UKT Taekwondo DKI Jakarta 2025: 300 Peserta, Misi Karakter, dan Dukungan Korea

Ludus01

Dari GOR Armada, semangat sabuk hitam membentang dari Jakarta hingga Seoul, dengan misi membangun generasi berkarakter dan mimpi emas di PON 2028.

LUDUS - Suara kihap! bersahut-sahutan di GOR Markas Komando Armada RI. Bukan deru kapal perang yang menggetarkan ruang itu hari itu, melainkan hentakan kaki dan gemuruh semangat dari sekitar 300 taekwondoin DKI Jakarta yang mengikuti Ujian Kenaikan Tingkat (UKT) Sabuk Hitam Kukkiwon, Sabtu, 27 Juli 2025, yang diselenggarakan oleh Pengurus Provinsi Taekwondo Indonesia (Pengprov TI) DKI Jakarta. Di antara barisan putih seragam dobok yang tertib, ada yang istimewa: hadirnya perwakilan Seoul Taekwondo Association dari Korea Selatan, negara asal seni bela diri yang kini tumbuh subur di Ibu Kota.

“Bangga menjadi taekwondoin DKI Jakarta” seru Ketua Umum Pengprov Taekwondo DKI Jakarta, Mayjen TNI (Mar) Dr. Oni Junianto yang membuka acara. Bukan sekadar formalitas, kehadiran Oni, yang juga dikenal sebagai tokoh bela diri dan perwira tinggi TNI, menandakan bagaimana olahraga ini telah menjelma menjadi medan pembentukan karakter sekaligus jembatan diplomasi.

Hari itu, GOR Armada terasa seperti Seoul dalam versi tropis: rapi, penuh tata krama, dan diselimuti semangat sportivitas. Chairman Seoul Taekwondo Association, Mr. Lee Ja Hyong, tampak sumringah menyaksikan jalannya UKT. Ia tidak hanya hadir, tetapi juga turut mendampingi para peserta ujian, menyaksikan satu per satu jurus dipertunjukkan dalam kesenyapan yang penuh penghormatan.

Lee datang tak sekadar sebagai tamu. Seoul dan Jakarta memiliki hubungan sister city dalam pengembangan taekwondo. Dan hari itu, komitmen diperbarui: pihak Korea akan terus mendampingi pertumbuhan kualitas Taekwondo Jakarta, bahkan bersedia mengirimkan pelatih terbaik mereka untuk mempersiapkan tim DKI menuju PON 2028 di NTT dan NTB.

“Taekwondo Jakarta berkembang luar biasa. Kami senang melihatnya langsung,” ucap Lee. Pernyataan itu bukan basa-basi. Sejak PON Papua 2021 hingga kualifikasi menuju PON Aceh-Sumut 2025, atlet-atlet DKI terus menunjukkan peningkatan prestasi. Sebagian bahkan sudah mulai dilirik sebagai calon unggulan nasional.

Wakil Ketua Umum Pengprov TI DKI Jakarta, Coki Tanjung, hari itu bukan sekadar seremoni. Ia menyebut UKT ini sebagai investasi karakter. “Harapannya, semakin banyak taekwondoin yang meraih sabuk hitam, maka semakin berkembang pula unit-unit latihan baru. Tentu dengan kualitas pelatih yang memenuhi syarat, minimal mereka harus menyandang sabuk hitam. Selain itu, dalam ujian ini juga terdapat materi-materi yang bersifat character building, untuk membentuk kepribadian dan kedisiplinan para atlet sejak dini,” tegasnya.

Lebih dari sekadar naik tingkat, ujian kali ini mengandung materi-materi character building, sebuah warisan tak tertulis dari budaya taekwondo Korea yang menekankan nilai-nilai hormat, kesabaran, dan kedisiplinan.

Di lapangan, tampak para taekwondoin dari remaja hingga dewasa, semuanya mengenakan dobok putih bersih dengan wajah penuh kesungguhan. Ujian sabuk hitam Kukkiwon bukan ujian biasa, ia adalah pencapaian yang diraih lewat latihan bertahun-tahun.

Taekwondo tak lagi sekadar olahraga bela diri. Di DKI Jakarta, ia menjadi semacam bahasa baru untuk pendidikan karakter, ajang pembuktian diri, dan panggung pertukaran budaya global.

Kehadiran Seoul Taekwondo Association hanyalah permulaan dari kerja sama yang lebih besar. Jakarta menyiapkan diri. Bukan hanya untuk meraih emas di PON-PON mendatang, tapi juga membangun generasi yang tangguh, santun, dan berjiwa internasional.

Karena di balik sehelai sabuk hitam yang melingkar di pinggang para taekwondoin itu, tersimpan ikrar yang lantang: untuk terus bertumbuh, tak sekadar kuat secara fisik, tetapi juga utuh sebagai manusia.

Dan dari GOR Armada, suara itu menggemakan pesan yang jauh lebih luas dari sekadar kemenangan: ini tentang disiplin, diplomasi, dan masa depan.

APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?

MULAI BAGIKAN

Response (0)

John Doe

Login untuk berkomentar

Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.

No comments yet. Be the first to comment!