140 Ribu Jiwa di Bawah Terik Mandalika: Penyelenggaraan Terbaik Pertamina Grand Prix of Indonesia 2025 dan Gaung Ekonomi yang Menggema

Ludus01

Foto/Dok.Kemenpora

LUDUS - Matahari Mandalika masih menyengat ketika panas dari lintasan naik seperti uap dari bumi yang bergolak. Dari tribun, sorak-sorai 140.324 penonton terdengar seperti ombak yang datang silih berganti, menghantam tembok beton sirkuit yang berkilau di bawah langit Lombok. Di balik teriknya panas dan dentuman mesin, ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar balapan: ada kerja kolektif, ada harapan, dan ada kebanggaan yang menempel erat di dada setiap orang yang datang.

Foto/Dok.Kemenpora

Foto/Dok.Kemenpora

Sejak pertama kali digelar pada 2022, belum pernah Mandalika disesaki sebanyak ini. Tahun lalu, angka penonton hanya 121.252 orang. Dua tahun silam, 103.000. Kenaikan 15,73 persen itu bukan sekadar statistik; ia adalah tanda gairah publik yang kian tumbuh, dan bukti bahwa sirkuit di tepi Samudra Hindia itu telah menjelma magnet sportstainment dunia.

Erick Thohir, Menteri Pemuda dan Olahraga, berdiri di tepi podium ketika suara mesin terakhir mereda. Ia tampak puas. “Luar biasa! Pecah rekor lebih dari 140 ribu orang yang menonton, ini adalah prestasi,” katanya. Suaranya sedikit tertelan riuh sorak penonton. “Kami melihat pemerintah, industri, Kementerian Pariwisata, dan pemerintah daerah solid bekerja bersama. Ini bukan hanya event olahraga, tapi bagian penting dari promosi Indonesia.”
Foto/Dok.Kemenpora

Foto/Dok.Kemenpora

Erick berbicara dengan nada yakin. Di ujung kalimatnya tersirat impian yang lebih besar. “Kalau kita bisa berhasil bangun Nusa Dua, pasti juga bisa berhasil di sini,” ujarnya, menyinggung Lombok yang kini menatap masa depan pariwisata seperti Bali di masa silam.

Di balik layar, PT Aviasi Pariwisata Indonesia (InJourney) bersama InJourney Tourism Development Corporation (ITDC) dan Mandalika Grand Prix Association (MGPA) bekerja sepanjang tahun memastikan perhelatan ini mencapai mutu terbaiknya. Tahun 2025 menjadi titik kulminasi: kesiapan teknis meningkat, layanan penonton membaik, dan infrastruktur makin matang.

Foto/Dok.Kemenpora

Foto/Dok.Kemenpora

Maya Watono, Direktur Utama InJourney, menyebut ajang ini bukan sekadar pesta mesin, tapi juga alat penting nation branding. “Kami berkomitmen menjadikan Pertamina Grand Prix of Indonesia instrumen strategis yang menempatkan Indonesia dalam peta pariwisata dan olahraga dunia,” katanya. Ia menambahkan, efek gandanya terasa nyata: okupansi hotel 100 persen, tambahan penerbangan yang habis terjual, dan antusiasme wisatawan yang terus naik dari tahun ke tahun.

Dan benar, angka-angka itu berbicara. Selama akhir pekan balapan, hotel-hotel di kawasan The Mandalika terisi penuh. Di Pulau Lombok, tingkat hunian mencapai rata-rata 93 persen, dengan Kota Mataram di angka 90 persen. Dari penginapan di pinggir pantai hingga rumah-rumah warga yang disulap jadi homestay, semua menampung para tamu yang datang dari Jakarta, Surabaya, hingga Kuala Lumpur dan Tokyo.

Peningkatan itu membawa dampak ekonomi yang terasa sampai ke pelosok. Dinas Pariwisata NTB mencatat lonjakan besar dalam transportasi udara: 44 penerbangan tambahan menuju Lombok, Garuda Indonesia menambah 18 penerbangan, Citilink 10, AirAsia 8, Pelita Air 2, dan Wings Air 6. Setiap mendarat, pesawat-pesawat itu membawa cerita baru: wisatawan, pembalap, teknisi, dan pencinta MotoGP yang datang menyaksikan Mandalika bersinar.

Foto/Dok.Kemenpora

Foto/Dok.Kemenpora

Lebih dari dua ribu orang, tepatnya 2.073 pekerja lokal, terlibat langsung dalam penyelenggaraan. Mereka menjadi panitia, petugas keamanan, staf logistik, hingga penjaja makanan di luar arena. Di sepanjang jalan menuju sirkuit, ibu-ibu menjajakan sate rembiga dan ayam taliwang, sementara anak-anak muda menjual suvenir bertuliskan “Mandalika 2025”.

Di dalam arena, aroma bensin dan adrenalin berpadu dengan denting gamelan Sasak yang mengiringi pembukaan. Penonton menyambut pembalap dengan atraksi budaya, kuliner khas, dan pameran kerajinan lokal. Tidak ada yang dilewatkan; semuanya dirancang agar dunia mengenal Lombok tidak hanya karena tikungan cepatnya, tapi juga karena jiwanya.

Foto/Dok.Kemenpora

Foto/Dok.Kemenpora

“Ajang ini adalah momentum untuk menampilkan kekayaan budaya dan kearifan lokal,” ujar Maya Watono lagi. Ia ingin The Mandalika tak hanya dikenal sebagai sirkuit, melainkan sebagai The Ultimate Lifestyle Sportstainment Destination, tempat olahraga, pariwisata, dan budaya bertemu dalam harmoni yang menguntungkan masyarakat lokal.

Troy Warokka, Chairman Pertamina Grand Prix of Indonesia 2025, menyebut tahun ini sebagai penyelenggaraan yang paling berkesan. “Bukan hanya karena jumlah penonton tinggi,” ujarnya, “tapi karena beragam program kolaborasi ESG bersama ITDC dan Dorna Sports, yang mengangkat seni dan budaya Indonesia. Sinergi ini memberi dampak sosial, budaya, dan ekonomi yang positif bagi masyarakat.”

Dan tentu saja, puncak dari semua kegembiraan itu adalah balapan hari terakhir. Di bawah terik 5 Oktober 2025, ribuan orang berdiri di tribun ketika bendera start dikibarkan. Fermin Aldeguer dari BK8 Gresini Racing MotoGP tampil nyaris sempurna, melesat cepat, memimpin sejak awal, dan akhirnya mengibarkan bendera kemenangan. Pedro Acosta dari Red Bull KTM Factory Racing menempel di posisi kedua, sementara Alex Marquez, rekan satu tim Aldeguer, melengkapi podium ketiga.

Foto/Dok.Kemenpora

Foto/Dok.Kemenpora

Marc Marquez, juara dunia 2025, justru terjatuh di lap pertama. Mandalika, seolah tak pernah bersahabat dengan sang legenda. Ia berjalan gontai meninggalkan lintasan, sementara Aldeguer menegakkan trofi di bawah langit Lombok yang merah keemasan.

Di kelas Moto3, J. Rueda dari Red Bull KTM Ajo memastikan diri sebagai juara dunia Moto3 2025 setelah meraih podium utama. L. Lunetta dari SIC58 Squadra Corse finis kedua, dan G. Pini dari LIQUI MOLY Dynavolt Intact GP berada di posisi ketiga. Sedangkan di Moto2, D. Moreira dari Italtrans Racing Team tampil dominan, diikuti M. Gonzalez dari LIQUI MOLY Dynavolt Intact GP dan I. Guevara dari BLU CRU Pramac Yamaha Moto2.

Trofi diserahkan langsung oleh Erick Thohir, yang berdiri di podium bersama para juara, senyum tak lepas dari wajahnya.

Foto/Dok.Kemenpora

Foto/Dok.Kemenpora

Ketika kerumunan mulai bubar, ekonomi Mandalika terus berdenyut. Hotel-hotel masih penuh, restoran tak berhenti melayani pelanggan, dan pedagang lokal menghitung keuntungan yang tak pernah sebesar ini. Di banyak tempat, warga menyebutnya “minggu ajaib”, masa ketika Mandalika menjadi pusat dunia.

Di balik layar, Troy Warokka menyampaikan terima kasih kepada semua sponsor dan mitra yang membuat perhelatan ini mungkin: Kemenpora, Pertamina, BRI, Mandiri, BNI, Telkom, Telkomsel, BTN, BSI, AHM Honda, Narmada, Hydro Coco, HCF, Coca Cola, Kahf, Extra Joss, Hokben, dan Red Bull. “Kolaborasi ini memperkuat posisi Indonesia di panggung pariwisata global,” ujarnya. “Dari Mandalika, untuk Indonesia dan dunia.”

Foto/Dok.Kemenpora

Foto/Dok.Kemenpora

Dan kemarin, di Lombok yang mulai sepi, suara motor terakhir sudah lama padam. Tapi gema sorak 140 ribu penonton masih terasa menggantung di udara. Bagi Lombok, bagi Indonesia, Mandalika bukan sekadar lintasan balap, ia adalah panggung harapan yang terus menyala.

Silakan kunjungi LUDUS Store untuk mendapatkan berbagai perlengkapan olahraga beladiri berkualitas dari sejumlah brand ternama.

Anda juga bisa mengunjungi media sosial dan market place LUDUS Store di Shopee (Ludus Store), Tokopedia (Ludus Store), TikTok (ludusstoreofficial), dan Instagram (@ludusstoreofficial).

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?

MULAI BAGIKAN

Response (0)

Login untuk berkomentar

Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.

No comments yet. Be the first to comment!