
"Ketika semua orang mencari cara tercepat naik, aku memilih langkah-langkah kecil yang menguatkan."
— David Foster —

Hidupnya sebagai orang dewasa, David Foster hanya naik lift sebanyak lima kali (Foto: Instagram/@davidfoster)
LUDUS - David Foster, maestro musik dunia peraih 16 Grammy Awards, dikenal dengan karyanya yang megah dan elegan. Tapi ada satu hal yang membuatnya sangat manusiawi—ia takut naik lift. Bukan sedikit takut, tapi benar-benar menghindari.
Dalam wawancara dengan The Wall Street Journal, Foster mengungkapkan bahwa selama hidupnya sebagai orang dewasa, ia hanya naik lift sebanyak lima kali. Tiga di antaranya karena harus operasi di rumah sakit. Dua lainnya karena benar-benar terpaksa. Salah satunya? Ketika ia sedang bekerja dengan Luciano Pavarotti dan Celine Dion di lantai 20 sebuah gedung New York.
Foster menolak naik lift. Tapi Pavarotti—tenor legendaris Italia yang juga tak kenal kompromi—menarik Foster masuk ke lift, memangkunya, lalu menyanyikan Ave Maria sepanjang perjalanan turun.
Momen itu mungkin sakral. Tapi juga lucu, dan penuh pelajaran: bahkan ketakutan bisa membuat seseorang lebih sehat. Karena untuk menghindari lift, David Foster rela naik ratusan anak tangga, termasuk menaklukkan 65 lantai Marina Bay Sands Singapura.
Jangan buru-buru menganggap ini berlebihan. Justru dari ketakutannya itu, kita bisa belajar satu hal penting: tangga gedung, yang sering kita anggap jalan darurat saat kebakaran atau drill evakuasi, ternyata bisa jadi jalan sehari-hari menuju tubuh yang lebih sehat.
Di kantor, tangga sering diposisikan sebagai plan B. Disimpan di pojok lorong, digelapkan lampunya, dan dikasih plang “Emergency Exit” seolah-olah ia hanya muncul saat kiamat mendekat. Padahal, ia bisa jadi personal trainer diam-diam yang setia menemani kita, setiap hari.

Naik tangga itu seperti punya alat fitness pribadi, gratis, tanpa perlu langganan bulanan (Foto: Ist)
Naik tangga itu seperti punya alat fitness pribadi, gratis, tanpa perlu langganan bulanan. Dalam 10 menit saja, kita bisa membakar sekitar 70-90 kalori. Cukup naik 3 lantai setiap hari, itu sudah seperti treadmill level pemula—tanpa drama rebutan alat di gym.
Dan yang paling menyenangkan? Kita bisa berkeringat sedikit tanpa dicurigai sedang diet. Katakan saja ke teman kantor, “Tadi liftnya lama banget sih!” Padahal kamu sedang menjalani misi rahasia: Operasi Paha Kencang 2025.
Dan jangan salah, naik tangga itu bukan cuma buat otot kaki. Jantung kita juga ikut dilatih agar lebih kuat. Ini semacam HIIT (High Intensity Interval Training), tapi versi koridor kantor. Detak jantung naik, sirkulasi darah lancar, dan hormon endorfin mulai berdansa—alias kita jadi lebih ceria.
Coba saja. Pernah nggak merasa lebih “segar” setelah naik tangga dibanding habis duduk menunggu lift sambil mantengin notifikasi grup kantor yang isinya cuma stiker?

Lift Itu Nyaman. Tapi Tangga yang Menyelamatkan
Setiap pagi kita dihadapkan pada duel kecil yang tak pernah diumumkan secara resmi: naik lift atau naik tangga? Pilihan ini menentukan nasib jantung, paha, dan mood kita seharian.
Lift memang cepat, adem, dan penuh orang yang sibuk layar hp. Tapi terlalu sering naik lift itu seperti terlalu sering pakai kendaraan jarak dekat: nyaman, tapi diam-diam membuat otot-otot kita pensiun dini.
Tangga? Dia lebih menantang. Tapi justru di sanalah letak berkahnya. Dalam 10 menit naik tangga, bisa membakar hingga 90 kalori. Setara dengan dua keping biskuit cokelat yang biasa diambil di pantry pakai alasan “biar nggak ngantuk.”

Tangga tidak akan membawamu ke tujuan dengan cepat, tapi dia akan menguatkan langkahmu (Foto: Ist)
Manfaat Naik Tangga: Gratis Tapi Mahal Nilainya
- Membakar Kalori Secara Efisien: Naik tangga membakar dua hingga tiga kali lebih banyak kalori dibanding berjalan di permukaan datar dengan kecepatan sedang. Menurut Harvard Medical School, orang seberat 70 kg bisa membakar sekitar 9 kalori per menit saat naik tangga—jauh lebih tinggi daripada berjalan kaki (4 kalori per menit). Bonusnya? Paha lebih kencang, bokong lebih semangat. Dan tak perlu bayar membership gym. Tangga kantor cukup.
- Melatih Jantung dan Paru-Paru: Setiap anak tangga itu kardio mikro. Studi dari European Journal of Preventive Cardiology menunjukkan bahwa naik tangga secara rutin bisa menurunkan risiko penyakit jantung hingga 20%. Naik tangga juga meningkatkan VO₂ max—indikator seberapa baik tubuhmu mengelola oksigen saat aktivitas. Dalam bahasa kantoran: kamu jadi nggak langsung megap-megap waktu ngejar absen fingerprint.
- Mood Booster Alami: Menurut penelitian dari Journal of Affective Disorders, aktivitas fisik ringan seperti naik tangga dapat memicu pelepasan endorfin dan dopamin—dua bahan kimia bahagia alami dari tubuh kita. Jadi walau datang ke kantor dengan muka kusut dan sisa drama WhatsApp grup semalam, dua lantai tangga bisa jadi detox emosi instan. Eh, tiba-tiba senyum-senyum sendiri kayak baru dikasih kue ulang tahun.
- Membentuk Otot Tanpa Alat Berat: Tangga itu squat alami yang terselubung. Melatih otot betis, paha, bokong, hingga pinggul—tanpa sadar, tanpa pelatih pribadi, dan tanpa harus posting #legday di Instagram. Sebuah studi dari Scandinavian Journal of Medicine & Science in Sports menemukan bahwa partisipan yang naik tangga 2–5 kali sehari selama 8 minggu mengalami peningkatan kekuatan otot tungkai bawah dan penurunan tekanan darah. Serius. Tangga bukan sekadar darurat; dia diam-diam personal trainer.
Cara Seru dan Tidak Menderita Naik Tangga:
- Gunakan musik favorit. Putar playlist penyemangat—lagu rock, dangdut remix, atau instrumental anime. Tiba-tiba kamu merasa seperti karakter utama yang sedang naik level.
- Main tantangan pribadi. “Hari ini aku harus naik ke lantai 4 tanpa berhenti.” Lusa naik ke lantai 6. Minggu depan? Jangan-jangan sudah daftar lomba trail run.
- Ajak rekan kantor. Naik tangga sambil ngobrol bisa jadi sesi bonding. Tapi ingat, jangan terlalu banyak gosip. Kalau keasyikan, malah berhenti di tengah dan nyesel di atas.
- Berikan reward. Setelah naik tangga, boleh ambil snack sehat. Boleh juga selfie dengan caption: Naik 5 lantai demi mental yang waras.

David Foster Bisa, Kamu Juga Bisa
Foster mungkin terpaksa naik tangga karena fobia, tapi hasilnya tetap sama: di usianya yang kini 74 tahun, ia tetap aktif, produktif, dan terlihat bugar—lebih sehat dan lebih kuat dari banyak orang yang tiap hari menyerahkan nasibnya ke lift.
Kita yang tidak punya fobia lift, justru punya kesempatan emas: memilih naik tangga sebagai gaya hidup, bukan karena takut, tapi karena sadar. Sadar bahwa tiap anak tangga yang kita lewati hari ini, bisa jadi alasan kita tidak cepat ngos-ngosan saat lari ke halte, atau saat dikejar deadline (dan hidup).
Tangga tidak butuh token, tidak mogok, dan tidak membuatmu menunggu di depan pintu sambil menatap angka digital. Ia selalu ada, selalu terbuka, dan tak pernah menutup muka di depanmu.
Tangga tidak akan membawamu ke tujuan dengan cepat, tapi dia akan menguatkan langkahmu. Ia tidak memanjakan seperti lift, tapi justru karena itu, dia membentuk kita menjadi manusia kantor yang lebih sehat, lebih kuat, dan lebih... berkeringat dengan elegan.
Jadi, hari ini, sebelum jempolmu refleks menekan tombol "Up", ingatlah satu hal: di ujung lorong itu ada jalan menuju versi terbaik dirimu—satu anak tangga, satu langkah, satu keringat kecil pada satu keputusan sehat.
Naik tangga bukan lagi darurat. Tapi bisa jadi jalan tetap menuju tubuh yang lebih tangguh dan hati yang lebih ringan. Ayo, jalani duel ini. Dan kali ini, biarlah tangga yang menang! (Dari Berbagai Sumber)
APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
John Doe
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!