Kejuaraan Anggar Asia 2025: Indonesia Gagal Tembus, Jam Terbang Jadi Sorotan

Ludus01

LUDUS - Tak ada medali untuk Merah Putih hingga Sabtu, 21 Juni 2025. Di Kejuaraan Anggar Asia 2025 yang digelar di Bali International Convention Centre, Nusa Dua, 25 atlet anggar Indonesia belum mampu menembus lebih dari babak 64 besar. Mereka bertanding di nomor perseorangan putra dan putri dengan tiga jenis senjata: sabel, floret, dan degen.

Hasil ini menjadi alarm menjelang SEA Games Thailand, Desember mendatang. Bukan sekadar soal teknik, kata Lucky Ramadhan, mantan atlet nasional yang kini menjabat Wakil Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PB Ikasi. Masalah utamanya adalah pengalaman bertanding. “Obatnya hanya menambah jam terbang,” ujarnya.

Menurut Lucky, seorang atlet idealnya menjalani 10 hingga 15 pertandingan dalam setahun. Angka itu bukan sembarang target. Dalam satu musim, seorang fencer seharusnya melakukan setidaknya 1.400 tusukan untuk mencapai ritme kompetitif.

“Kalau satu pertandingan menghasilkan 100 sampai 150 tusukan, maka paling tidak butuh 15 pertandingan untuk sampai di level itu,” jelasnya.

India menjadi contoh transformasi. Beberapa tahun lalu, mereka berada di posisi bawah dalam peta anggar dunia. Kini, posisi mereka merangkak ke papan tengah. Kuncinya satu: konsistensi ikut kompetisi. “India rutin bertanding, baik di tingkat Asia maupun dunia. Itu yang mengangkat peringkat mereka,” kata Lucky.

Singapura mengikuti pola serupa. Negara kecil itu tampil menggigit di Bali: satu medali perak dan dua perunggu mereka kantongi. Juliet Jie Min Heng menyabet perak dari nomor sabel perseorangan putri. Kiria Tikanah meraih perunggu di nomor degen perseorangan putri. Tambahan satu perunggu lagi datang dari tim floret beregu putri, yang diperkuat Amita Berthier, Kemei Cheung, Stephanie Tingyi Lee, dan Maxine Jie Xin Wong.

“Singapura tidak pernah absen dalam kejuaraan-kejuaraan internasional. Itu yang membuat mereka bisa tampil kompetitif dan konsisten,” ujar Lucky.

Dari pencapaian itu, Lucky menilai Indonesia masih punya peluang untuk mengejar ketertinggalan, asal langkah perbaikan segera dilakukan. “Masih ada waktu untuk evaluasi. Atlet-atlet terbaik dari Kejuaraan Asia ini bisa dikirim ke training camp dan uji tanding ke luar negeri,” katanya.

Target emas di SEA Games Thailand 2025, kata Lucky, bukan mustahil jika strategi itu diterapkan sejak sekarang. Namun waktu tak banyak. Perlu keputusan cepat dan komitmen untuk mendongkrak jam terbang para atlet. (*)

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?

MULAI BAGIKAN

Response (0)

John Doe

Login untuk berkomentar

Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.

No comments yet. Be the first to comment!