Empat Perunggu dari Arena Asian Youth Games Bahrain 2025: Anak-Anak MMA Indonesia dan Api yang Belum Padam
Ludus01


LUDUS - Di panggung panas Exhibition World Bahrain, tubuh-tubuh muda itu bertarung bukan hanya dengan lawan, tapi juga dengan dirinya sendiri. Napas mereka tersengal di balik headguard, jantung berdegup bersaing dengan dentum musik yang mengiringi tiap babak. Dari enam petarung muda yang dikirim Indonesia ke Asian Youth Games Bahrain 2025, empat di antaranya pulang membawa perunggu, warna yang di mata mereka masih menyimpan sedikit kecewa, tapi di mata bangsa, tetap menyala bagai bara kecil yang menjanjikan masa depan.

Foto/NOC Indonesia/Naif Muhammad Al As
Empat nama itu kini diingat dengan rasa bangga dan haru: Gibran Alfarizi di kelas Boys 65kg Traditional, Bumi Magani Abraar Himara di Boys 55kg Modern, Manayra Maritza Siagian di Girls 45kg Modern, dan Satria Eka Suryo Basroni di Boys 60kg Traditional. Mereka adalah wajah-wajah baru cabang Mixed Martial Arts Indonesia, disiplin yang baru menapak tapi sudah memberi isyarat: bahwa dari sudut-sudut sasana kecil di tanah air, api keberanian itu terus tumbuh.

Foto/NOC Indonesia/Naif Muhammad Al As
Satria Eka Suryo Basroni masih menunduk lama setelah pertarungannya usai. Ia baru saja kalah dari Amirmohammad Hatamianafshari, petarung Iran yang unggul lewat unanimous decision di semifinal. Padahal, peluang emas begitu dekat.
“Senang dan bangga bisa mempersembahkan medali untuk Indonesia, tapi jujur saya agak kecewa. Saya melakukan blunder di semifinal,” katanya, seperti berbicara lebih kepada dirinya sendiri. Di matanya masih tersisa bayangan setiap pukulan yang terlambat diantisipasi, setiap peluang yang hilang sepersekian detik.

Foto/NOC Indonesia/Naif Muhammad Al As
Di sisi lain arena, Gibran Alfarizi menumbangkan Mahyar Shafaeiabandansari dari Iran lewat unanimous decision di perempat final, namun kemudian kalah dari Sultanakhmed Sultanakhmedov, wakil tuan rumah Bahrain. Ia tahu di mana kesalahannya. “Dalam pertandingan pasti ada menang dan kalah. Kami akan terus evaluasi, mencari kekurangan, dan memperbaikinya,” katanya, lalu menambahkan dengan nada lebih tegas, “Setelah menonton kembali rekaman pertandingan, saya sadar harus lebih aktif dan dominan. Target kami jelas: menaikkan Merah Putih di puncak dunia.”

Tak kalah berani, Bumi Magani Abraar Himara menorehkan kemenangan submission atas Keosomnang Ry dari Kamboja di babak 16 besar, lalu mengalahkan Zhaiyk Tulugenov dari Kazakhstan di perempat final. Namun langkahnya terhenti di semifinal setelah kalah unanimous decision dari Faiziddin Khalilov asal Tajikistan. Meski gagal melangkah ke final, gaya bertarung Bumi yang agresif dan penuh variasi membuat namanya banyak dibicarakan di kalangan pelatih asing.

Foto/NOC Indonesia/Naif Muhammad Al As
Manayra Maritza Siagian, satu-satunya wakil putri yang berhasil merebut medali, juga mencatat perjalanan tak kalah mengesankan. Ia mengalahkan Aylin Abbaznezhad dari Iran dengan majority decision di perempat final, sebelum kalah tipis dari Nakananthapon Khaihong dari Thailand di semifinal. Di usianya yang masih belasan tahun, keberanian Manayra berdiri di tengah sorakan ribuan penonton Bahrain menjadi simbol baru bahwa MMA bukan lagi wilayah eksklusif laki-laki.
Dua nama lain, Fachriza Satria Sampora (Boys 50kg Modern) dan Rangga Dika Mahendra (Boys 60kg Modern), tak berhasil naik podium. Tapi mereka tidak kalah dalam semangat. Fachriza kalah dari Mukhammadrasul Kadirdinov asal Kirgistan, sementara Rangga dihentikan Avaz Anvarov dari Uzbekistan di perempat final. Mereka kalah dengan kepala tegak, dan dalam dunia bela diri, itu berarti masih menyala nyalanya.

Foto/NOC Indonesia/Naif Muhammad Al As
Di Bahrain, MMA mempertemukan lima belas nomor berbeda, dengan gaya modern dan traditional saling memperlihatkan akar dan evolusinya. Indonesia memang belum menjadi raksasa di cabang ini, tetapi empat perunggu yang dibawa pulang dari Asian Youth Games 2025 memberi tanda-tanda awal bahwa cabang ini punya masa depan panjang di tanah air. Ada disiplin, ada keberanian, dan ada kesadaran bahwa setiap pukulan di atas ring adalah bentuk kecil dari perjuangan menjadi bangsa yang tak mudah menyerah.

Foto/NOC Indonesia/Naif Muhammad Al As
Empat perunggu itu mungkin belum cukup untuk menyalakan sorak kemenangan, tapi cukup untuk menyalakan harapan. Karena dalam dunia tarung yang keras, kadang bukan pemenang yang paling diingat, melainkan mereka yang terus berdiri, menatap jauh ke depan, dan bersiap untuk kembali bertarung.

Silakan kunjungi LUDUS Store untuk mendapatkan berbagai perlengkapan olahraga beladiri berkualitas dari sejumlah brand ternama.
Anda juga bisa mengunjungi media sosial dan market place LUDUS Store di Shopee (Ludus Store), Tokopedia (Ludus Store), TikTok (ludusstoreofficial), dan Instagram (@ludusstoreofficial).

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!





