Vanza dan Zulaika Sumbang 6 Medali untuk Indonesia di Para Cycling Cup 2025 Thailand
Ludus01

LUDUS - Di trek balap sepeda Chiang Mai yang terik dan penuh debu tropis, dua pasang atlet Indonesia melaju tanpa melihat. Mereka tak perlu menatap lintasan karena mereka tahu ke mana harus menuju. Yang satu bernama Vanza Miftahul Jannah, yang satu lagi Zulaika. Keduanya berlomba di kategori women blind (WB), kelas bagi atlet tunanetra, dan membawa pulang enam medali untuk Indonesia dari ajang Champion Solutions Para Cycling Cup, 2-4 Agustus 2025.

Foto/NPC Indonesia
Perjalanan mereka bukan sekadar tentang kecepatan atau ketahanan. Ia adalah tentang rasa percaya. Vanza mengayuh sepeda tandem bersama Imelda Tabita Deswari Putri, sang pilot. Di belakangnya, Zulaika dipandu oleh Nadia Septiani. Empat nama ini, dalam keharmonisan gerak dan degup, menyalip batas-batas fisik dan geografi.

Foto/NPC Indonesia
Pasangan Vanza/Imelda tampil gemilang: dua medali emas dari nomor track 1 km time trial WB dan individual pursuit (IP) 4 km WB, serta satu medali perak dari nomor road individual time trial (ITT). Dalam dua nomor emas itu, mereka menumbangkan duet tangguh tuan rumah Thailand: Aitsaraphon Khwaengmueang/Thanaya Jaichuang, nama-nama yang selama ini mendominasi level regional.
Sementara pasangan Zulaika/Nadia tak kalah bersinar. Mereka menyumbangkan satu medali perak dari track 1 km time trial WB, dan dua medali perunggu dari nomor track IP 4 km WB dan road ITT WB. Enam medali dari dua pasangan muda, sebuah awal yang menjanjikan.
Bagi pelatih kepala para balap sepeda Indonesia, Fadilah Umar, hasil di Chiang Mai ini lebih dari sekadar prestasi. “Ini sesuai dengan target dan sasaran yang sudah kita canangkan,” kata Fadilah saat dihubungi pada Senin malam, 4 Agustus 2025. Ia menyebut kejuaraan ini sebagai ajang uji strategi, evaluasi latihan, sekaligus kesempatan pertama dua atlet hasil Peparnas XVII Solo 2024 itu merasakan atmosfer kompetisi internasional.

Foto/NPC Indonesia
Tak hanya soal medali, keikutsertaan Vanza dan Zulaika punya misi yang lebih dalam: klasifikasi internasional. Kejuaraan di Thailand itu masuk kalender resmi Union Cycliste Internationale (UCI), federasi dunia balap sepeda, dengan label kategori C2. Di kelas ini, medali emas setara dengan 15 poin kualifikasi, angka penting untuk membuka jalan ke level yang lebih tinggi, dari Asian Para Games hingga Paralimpiade.
“Semakin tinggi grade kejuaraan, semakin besar poin yang bisa diperoleh,” ujar Fadilah. “Dan poin inilah yang jadi dasar mendapatkan slot ke kompetisi-kompetisi besar dunia.”
Karenanya, meski baru debut, Vanza dan Zulaika tidak dibiarkan menapak perlahan. Mereka dilatih untuk membidik kejayaan jangka panjang. Umur mereka masih muda, dan potensi mereka belum setengah diledakkan.
Dalam waktu dekat, keduanya akan kembali mengayuh di jalur yang sama, namun dalam kompetisi berbeda: ASEAN Para Games 2025 yang rencananya digelar di Thailand pada awal tahun depan. Persaingan di level Asia Tenggara diprediksi akan lebih sengit. Tapi seperti halnya di Chiang Mai, mereka akan datang bukan untuk sekadar ikut.
Mereka datang untuk percaya, dan untuk menang, meski tanpa melihat arah jalan, mereka tahu betul ke mana Indonesia ingin menuju.

Foto/NPC Indonesia
Hasil Perolehan Medali
Medali Emas
- Vanza Miftahul Jannah/Imelda Tabita Deswari Putri (Nomor Track 1 Km Time Trial WB)
- Vanza Miftahul Jannah/Imelda Tabita Deswari Putri (Nomor Individual Pursuit (IP) 4 Km WB)
Medali Perak
- Vanza Miftahul Jannah/Imelda Tabita Deswari Putri(Nomor Road Individual Time Trial (ITT)
- Zulaika/Nadia Septiani (Nomor Track 1 Km Time Trial WB)

Foto/NPC Indonesia
Medali Perunggu
- Zulaika/Nadia Septiani (Nomor Track IP 4 Km WB)
- Zulaika/Nadia Septiani (Nomor Road ITT WB) (*)
APA KAMU SUKA DENGAN ARTIKEL INI ?
MULAI BAGIKAN
Response (0)
John Doe
Login untuk berkomentar
Silakan login untuk berkomentar pada artikel ini.
No comments yet. Be the first to comment!