Babak Ketiga Asian Individual Chess Championship 2025: Strategi Jitu, Indonesia Masih Perkasa!
Ludus01

LUDUS - Langkah ke-7 jadi titik genting. Bukan karena posisi di papan catur membahayakan, melainkan karena jam lawan terus berdetak—dan mendadak berhenti selama 40 menit. GM Susanto Megaranto, grandmaster Indonesia yang kini jadi andalan, memilih varian langka dalam pembukaan Sicilia c3 kala menghadapi GM Abhimanyu Puranik (2624) asal India, Jumat (9/5) malam di babak ketiga Asian Individual Chess Championship 2025 di Al Ain, Uni Emirat Arab.

GM Susanto Megaranto menahan remis GM Abhimanyu Puranik dari India yang memiliki rating 2630 (Foto: Percasi)
“Saya memang sengaja masuk ke jalur yang tak umum. Persiapan saya masuk. Di langkah ke-7 saja dia sudah mikir 40 menit,” cerita Susanto. Buah hitam di tangannya tak membuat gentar. Justru jadi senjata untuk mengejutkan lawan yang unggul hampir 150 poin rating.
Pertarungan di meja 11 itu berlangsung selama tiga jam. Ketegangan mencapai puncaknya ketika Puranik nyaris kehabisan waktu—pada langkah ke-39, jam caturnya hanya menyisakan dua detik. Tapi langkah 39…Me2 yang dilahirkannya cukup kuat untuk menyelamatkan posisi.
Dengan tenang, Susanto berujar demikian:
“Saya terima tawaran remisnya karena tinggal satu langkah lagi, dan setelah itu dia dapat tambahan waktu 30 menit. Dalam posisi seperti itu, GM dengan rating 2600-an jarang bikin kesalahan.”
Hasil remis itu menambah pundi-pundi Susanto menjadi dua poin dari tiga babak—hasil dari satu kemenangan dan dua kali remis. Itu cukup untuk tetap berada di rombongan teratas klasemen sementara, dan yang terpenting, tetap membuka peluang merebut salah satu dari 10 tiket Piala Dunia Catur 2025 yang diperebutkan di sektor putra
Baca Juga: Asian Individual Chess Championship (AICC) 2025: Saat Raksasa Tumbang dan Remis Jadi Strategi

GM Novendra Priasmoro berhasil bangkit mengalahkan CM Miraziz Matyakubov dari Uzbekistan yang mengirim 15 pecatur putra (Foto: Percasi)
Susanto tidak sendiri. Dua pecatur Indonesia lain juga mengantongi dua poin: IM Farid Firman Syah (2369) yang menahan remis IM Al Muthaiah (2487) dari Uzbekistan, dan GM Novendra Priasmoro (2437) yang menang atas CM Miraziz Matyakubov (2272), juga dari Uzbekistan.
Tiga pecatur putra lainnya berada sedikit di bawah: masing-masing mengantongi 1,5 poin. IM Gilbert Elroy Tarigan (2415) harus puas remis melawan GM Subramaniyam Bharath (2556) meski unggul dua bidak; IM Aditya Bagus Arfan (2402) meraih kemenangan atas CM Isaak Huh (2087) dari Korea Selatan; dan IM Azarya Jodi Setyaki (2364) bermain imbang melawan IM Artem Pingin (2464) dari Rusia.

Dewi AA Citra mengalahkan WIM Marie Antoinette San Diego dari Filipina berkat penguasaannya yang mendalam terhadap pembukaan London System (Foto: Percasi)
Di bagian putri, Indonesia juga menampilkan konsistensi. Dua nama mengoleksi dua poin: WGM Dewi AA Citra (2202) yang meraih kemenangan atas WIM Marie Antoinette San Diego (1973) dari Filipina lewat pemahaman mendalam atas sistem London; serta WIM Chelsie Monica Sihite (2239) yang berhasil menahan remis WGM Janelle May Frayna (2314), pecatur utama Filipina.
Sementara itu, dua wakil putri lainnya baru mengumpulkan 1,5 poin. IM Medina Warda Aulia (2377), unggulan utama tim Indonesia, kalah dari WGM Liya Kurmangaliyeva (2246) dari Kazakhstan dalam laga mengejutkan. “Lawan bahkan tak sadar kalau dua langkah lagi bisa kena skakmat,” terang seorang pelatih tim. Di sisi lain, WIM Ummi Fisabilillah (2125) menang atas Liliya Belaya (1769) dari Uzbekistan.
WIM Laysa Latifah (2262) masih tertahan di satu poin setelah ditaklukkan WGM Swati Ghate (2035) dari India.
Baca Juga: Langkah Meyakinkan Indonesia di Awal Asian Individual Chess Championship 2025

Bersama Manajer Tim Kristianus Liem, WIM Chelsie Monica Sihite usai berhasil menahan remis WGM Janelle May Frayna, pecatur utama Filipina (Foto: Percasi)
Pertarungan belum usai. Sabtu (10/5), babak keempat akan dimulai pukul 10 pagi waktu Al Ain atau pukul 13.00 WIB. Dan di sore harinya, pada pukul 17.00, akan dilangsungkan pertandingan Catur Kilat yang juga akan diikuti oleh seluruh 11 pecatur Indonesia—ujian intensitas tinggi yang bisa menjadi pelepas ketegangan sekaligus medan uji konsentrasi.
Jalan masih panjang, tapi para pecatur Indonesia belum tersingkir dari peta. Di antara strategi yang matang, waktu yang berdetik cepat, dan langkah-langkah tak terduga, peluang masih terbuka—seluas papan catur yang kini jadi medan perjuangan.
APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
John Doe
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!