Mengapa Kita Ikut Tertawa Saat Mendengar Tawa Shania atau Soimah? Ilmu Saraf dan Para Juara Punya Jawabannya, Resep Sehat Paling Murah
Ludus 1

Kadang, obat terbaik bukan herbal, bukan pil, bukan terapi mahal. Kadang, ia cuma… tawa yang lepas dari dada.

Tawa Shania Amelia menjadi backsound video lucu atau meme di TikTok (Foto: Istimewa)
LUDUS – Pernahkah kamu sedang scroll TikTok, lalu tanpa sengaja mendengar suara tawa seseorang—dan kamu malah ikut cekikikan tanpa tahu sebabnya? Bisa jadi, itu tawa Shani Amelia. Influencer dengan 1,4 juta pengikut di Instagram dan 3,6 juta di TikTok ini bukan cuma dikenal karena kontennya yang absurd dan ekspresif, tapi juga karena tawanya yang khas, pecah, dan menular.
Tak sedikit pengguna TikTok yang menjadikan tawa Shani sebagai backsound video lucu atau meme. Ajaibnya, meski kita tak tahu apa yang sedang ia tertawakan, kita tetap ikut tertawa. Tawa itu seperti virus baik yang menulari siapa pun yang mendengarnya.
Baca Juga: Begadang Tetap Fit: Ilusi atau Strategi? Setelah Begadang, Wajib Melakukan Ini

Tawa Soimah yang melengkin tinggi menjadi ciri khasnya dan berkarakter di panggung hiburan (Foto: Instagram Soimah)
Fenomena ini bukan milik Shani saja. Jauh sebelum TikTok setenar sekarang, Soimah—penyanyi, pelawak, sekaligus seniman asal Yogyakarta—juga dikenal punya tawa yang “ngakak” melengking dan berkarakter. Tawa Soimah bahkan digunakan jutaan kali di TikTok sebagai latar suara untuk video parodi, impersonasi emak-emak, hingga kompilasi kocak kehidupan sehari-hari.
Lantas, apa sebenarnya yang terjadi di otak kita saat mendengar orang lain tertawa? Dan lebih jauh lagi: mengapa tawa bisa bikin kita bahagia—dan bahkan, menang?
Tapi Aku Lagi Banyak Masalah. Gimana Mau Ketawa?
Ini mungkin pertanyaan paling manusiawi. Dan jawabannya justru ditemukan dalam tawa itu sendiri.
Shani Amelia tidak selalu tertawa karena sesuatu yang luar biasa lucu. Kadang ia tertawa karena hal-hal receh, atau bahkan karena ia tahu tawa itu sendiri bisa menyelamatkan mood-nya. Di TikTok, banyak komentar datang dari orang-orang yang mengaku hari mereka terasa lebih baik hanya karena mendengar tawa Shani. Efeknya bukan cuma psikologis, tapi biologis.
Baca Juga: Jalan 10.000 Langkah Sehari, Tubuh Lebih Enteng, Mental Lebih Stabil, Ini Rahasianya!
Soimah pun dikenal bisa tertawa di tengah topik yang getir. Ia sering mengatakan dalam berbagai acara bahwa tertawa itu bukan bentuk pengabaian, tapi cara bertahan hidup. Dan secara ilmiah, itu ada benarnya: sistem saraf kita bekerja jauh lebih stabil ketika kita bisa menemukan momen jeda—termasuk lewat tawa.
Tips Menyisipkan Tawa dalam Hari-Hari Biasa
- Tonton ulang video Shani Amelia atau Soimah
Bahkan jika kamu sedang tidak mood—biarkan tawanya bekerja dulu. Otak kita sering tertawa sebagai respons otomatis, bukan hasil analisis logis. - Simpan daftar tontonan lucu pribadi
Bisa dari akun TikTok, YouTube, atau film komedi kesukaanmu. Otak butuh jeda hiburan yang tak terlalu menuntut. - Tertawa palsu = trik nyata
Studi dalam Psychological Reports menyebutkan bahwa tertawa palsu tetap memicu respons fisiologis yang sama seperti tawa asli. Dalam 1–2 menit, sering kali otak ikut percaya bahwa kita benar-benar bahagia. - Ngobrol dengan orang yang receh
Teman yang konyol kadang lebih menyembuhkan dari terapi mahal.
Tawa, Bentuk Mindfulness Paling Merakyat
Saat kita tertawa, kita berhenti memikirkan masa lalu, menunda kekhawatiran masa depan, dan hadir di detik itu saja. Tawa adalah bentuk kehadiran penuh yang tidak menggurui, tidak menghakimi, hanya… melepaskan.
“Tertawa adalah matahari yang mengusir musim dingin dari wajah manusia.”
– Victor Hugo

Menurut Dr. Shopie Scott, tawa bukan hanya reaksi emosional, tapi juga sosial (Foto: Eddo Soeprapto)
Apa yang Terjadi di Otak Saat Kita Tertawa?
Menariknya, ilmuwan menemukan bahwa tawa bukan hanya ekspresi spontan, tapi proses neurologis yang kompleks. Salah satu tokoh utama dalam riset ini adalah Dr. Sophie Scott, profesor neurosains dari University College London (UCL). Ia telah meneliti tawa selama lebih dari dua dekade dan menemukan bahwa tertawa mengaktifkan berbagai bagian otak sekaligus.
Dalam presentasinya di TED Talk berjudul Why We Laugh, Sophie menjelaskan bahwa tawa melibatkan:
- Tertawa melibatkan sistem limbik (termasuk amigdala dan hipokampus), yang memproses emosi.
- Juga mengaktifkan korteks prefrontal, bagian otak yang bertugas untuk memahami konteks sosial dan niat.
- Bahkan, tawa “menular” karena memicu sistem mirror neuron—itulah sebabnya kita bisa ikut tertawa hanya dengan mendengar suara orang lain tertawa.
“Tawa bukan hanya reaksi emosional, tapi juga sosial,” ujarnya dalam TED Talk-nya.
Uniknya, saat kita mendengar tawa, mirror neuron system di otak kita juga ikut aktif. Ini adalah sistem saraf yang membuat kita cenderung meniru ekspresi atau emosi orang lain secara tak sadar. Maka, ketika kita mendengar tawa Shani atau Soimah, otak kita “menangkap sinyal sosial” dan memicu respons serupa: kita ikut tertawa.
Baca Juga: 6 Buah yang Bisa Meredakan Asam Lambung, Nomor 3 Paling Mujarab!
“Tawa adalah bentuk komunikasi sosial tertua manusia. Kita lebih sering tertawa karena kehadiran orang lain, bukan semata karena lelucon,” ujar Sophie lagi dalam wawancara dengan BBC.

Orang yang sering tertawa punya aliran darah yang lebih baik dan risiko penyakit jantung lebih rendah (Foto: Ist)
Tawa yang Tampaknya Ringan, Tapi Efeknya Serius
Di luar aspek sosial, tertawa juga terbukti memberikan manfaat kesehatan yang nyata. Berikut beberapa temuan menarik dari dunia medis:
- Menurunkan stres dan cemas
Studi dari Loma Linda University menemukan bahwa menonton video lucu selama 20 menit cukup untuk menurunkan kadar hormon stres (kortisol) dan meningkatkan hormon kebahagiaan seperti endorfin. - Meningkatkan daya tahan tubuh
Dr. Lee Berk, peneliti di bidang imunologi, menyatakan bahwa tertawa bisa meningkatkan produksi natural killer cells—sel imun yang membantu melawan virus dan bahkan sel kanker. - Menyehatkan jantung
Penelitian dari University of Maryland menunjukkan bahwa orang yang sering tertawa punya aliran darah yang lebih baik dan risiko penyakit jantung lebih rendah. - Membantu tidur lebih nyenyak
Efek relaksasi dari tertawa membantu mengendurkan otot, menurunkan ketegangan, dan mempersiapkan tubuh untuk tidur.

Senyum dan tawa Apriyani Rahayu bersama Greysia Polii seperti jeda kecil yang meredakan tekanan di lapangan hingga sampai podium emas (Foto: Istimewa)
Atlet-Atlet yang Menang dengan Tawa
Tawa ternyata bukan hanya milik para komedian, influencer, atau selebritas dunia maya. Di arena olahraga pun, tawa hadir sebagai elemen yang tak kalah penting. Apriyani Rahayu, misalnya, dikenal bukan hanya karena smash kerasnya yang menghantam lawan, tetapi juga karena kebiasaannya tertawa bersama Greysia Polii, bahkan di tengah pertandingan Olimpiade Tokyo 2020 yang menegangkan. Di balik setiap servis dan reli panjang, senyum dan tawa mereka seperti jeda kecil yang meredakan tekanan—dan justru itulah yang membuat mereka tak goyah sampai podium emas.
Begitu pula dengan I Gede Siman Sudartawa, sang perenang nasional yang kini juga menjajal olahraga padel. Dalam beberapa kesempatan, ia mengakui bahwa menjaga hati tetap ringan dan suasana tim yang penuh canda, membuatnya tampil lebih tajam di lintasan. Tawa, bagi Siman, adalah bentuk disiplin emosional: cara untuk menjaga diri tetap lentur, tak terpaku pada beban target.
Baca Juga: Ngantuk di Jam Kerja? Ini Cara Cerdas Mengusirnya!

Tawa, bagi Siman Sudartawa, adalah bentuk disiplin emosional: cara untuk menjaga diri tetap lentur, tak terpaku pada beban target (Foto: ludus.id)
Ilmu Saraf Menjelaskan Kemenangan yang Ceria. Menurut Dr. Sophie Scott, tertawa bisa:
- Menurunkan hormon stres seperti kortisol,
- Meningkatkan endorfin dan dopamin, hormon yang memperbaiki mood dan motivasi,
- Mengaktifkan korteks prefrontal, bagian otak yang berperan dalam strategi dan pengambilan keputusan cepat.
Artinya, tertawa bukan hanya menyehatkan, tapi juga bisa meningkatkan performa kognitif dan fisik. Atlet yang bisa tertawa di tengah tekanan, bisa jadi lebih stabil, fokus, dan intuitif. Ini bukan soal cuek, tapi soal penguasaan diri dalam bentuk yang paling santai.
Baca Juga: Segelas Air Putih, Seribu Manfaat, Murah, Bisa Selamatkan Hidup. Ini Fakta Ilmiahnya!

Di balik tawa ada sebab ilmiah, dan bahkan, kemenangan (Foto: NOC Indonesia)
Tawa Shani dan Soimah mungkin membuat kita tertawa tanpa sebab. Tapi di balik tawa ada sebab ilmiah, dan bahkan, kemenangan. Tertawa membuat tubuh dan otak kita bekerja lebih seimbang. Ia memperkuat imun, menajamkan refleks, dan mempererat ikatan sosial. Ia membuat kita lebih manusiawi, lebih tahan banting, dan lebih siap menghadapi dunia yang seringkali terlalu serius.
Mungkin karena itulah, banyak pemenang yang tampak ringan, tapi sebenarnya mereka sangat kuat. Karena mereka tahu satu rahasia kecil: tertawa adalah cara tubuh menyiapkan diri untuk menang.
Tertawa itu bukan tanda kamu tidak serius menjalani hidup. Ia adalah pengingat bahwa di sela-sela beratnya hidup, masih ada ruang ringan yang bisa kita rebut kembali—walau cuma sebentar.
Kalau hari ini terasa padat dan kepala serasa meledak, mungkin kamu tak butuh kopi tambahan atau sesi meditasi panjang. Cukup buka video tawa Shani atau Soimah. Biarkan tubuhmu mengingat bahwa kamu manusia—dan kamu berhak untuk tertawa. (Dari Bergai Sumber)
APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
John Doe
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!