Asian Individual Chess Championship (AICC) 2025: Saat Raksasa Tumbang dan Remis Jadi Strategi

Ludus01

1
0
Kejuatan besar di babak kedua (Kamis 8/5), unggulan kedua  GM Amin Tabatabaei (2670) dari Iran ditundukkan IM Ilamparthi (2469) dari India (Foto: Percasi)

Kejuatan besar di babak kedua (Kamis 8/5), unggulan kedua  GM Amin Tabatabaei (2670) dari Iran ditundukkan IM Ilamparthi (2469) dari India (Foto: Percasi)

LUDUS – Suasana mendung yang menyelimuti kota Al Ain, Uni Emirat Arab, Kamis (8/5), seakan menjadi metafora sempurna bagi babak kedua Asian Individual Chess Championship (AICC) 2025 yang berlangsung penuh kejutan. Dalam dunia catur, bukan benturan bidak yang paling menyakitkan, tapi saat strategi terbaik pun tak mampu mencegah sebuah kekalahan—apalagi bila datang dari lawan yang di atas kertas tak sepadan.

Babak kedua belum juga usai sepenuhnya ketika kabar mengejutkan itu mulai berembus di Danat Hotel & Resorts, Al Ain —tempat pertandingan: GM Amin Tabatabaei, unggulan kedua asal Iran dengan rating 2670, tumbang. Bukan oleh sesama Grandmaster. Bukan pula oleh pecatur dengan predikat elite Asia. Melainkan oleh IM muda dari India, Ilamparthi A R, yang berbekal rating 2469 dan semangat tak kenal takut.

Tak berhenti di situ. GM Tin Jingyao dari Singapura—juara zone 3.3 dengan rating solid 2610—menelan kekalahan kedua berturut-turut. Kali ini dari CM Miraziz Matyakubov, pecatur Uzbekistan dengan rating “hanya” 2272. Jika catur adalah panggung drama, maka hari itu adalah adegan para raksasa terjatuh.

Perang saudara IM Medina Warda Aulia vs WIM Chelsie Monica Ignesias Sihite yang berakhir damai, remis. Sama-sama membukukan 1,5 angka dari dua babak (Foto: Percasi)

Perang saudara IM Medina Warda Aulia vs WIM Chelsie Monica Ignesias Sihite yang berakhir damai, remis. Sama-sama membukukan 1,5 angka dari dua babak (Foto: Percasi)

Di tengah gemuruh papan demi papan yang memecahkan prediksi, dua perempuan Indonesia memilih jalan yang lain—lebih tenang, lebih dalam, dan sangat strategis. IM Medina Warda Aulia, berhadapan dengan rekan senegaranya, WIM Chelsie Monica Ignesias Sihite. Mereka duduk bersisian, namun tak benar-benar saling berhadapan dalam arti penuh pertarungan. Dalam waktu singkat, keduanya sepakat pada hasil remis.

Pada permukaan, keputusan itu mungkin tampak sebagai langkah pasif. Namun di baliknya tersimpan kalkulasi mendalam. Di medan pertempuran yang semakin tak terduga, merawat peluang untuk dua pemain bisa jadi lebih bernilai daripada duel yang justru bisa melemahkan keduanya. Sebab satu lagi rekan mereka, WGM Dewi A.A. Citra (2202), takluk dari IM Anastasia Bodnaruk (2332) asal Rusia. Pun WIM Ummi Fisabilillah (2115) tak kuasa membendung laju WIM Umida Omonova (2235) dari Uzbekistan. Dan Laysa Latifah (2262)? Ia hanya mampu mencuri setengah poin dari pecatur muda Tiongkok, Du Yuvin (1973).

Tak ada kemenangan dari sektor putri Indonesia di babak kedua. Sunyi. Tapi bukan tanpa harapan.

GM Susanto Megaranto tidak mau ambil risiko komplikasi malah jadi remis melawan IM Asylbek dari Uzbekistan (Foto: Percasi)

GM Susanto Megaranto tidak mau ambil risiko komplikasi malah jadi remis melawan IM Asylbek dari Uzbekistan (Foto: Percasi)

Sementara itu, dari gelanggang putra, dua bendera Merah Putih masih berkibar di atas papan kemenangan. IM Gilbert Elroy Tarigan (2415) menundukkan CM Mohamed Saeed Layli (2058) dari Uni Emirat Arab. IM Azarya Jodi Setyaki (2364) pun mengatasi perlawanan CM Hsu Hsuan-Ming (1975) dari Taiwan. Kemenangan yang mungkin tak menjadi headline, namun penting dalam peta klasemen jangka panjang.

GM Susanto Megaranto (2477) dan IM Farid Firman Syah (2369) masing-masing ditahan remis oleh IM Asylbek Abdyzhapar (2355) asal Uzbekistan dan IM Zhao Yuanhe (2482) dari Cina.

GM Susanto Megaranto, sang senior yang masih menjadi pilar utama catur Indonesia, sambil tersenyum, berbagi cerita unik selepas ditahan remis oleh IM Asylbek Abdyzhapar.

“Lawan saya tawarkan remis di langkah ke-15, tapi saya tolak. Saya pikir posisi saya lebih bagus. “Eh, ternyata posisi lawan malah jadi lebih bagus, dia punya pasangan gajah. “Pas dia bilang, ‘Saya tawarkan remis terakhir, Anda terima?’—ya udah, saya ambil aja.”

Ia sempat punya kesempatan unggul satu bidak, namun memilih tak mengambil risiko komplikasi. Susanto menceritakan sambil tergelak.

Baca Juga: Langkah Meyakinkan Indonesia di Awal Asian Individual Chess Championship 2025

Sementara Farid bercerita, “Posisi saya imbang terus. Cara main dia persis kayak saya kalau pegang putih. Jadi waktu dia tawarkan remis langkah 41, saya terima,” ujarnya ringan, seolah itulah keputusan terbaik yang bisa diambil dalam badai taktis yang tak bergerak ke mana-mana.

Namun tidak semua berjalan sesuai harapan. GM Novendra Priasmoro (2437), yang tampil gemilang di babak pertama, kali ini takluk dari GM Mukhiddin Madaminov (2520) dari Uzbekistan. Demikian pula IM Aditya Bagus Arfan (2402), yang sempat mencuri perhatian dengan kejutan di hari pertama, kini harus mengakui keunggulan GM Leon Luke Mendonca (2630) dari India.

Manajer tim Indonesia Kristianus Liem bersama “Living Legend” GM pertama Asia, Eugene Torre dari Filipina (Foto: Istimewa)

Manajer tim Indonesia Kristianus Liem bersama “Living Legend” GM pertama Asia, Eugene Torre dari Filipina (Foto: Istimewa)


Babak kedua AICC 2025 telah selesai digelar. Tapi justru di sinilah babak-babak berikutnya mulai terasa getir. Turnamen ini bukan hanya tentang kehebatan di papan catur, tapi juga tentang ketangguhan menjaga peluang di tengah tekanan, membaca arah angin ketika semua peta kekuatan tak lagi saklek.

Menanggapi soal kejutan yang terjadi, Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi PB Percasi, Kristianus Liem, yang juga manager tim mengatakan, bahwa itu soal persaingan yang semakin ketat. “Siapa yang gak siap secara teknis maupun mental, ya, akan tertinggal,” tegasnya.

Dan dalam keheningan bidak yang bergerak, tersimpan strategi—kadang berupa langkah agresif, kadang justru diam-diam memilih remis. Karena dalam catur, seperti dalam hidup, tak semua langkah mundur berarti kekalahan. Kadang itu adalah cara untuk tetap bertahan, menyusun kekuatan, dan menunggu saat yang lebih tepat untuk menyerang.

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?

MULAI BAGIKAN

Response (0)

John Doe

Login untuk berkomentar

Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.

No comments yet. Be the first to comment!