada LUDUS.ID, menulis dengan penuh semangat: “ALWI MENYALA!! Alwi memperlihatkan permainan yg impresif, baik dari serangan, defence maupun rally, cool. Menang straight game vs Justin, Alwi benar-benar mengendalikan permainan, terutama di game 2.”

Foto/Dok. PB PBSI
Pujian dari Yuni bukan sekadar euforia. Kalimat itu menangkap esensi pertandingan: seorang pemain muda yang tampil dewasa, tenang, dan penuh kendali dalam panggung penting pertamanya di level Super 300.
Justin, yang usianya setahun lebih tua, hanya bisa memberi perlawanan ketat di awal gim pertama. Setelah itu, kendali penuh berada di tangan Alwi, bak seorang veteran, ia menguasai tempo permainan, menjaga emosinya tetap datar, dan memaksa Justin tergopoh-gopoh menghadapi pukulan-pukulan presisinya.
Ini bukan kemenangan biasa. Ini adalah trofi pertamanya di level BWF World Tour Super 300, jenjang yang berada di atas Super 100. Ini juga merupakan pencapaian terbaiknya sepanjang 2025, setelah sebelumnya hanya mampu menembus babak perempat final Thailand Masters. Lebih dari itu, kemenangan ini juga mencatatkan Alwi dalam buku sejarah bulu tangkis Indonesia.

Foto/Instagram/Indra Wijaya
Sudah 17 tahun lamanya tak ada pemain tunggal putra Indonesia yang naik ke podium Macau Open. Terakhir kali, nama besar itu adalah Taufik Hidayat, sang maestro, yang pada 2008 menaklukkan Lee Chong Wei dengan skor 21-19, 21-15. Sejak itu, hanya sektor ganda yang menyumbang gelar bagi Merah Putih: Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, Edi Subaktiar/Gloria Emanuelle Widjaja, dan Wahyu Nayaka Arya Pangkaryanira/Ade Yusuf Santoso. Kini, Alwi menjadi tunggal putra kedua, dan pemain kelima Indonesia secara keseluruhan yang bisa merengkuh gelar di turnamen yang sudah digelar sejak 2002 itu.
Dan ia meraihnya bukan dengan keberuntungan. Statistik head-to-head antara Alwi dan Justin kini berpihak padanya: 4 kemenangan dari 6 pertemuan. Di final ini, ia tidak sekadar menang, ia mendikte, memimpin, mengendalikan, dan menuntaskan.

Foto/Instagram/Indra Wijaya
"Hari ini saya lebih bisa mengontrol permainan, menjaga emosional dan menjalankan strategi dengan baik," katanya. Ia menyebut nama pelatihnya, Indra Wijaya, sosok yang membimbingnya menapaki tangga-tangga teknik dan mentalitas.
"Koh Indra sangat membantu saya. Sejauh ini semua sejalan. Komunikasi kami juga sangat baik."
Di lapangan, kendala teknis sempat muncul: lantai bocor, membuat pertandingan beberapa kali tertunda untuk pengelapan titik-titik licin. Tapi Alwi tidak terganggu. "Kadang seperti itulah pertandingan," ujarnya. Ia belajar dari dua turnamen sebelumnya, belajar menjaga kestabilan batin. Dan hari itu, pelajarannya tuntas.
Bagi Alwi, kemenangan ini lebih dari sekadar piala. Ia menyebutnya sebagai batu loncatan, bukan pencapaian final. Ia ingin lebih: Super 500, 750, hingga Super 1000. Ia ingin menyentuh semua tingkatan, melengkapi semua gelar.

Foto/Dok. PB PBSI
"Gelar ini pasti untuk diri saya sendiri dulu. Lalu untuk orang tua, pelatih, PBSI, masyarakat Indonesia, dan untuk semua orang yang saya cintai," katanya tulus.
Di usia 20 tahun, Alwi Farhan bukan sekadar talenta muda. Ia adalah manifestasi dari kerja panjang, dari harapan yang disimpan rapat, dari doa yang dijalankan dalam diam. Dan dari Macau, kota yang selama ini lebih dikenal karena gemerlap kasino, ia menyalakan lentera baru untuk bulu tangkis Indonesia.
Sejak Taufik Hidayat, belum ada yang membuat kita mengingat Macau sebagai tempat sejarah tunggal putra. Kini, dengan gaya main yang tenang namun tajam, dengan keyakinan yang dibungkus rendah hati, Alwi mengubah itu.
Ia datang dengan keinginan. Ia pulang membawa gelar. Dan mungkin, dalam waktu yang tidak terlalu lama, ia akan datang ke tempat-tempat yang lebih besar, dengan keinginan-keinginan yang tak kalah berani.

Foto/Dok. PB PBSI
Pernyataan Lengkap Alwi Farhan:
"Alhamdulillah sangat bersyukur dan sangat senang. Ini wishlist goal saya untuk jangka pendeknya. Saya menantikan ini sejak awal tahun. Jalannya pertandingan memang ada beberapa kali di lapangan terjadi kebocoran jadi setiap poin harus dilap. Tapi kadang seperti itulah pertandingan, tidak tahu kondisi apa yang bisa dialami. Saya hari ini lebih bisa mengontrol permainan, menjaga emosional dan menjalankan strategi dengan baik.
Memang kalau dilihat seminggu ini saya bisa berada di kondisi emosional yang stabil. Saya belajar dari dua turnamen sebelumnya. Pelatih saya, koh Indra Wijaya sangat membantu saya. Sejauh ini di turnamen, semua sejalan. Komunikasi kami juga sangat baik.
Gelar ini pasti untuk diri saya sendiri dulu. Lalu untuk orang tua, pelatih, PBSI, masyarakat Indonesia dan untuk semua orang yang saya cintai. Ke depan pasti saya mengincar level yang lebih tinggi. Super 500, 750, 1000. Target saya adalah melengkapi semua gelar."

Foto/Instagram/Indra Wijaya
Perjalanan Alwi Farhan Meraih Juara di Macau Open 2025
- Babak 32 Besar: vs Cheam June Wei (Malaysia) 21-16, 21-14
- Babak 16 Besar: vs Moh Zaki Ubaidillah (Indonesia) 19-21, 21-17, 21-17
- Babak Perempatfinal:
- vs Jason Gunawan (Hong Kong) 21-17, 21-15
- Semifinal: vs Lakshya Sen (2/India) 21-16, 21-9
- Final vs Justin Hoh (Malaysia) 21-15, 21-5
APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
John Doe
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!